Hari ini sangat tenang, tenang dan damai. Jam kosong di kelas XI MIPA 1 sudah datang, tidak banyak siswa yang berada di kelas. Kantin penuh dengan canda tawa siswi, makanan yang dibuat oleh Bibi kantin habis terjual tanpa sisa sedikitpun. Namun kesenangan tidak pernah selamanya. Entah kau yakin tentang itu atau tidak, yang jelas sekarang sudah di umumkan lewat radio sekolah bahwa Goro besar-besaran akan dilaksanakan 10 menit lagi. para siswa sudah sibuk mengemasi bukunya masing-masing dan malah banyak yang ngotot tidak mau GoRo sedikitpun
Di Meja guru depan kelas terlihat seorang siswi tengah tidur dengan pulasnya. Tak peduli dengan keadaan sekitar, mata cewek itu tenang dan damai terpejam, mungkin dia lagi mimpi indah.
" Sa! Sa! Salsha!!!! Bangun woi!" teriakan suara Vivi lama kelamaan membuat Salsha terbangun dari tidurnya
" Apaan sih Vi...., Gue ngantuk." Kata Salsha yang masih dalam suasana mimpinya.
" Kita Goro Sa, bangun ah! Mau nilai lo jelek, nanti datang guru yang nilai sikap lo gimana? Cepat ah bangunnya!" Jawab Vivi lagi dan pergi meninggalkan Salsha yang berusaha untuk membuka kelopak matanya. Setelah beberapa detik, Salsha mulai melangkah meninggalkan meja Guru tempat ia duduk tadi dan pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya.
Di tengah jalan, maklumlah orang baru bangun tidur...pemandangan matanya tidak terlalu fokus pada lingkungan sekitarnya. Salsha tanpa sadar menyenggol bahu Deno yang tengah berdiri di depannya. Deno sedang bicara dengan salah satu temannya dan karena tersenggol Salsha Deno sedikit terkejut dan beralih menatap ke belakang. Sepatah kata mengejutkan Deno.
" Ehh.. maaf.... aku tidak sengaja."
Kalimat itu mengejutkan orang di sekitarnya. Baru kali ini mereka mendengar Salsha bicara sopan seperti itu. itupun tidak banyak. Setelah minta maaf, Salsha langsung berjalan lagi dan pergi ke toilet. Bisa dikatakan saat itu ia seperti orang mabuk yang tidak tau dengan perkataannya sendiri. Faktanya setelah keluar dari Toilet dia mulai membentak-bentak lagi di dalam kelasnya. Protes lah, kurang bersih lah, inilah, itulah dan banyak lagi, dia seperti lebih dari ketua kelas. bahkan dia marah ketika dibilang bahwa tadi dia berkata sopan.
" Deno!! ini ,buang sampah!!" Perintah datang tiba-tiba bersamaan dengan se kantong sampah yang melayang kearahnya.
" Bisa sopan ngak sih minta tolongnya?" Jawab Deno dengan kesal sambil mengambil sampah itu.
" Ngapain juga Gue sopan, toh gue juga mau buang sampah..." Jawabnya lagi. Deno tertawa ketika Salsha berjalan duluan keluar. Tawa itu terdengar oleh Salsha, ia berbalik kebelakang dan menatap Deno.
" Ngapain lo tertawa? Ngejek Gue?" Tanya Salsha pada Deno. Cowok itu tidak menjawab pertanyaan Salsha dan malah melangkah maju menuju pintu keluar. Suara ribut para murid terdengar sangat keras siang itu. Dorongan meja dan kursi terdengar menggema di ruang kelas. Debu berterbangan di berbagai tempat dan kini dua orang sedang berjalan menuju tong sampah belakang sekolah.
Setelah membuang sampah, terlintas di kepala Salsha untuk melakukan tindakan melanggar peraturan.
" Deno, kabur yuk! Keluar gerbang." Katanya mengajak seorang cowok yang tidak pernah alfa di kelas, nilai selalu bagus, buku kasus tidak pernah tercoret bahkan murid tersayang guru untuk kabur dari sekolah meninggalkan Goro yang menurutnya itu membosankan. Ngak salah tu Salsha?
" ha? Ngapain keluar? Malas." Jawab Deno dan pergi meninggalkan Salsha. Sayangnya, tangan Deno sudah ditarik duluan oleh cewek itu sambil memohon-mohon untuk bisa menemaninya pergi keluar. Mau tidak mau Deno harus menuruti permintaan Salsha, daripada nanti diganggu di kelas.
Mereka pergi ke sebuah sungai yang berjarak 100 meter dari lokasi sekolahnya. Tempat itu indah, suara air sungai yang mengalir sangat menenangkan hati orang yang berjalan di tepi sungi itu. Di depan juga ada jembatan, tidak panjang, hanya sedikit lebih lebar daripada jembatan biasanya. Dibawahnya disediakan bangku-bangku untuk duduk dan bersantai jika seandainya kita pergi jalan-jalan sore. Sekarang tempat itu diteduhi bagian atas jembatan, namun yang lain terkena terik matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
After School, When I Fall.
Teen FictionAku tidak punya deskripsi apa-apa. Dia adalah dia, dan aku adalah aku. Kalimat itu selalu muncul dan terngiang dari waktu ke waktu, sampai akhirnya rasa menyerah itu datang. Kenapa harus suka dengan dia? Dia yang tak memandangmu sebagai gadis? Dia...