Kedua wira itu masih tertidur pulas. Padahal sedaritadi alarm mereka telah berdering dan menunjukkan pukul 9 pagi. Seharusnya, salah satu dari mereka itu telah beranjak dari kasur karena alarm yang masih berbunyi itu.
Junho mulai meregangkan tubuhnya kala ia mendengar jam yang semakin terdengar berisik. Kedua matanya yang terpejam mulai ia buka perlahan, sedangkan tangannya mulai bergerak untuk rapihkan rambut miliknya yang terlihat berantakan.
“Astaga Tuhan, kepalaku pusing sekali.” ujar Junho seraya beranjak dari kasur dan melangkahkan kaki ke arah nakas. Mematikan alarm yang berbunyi dari ponsel milik sang kekasih, lalu mulai menyibak gorden kamar agar cahaya sang arunika masuk ke kamarnya.
Setelah membuka gorden, ia langsung bergegas untuk membersihkan diri terlebih dahulu ke kamar mandi. Ia berpikir, mungkin air dingin bisa membuatnya merasa lebih baik dan terlihat menyegarkan.
Junho bukanlah tipe yang lama jika sedang di kamar mandi. Berbanding terbalik dengan sang kekasih yang kerap lantunkan nyanyian di dalam sana. Ia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dan melangkahkan kaki ke arah tempat tidur, bermaksud membangunkan Yohan. Handuk yang ia pakai untuk mengeringkan rambutnya itu ia kalungkan pada lehernya, sebab terlalu malas untuk menaruhnya terlebih dahulu di gantungan handuk.
Yohan yang masih setia memejamkan matanya itu membuat Junho mendengus sebal. Ia berjongkok di depan yang lebih tua, lalu menatap wajah tenang milik Yohan yang terlihat sangat indah untuk dipandang.
Ah, Yohannya yang seperti ini benar-benar terlihat mengagumkan.
“Hyung, bangunlah.” bisiknya tepat di depan Yohan. Tangan kanannya bergerak untuk mengusap pipi milik sang kekasih, berusaha membangunkan si tukang tidur itu.
Yohan tak merespon, membuat Junho menghela napas berat. Badan milik sang kekasih ia guncang pelan, berharap agar cara ini bisa berhasil. Namun Yohan yang seakan enggan membukakan matanya itu hanya menggeliat lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya kembali.
“Hyung, kau ingin aku tendang dari kasur atau bagaimana?”
Yohan membuka matanya perlahan. Mendapati kekasihnya itu tengah berkacak pinggang dan menatapnya kesal, pemuda Kim itu lantas tersenyum simpul.
“Sebentar, sayang. Aku masih mengantuk.” ujar Yohan seraya merubah posisi dan memilih untuk menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Tangannya menepuk tempat kosong di sebelahnya, memberi kode agar Junho bersedia untuk duduk di sebelahnya. “Kemarilah.”
Junho menggeleng, “Tidak, hyung. Empat puluh lima menit lagi aku ada kelas. Jadi, aku harus bergegas ke kampus.”
Mendengar itu Yohan berdecak sebal. Kedua tangannya ia gerakkan untuk membentuk gestur pinta pelukan, yang diikuti rajukan penuh nada manja. Berharap jika cara ini akan sedikit ampuh bagi Junho.
"Peluk aku."
Yang lebih muda menoleh, lalu tertawa keras setelah melihat kelakuan sang kekasih yang tengah meminta sebuah pelukan kepadanya. Ia menggeleng, tak habis pikir. "Hyung ini apaan, sih? Seperti anak kecil saja."
Junho kembali alihkan atensi dari Yohan ke meja belajar yang terlihat penuh dengan beberapa tugas miliknya. Tangannya masih sibuk masukkan beberapa dokumen untuk keperluan kampus, membuat Yohan yang merasa tengah diabaikan; atau lebih tepatnya tak dipenuhi permintaannya itu berdecak.
"Peluk atau cium?"
Pergerakan tangan Junho yang baru saja bergerak untuk menarik resleting tas miliknya itu seketika terhenti. Yang lebih muda tatap Yohan bingung, "Hee, kenapa begitu?"
"Jawab saja cepat!" jawab Yohan ketus. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, masih setia menatap Junho tak suka. "Ayo, Kim Junho. Hanya pilih satu saja kok susah sekali?"
Junho memutar bola matanya malas. Tas yang sudah siap itu mulai ia gantungkan pada bahunya, lalu berjalan secara perlahan ke arah sang kekasih. Diusakkan olehnya surai milik Yohan yang masih berantakan, "Aku berangkat."
Yohan menahan pergerakannya, menarik Junho dengan cukup kuat. Badan yang lebih muda berhasil mendarat dalam dekap si Kim, membuat Junho yang kini terperangkap itu terkesiap akan situasi pula perangai sang kekasih sampai tasnya pun terjatuh ke lantai.
"Rambutmu masih basah, Junho."
Yohan yang mulai menenggelamkan wajahnya pada bahu yang lebih muda, menghirup harum citrus yang menenangkan dari leher milik Junho. Pelukan itu Yohan renggangkan, sedangkan tangannya kini sibuk mengambil handuk yang sempat Junho lingkarkan pada leher.
Ia mulai mengeringkan rambut Junho yang masih sedikit basah, membuat sang empu hanya memejamkan mata tanpa ingin protes. Sebenarnya Junho suka situasi seperti ini, namun, jadwal kuliahnya adalah prioritasnya saat ini.
"Junho."
Junho hanya berdeham menanggapi. Sampai beberapa detik kemudian ia rasakan nafas Yohan menerpa lehernya, membuat yang lebih muda lantas beranjak dari pelukan itu dan berbalik cepat. Matanya membelalak, menatap Yohan sebal.
"Hyung!" Bibirnya ia cebikkan, "jangan begitu. Jahil sekali, sih!"
Yohan terkekeh, ia memilih untuk ikut berdiri menatap Junho yang masih menatapnya sebal dengan bibirnya yang mengerucut lucu. Kedua tangan Yohan bergerak untuk menggenggam ujung handuk yang melingkar pada leher sang kekasih.
"Hei, sugarplum."
Junho mengernyit, "Kenapa hyung memanggilku sugarplum?"
"Karena kau terlihat menggemaskan seperti sugarplum yang ada di hari Natal."
Junho menukik alisnya bingung. Sampai akhirnya ia sadar sepenuhnya kala Yohan menarik ujung handuk tersebut dan membuat tubuhnya bergerak maju, sehingga bertabrakan pada dada bidang milik yang lebih tua. Dicuri sebuah kecupan di bibir Junho oleh Yohan, tak cukup lama hanya sebentar.
Yang lebih muda kaget luar biasa. Sampai ia hanya bisa terdiam layaknya batu di depan sang kekasih yang masih setia membentuk cengiran di bibirnya.
"Sudah, terima kasih. Kau boleh berangkat. Hati-hati di jalan ya, sugarplum."
Junho langsung reflek mendorong Yohan dan segera mengambil tasnya yang tadi sempat terjatuh. Ia melangkahkan kakinya ke arah pintu untuk pergi dan menghilangkan rasa malunya karena tindakan sang kekasih.
Kim Yohan itu benar-benar penuh kejutan!
Writer's note:
Hayo, siapa yang mau ikutan aku melayarkan kapal ini? Hehe, sedikit deh kayaknya. *cries*
Gapapa, deh. Sedikit tapi perlahan-lahan jadi banyak deh! Sini-sini kita temenan yang sekapal sama aku. :D
Btw guys, Chacha gemesin banget, ya? Hati Yohan apa kabar nih? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Praiseworthy | yojun
FanfictionEksistensi Cha Junho di mayapada itu seperti objek yang seorang Kim Yohan tak pernah bosan untuk kagumi pula puja. Entah itu tentang perangai atau durja, pula keahlian 'tuk lelehkan hati yang sebelumnya sekeras baja. Junho itu mengagumkan, dan Yoha...