"Bel... Lina... Lin...!" Mella berteriak begitu memasuki rumah Bellina yang tadi sudah dibukakan oleh pembantu rumah tangga Bellina.
Sepulang kerja Mella memang sudah berencana untuk mampir kerumah Bellina. Dia ingin mencurahkan kekesalannya sepanjang hari ini dikantor pada sepupunya itu. Selain itu Mella ingin bicara pada suami Bellina, membujuk om Darma agar pria itu bicara pada bosnya yang tengil untuk tidak menyuruhnya membawa tempurung kura-kura. Mella langsung menuju keruang tengah dan duduk di sofa. Mbok Inah yang sudah terbiasa dengan kedatangan Mella tidak terkejut jika gadis itu teriak-teriak jika memanggil nyonya rumah.
Dilantai atas Bellina yang baru saja menidurkan anaknya dan menaruhnya di box bayi segera turun begitu mendengar teriakan kakak sepupunya itu. Bellina hanya bisa berdecak dengan kelakuan kakak sepupunya itu. Gadis itu tidak pernah berubah, selalu saja berteriak jika dia main kerumah Bellina__memanggil dirinya.
"Bisa nggak sich mbak Mell nggak teriak-teriak manggil aku. Brisik tahu, ganggu si kecil tidur." Gerutu Bellina begitu menghampiri Mella yang duduk di sofa.
"Iya-iya, maaf." Sahut Mella dengan wajah cemberut.
Duduk disofa yang sama dengan Mella, Bellina mengangkat kedua kakinya kesofa lalu menekuknya__dia siap mendengar curhatan kakak sepupunya itu.
"Kali ini ada apa lagi mbak Mell? Masalah kerjaan lagi." Pertanyaan Bellina langsung dijawab sendiri olehnya.
Mella mengangguk-angguk.
"Aku sebel sama pak Wondo. Rasanya pengin aku jitak kepalanya sama batok kelapa biar hilang ingatan dan berubah baik sama karyawannya." Mella berapi-api menceritakan kekesalannya.
Bellina tersenyum mendengar kekesalan Mella.
"Tiap kali mbak Mell mampir kerumahku selalu saja curhat masalah pekerjaan terutama masalah dengan Om Wondo. Apa Om Wondo benar-benar orang yang menyebalkan mbak Mell?" Bellina merasa tidak percaya dengan cerita Mella mengenai sikap rekan kerja suaminya itu. "Aku sepertinya tidak yakin kalau Om Wondo orang yang meyebalkan seperti yang mbak Mell ceritakan padaku." Kata Bellina kemudian.
"Kau sepertinya memihak pada pria itu, Lin. Apa karena dia rekan kerja suamimu?" Tuduh Mella.
"Bukan begitu mbak Mell. Om Wondo beberapa kali datang kerumah untuk bertemu dengan suamiku dan beberapa kali dia makan malam disini. Aku juga berbincang-bincang dengan Om Wondo. Aku perhatikan dia orang yang baik dan menyenangkan." Jelas Bellina.
Mella berdecak. "Percuma aku curhat padamu selama ini. Kau sepertinya sudah tersihir dengan mulut manis Buaya darat itu." Gerutu Mella.
Bellina memanyunkan bibirnya mendengar gerutuan Mella. "Aku' kan nggak tahu mbak Mell bagaimana sikap Om Wondo sama karyawannya. Aku hanya tahu dan lihat Om Wondo itu orangnya baik."
Mella mendesah. "Makanya jangan lihat orang dari covernya, Lin. Percaya sama aku dech. Dia itu orangnya menyebalkan dan lagi ya Lin, dia itu Om-Om mesum. Dia sering membawa wanita kekantornya dan bercumbu disana."
"Hah! Yang benar mbak Mell." Bellina terperangah dengan cerita Mella.
"Tuduhan yang sangat keji dari seorang karyawan pada bosnya!" Seru seseorang yang tiba-tiba muncul.
"Om Wondo." Bellina terkejut dengan kedatangan orang yang baru saja dibicarakan oleh kakak sepupunya itu. Dia buru-buru berdiri dan menyambut kedatangan pria itu.
Mella sendiri terkejut dan tidak berani menoleh kearah pemilik suara itu. Dia tetap duduk dengan raut wajah pucat dan tegang.
"Kapan Om Wondo datang? Lina kok tidak mendengar suara langkah kaki bergema didalam rumah." Tanya Bellina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Cinta Pak Bos
Short StoryCerita pendek ( Kisah Cinta Mella Sepupu Bellina dalam Perawan & Duda)