Breathtaking

1.1K 97 22
                                    

Junho mulai menyandarkan punggungnya pada dada milik wira yang lebih tua, mencoba mencari posisi ternyaman agar suhu hangat yang menguar pada tubuh kakak tingkatnya itu terasa. Sang alkamar mungkin saja tengah menampakkan diri di luar sana. Namun, menghabiskan waktu di dalam rumah dengan Yohan adalah kegiatan yang lebih menyenangkan untuk dilakukan.

Netra kelamnya masih fokus tatap teve yang menyala, tak berniat alihkan atensi walau kuasa milik yang lebih tua mulai bergerak abstrak di fabrik yang membungkus tubuhnya. Tepatnya pada bagian abdomen, bermaksud menggelitik. Sesekali ia tepuk punggung tangan Yohan yang bergerak jahil itu, bahkan sampai cubitan yang bermaksud untuk kurangi intensitas afeksi yang ada.

"Hyung, diamlah."

Protes dilayangkan pada yang lebih tua. Rasa kesal sedikit menyeruak sebab atensinya kini terbagi dan ia menjadi kesulitan untuk perhatikan film yang tengah mereka tonton. Tersirat dalam benak 'tuk beranjak, namun hasrat dalam diri agar tetap pada posisi lebih besar dari yang dia kira, sehingga mau tak mau rasanya enggan betul gerakkan cagak.

Yohan terkekeh renyah, mata sipitnya seakan tenggelam akibat sudut kurva yang terbentuk pada bibir. Kuasanya kini merambat ke atas, raih tulang selangka milik yang lebih muda dan mengusapnya pelan. Sampai kikikan geli keluar dari bibir Junho setelahnya.

"Senang betul menggangguku, ya?"

Diraihlah kuasa milik Yohan untuk mulai dia genggam, yang entah kenapa terasa sangat pas di dalam tangkupan. Dimainkan olehnya jemari milik yang lebih tua, berusaha memberikan timbul balik perihal afeksi yang telah Yohan lakukan padanya di beberapa menit yang lalu.

"Itu kan sudah hobiku." jawab Yohan santai, nyaris tak peduli akan protes yang beberapa menit lalu ditujukan padanya. Jemarinya yang sempat digenggam oleh Junho itu bergerak ke atas. Untuk sekadar mainkan surai milik yang lebih muda, sesekali mendaratkan kecupan sirat kasih sayang di puncak kepala. "Lagipula, kau itu terlihat menggemaskan jika aku jahili, Junho."

Semburat merah tipis terlihat kontras di pipi Junho, pipi dalamnya ia gigit untuk menahan hasratnya untuk tak memekik. Sebab dirasa puluhan kupu-kupu terbang dalam perutnya, timbulkan sensasi menggelitik.

Sepersekon kemudian jemari Junho bergerak 'tuk raih remot teve, bermaksud mematikan sebab dirasa atensi milik mereka berdua bukan lagi terfokus pada film yang tengah berlangsung itu.

"Kok dimatikan? Filmnya kan belum selesai?"

Pertanyaan yang dilontarkan padanya tak Junho indahkan. Pemuda itu malah beranjak dari posisi bersandarnya dan berdiri menghadap Yohan yang tengah menukik alisnya bingung.

Kuasa milik Junho terulur, membuat Yohan yang masih kebingungan akan tingkah adik tingkatnya itu meraih tangan Junho untuk dikecup. Mata yang lebih muda membelalak, kaget akan gerakan reflek yang dilakukan Yohan.

"Hyung! Apaan, sih?"

Yohan mengernyit, "Kau minta kukecup tangannya, bukan?"

Gelengan lantas jadi jawaban, pula bibir milik Junho mulai ia cebikkan. Sebal jua frustasi jadi kesatuan. Surai miliknya sendiri bahkan sudah ia acak, membuat Yohan semakin bingung akan perangai sang kekasih.

"Aku tadi bermaksud untuk meminta ponselmu, hyung. Bukan mengulurkan tangan untuk-" Junho menghela nafas. "kau kecup seperti tadi."

Nadanya mengecil, nyaris tak terdengar. Namun, rungu milik Yohan sendiri memiliki tingkat kepekaan yang tinggi untuk mendengar suara yang keluar dari mulut Junho. Sehingga si pemilik hanya terkikik geli, sampai terlihatlah kedua gigi kelinci miliknya.

"Untuk apa?"

Pertanyaan yang diikuti dengan kekehan renyah dari bibir Yohan itu membuat Junho mendengus. Di sisi lain, kuasa milik Yohan bergerak untuk merogoh saku celananya, lalu memberikan gawai miliknya pada Junho yang kini tengah menatapnya dengan netra yang berbinar.

Praiseworthy | yojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang