........... ............... .sekarang, rahasianya sudah terbongkar separo pada Salsha, cewek yang dikenal sebagai orang yang blak-blakan dalam bicara, tegas, pemarah, tidak memikirkan orang lain dan yang lebih penting..... Dia adalah murid yang berani bicara terus terang di depan kepala sekolah tanpa basa basi jika dia mengetahui masalah orang lain. lebih seperti guru BK dan guru Olahraga yang garangnya Luar biasa. Mau tidak mau Deno harus rela dan pasrah jika seandainya kejadian ini tersebar sampai ke dalam kantor kepala sekolah nantinya.
Plak..
" Woi... kenapa melamun?" Tanya Salsha yang membuat Deno keluar dari lamunannya.
" Apa tadi?" Tanya Deno lagi pada Salsha.
" Lo anak berandalan?" Tanya Salsha mengulang pertanyaan sebelumnya. Dan akhirnya dibalas dengan anggukan kepala Deno tanpa mendengar suaranya sedikitpun.
TAPP TAPP TAPP
" Waww keren.... Tampangnya di sekolah sangat Cupu nyatanya diluar berandalan.." Jawab Salsha dengan memaparkan wajahnya yang lagi menahan amarah sambil menepuk bahu Deno.
' Belajar dari mana jadi berandalan kayak gitu?' Tanya Salsha lagi pada Deno.
" Ya....Dari kamu Salsha..." Jawab Deno sambil tertawa. Dia mulai mengajak Salsha untuk bercanda dan menghilangkan marahnya Salsha.
" Heiiii... Gue bukan anak berandalan Cupu...!!!!" Bantah Salsha yang makin naik emosinya.
" Hahahaha..." Tawa Deno lepas pada Salsha yang masih cemberut karena menahan marahnya. Namun segera dihentikan ketika Salsha menunjuk wajah Deno.
" Muka lo memar dan ada yang berdarah tu..." Kata Salsha pada Deno.
" Iya.. nanti diobati di rumah" Jawab Deno pada Salsha sambil melihat jam di Hpnya. " Hari sudah mulai malam.. ayo pulang." Ajak Deno pada Salsha. Kemudian mereka pergi untuk pulang ke rumah masing-masing. Di Halte Bus, Dea menghampiri mereka ketika mereka sedang menunggu angkutan umum.
Srekk Srekk.....tap
" Hai Deno... lagi ngapain disini?" Tanya Dea tanpa menghiraukan Salsha yang duduk disamping Deno. tanpa mereka sadari , Dea sudah muncul tiba-tiba dari arah samping kanan dan berjalan menuju Deno.
" hai Dea..rencananya mau pulang, emang kenapa?" Tanya Deno sembari berdiri. " kamu juga mau kemana?" Tanya Deno lagi pada Dea.
" Mau ke Swalayan bentar, ada yang mau di beli." Jawab Dea sambil menatap wajah Deno. " Itu luka kamu kok tambah parah?" Tanya Dea dengan nada khawatir, dari samping Salsha menjawab pertanyaan Dea dengan cetus
" ckk , Dia berantem" Kata Salsha pada Dea yang berada disamping kanan Deno. Deno yang waktu itu mendengar jawaban Salsha langsung menoleh dan melebarkan matanya bertanda bahwa jangan dikatakan.
" Kok berantem sih..? dia itu dipukuli tadi. Jangan ngaur Sa.." Jawab Dea yang kesal dengan perkataan Salsha tadi. Dea hanya mengetahui Deno dipukuli preman di tepi sungai tadi siang, sedangkan yang dimaksudkan oleh Salsha adalah perkelahian yang barusan terjadi.
" Sok tau..." Jawab Salsha lagi pada Dea, namun tidak kedengaran.
" diam bisa ngak sih?" Kata Deno pada Salsha yang akhirnya membuat ketiganya tidak lagi bicara. Deru sebuah Taksi melintas di depan mereka, karena angkutan umum tidak ada lagi, akhirnya Deno memanggil Taksi tersebut dan berniat pulang dengan itu.
Cring..Cring.......
Namun, setelah membuka pintu mobil, Hp Deno yang berada di saku celananya bergetar. Dengan cepat, Deno mengambil Hpnya dan mengangkat telepon yang ternyata dari Ibunya.
" Halo bu...." Kata Deno.
" Halo Deno... kamu dimana?" tanya Ibunya dengan lembut.
" Di jalan Melati, ada apa?"
" Baguslah kalau begitu., Tolong belikan Ibu Sayur Sawi dan Kol ya di Swalayan Melati" Pinta Ibunya pada Deno. Mendengar hal itu membuat hati Deno berketus. Masa cowok beli Sayur?. Wajah Deno yang tidak senang terlihat oleh Salsha dan Dea. Setelah menutup telepon dari Ibunya, Deno bicara sebentar pada sopir Taksi itu dan beralih pada Salsha.
" Salsha, aku mau belanja dulu ke Swalayan. Pulang sendiri ya...." Kata Deno pada Salsha.
" Maksudnya lo mau ninggalin gue sendiri gitu?" Tanya Salsha jutek pada Deno, dan di potong oleh Dea yang mendengar pembicaraan mereka.
" Mau ke Swalayan juga Deno?.. yuk barengan." Ajak Dea pada Deno yang mulai berjalan ke arah Dea. Dari belakang, Salsha masih memperhatikan dua orang itu pergi dari kaca jendela Taksi.
" Bisa kita jalan sekarang mbak?" Tanya Sopir Taksi itu kepada Salsha. " Iya pak.." Jawab Salsha dan Taksi itu pergi meninggalkan Deno dan Dea yang masih berbincang-bincang sambil jalan. Terdengar juga suara Adzan Magrib yang berkumandang di Mesjid dekat jalan itu.
* * * * * * * * *
KAMU SEDANG MEMBACA
After School, When I Fall.
Teen FictionAku tidak punya deskripsi apa-apa. Dia adalah dia, dan aku adalah aku. Kalimat itu selalu muncul dan terngiang dari waktu ke waktu, sampai akhirnya rasa menyerah itu datang. Kenapa harus suka dengan dia? Dia yang tak memandangmu sebagai gadis? Dia...