Dua hari kemudian, rumah orang tua Mella malam ini dipenuhi dengan sanak saudara yang diundang untuk menyaksikan acara lamaran Mella. Rumah orang tua Mella sudah di dekorasi sedemikan rupa. Acara lamaran yang mendadak itu tidak membuat Sang nyonya rumah kelabakan. Nyonya Effendi malah tampak antusias sekali dengan acara lamaran putrinya. Terbukti semua dekorasi dirumahnya tampak indah malam ini. Bahkan untuk urusan cateringnya pun mamanya Mella tidak mengalami kesulitan. Itu semua berkat teman arisannya yang mempunyai usaha cateringan.
Acara lamaran akan dimulai tepatnya pukul tujuh malam. Dalam balutan kebaya coklat muda dengan riasan yang terlihat flawless, Mella semakin menampakkan sinar aura kecantikannya. Lamaran pernikahan ini memang terkesan mendadak, bukan karena Mella hamil duluan namun karena tindakan tidak senonohlah yang menyebabkan lamaran ini terjadi. Di benak Mella, dia bahkan tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau dia akan dilamar oleh seorang pria secepat ini.
Mella bahkan tidak tahu mengenai perasaannya sendiri terhadap pak Wondo. Namun pria itu meyakinkannya kalau perasaan pak Wondo padanya adalah perasaan cinta. Mella ingat kalau pak Wondo sudah tertarik padanya sewaktu datang keacara pernikahan Bellina dan Om Darma. Mella bahkan tidak ingat pernah melihat pak Wondo diacara pernikahannya Bellina. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh datangnya tidak pernah disangka-sangka.
Seperti Bellina yang menikah tanpa cinta namun kehidupan rumah tangga sepupunya itu bahagia. Mella berharap pernikahannya dengan pak Wondo juga akan membawa kebahagiaan dalam kehidupannya. Cinta akan datang seiring berjalannya waktu.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam namun pak Wondo dan keluarganya belum menunjukkan tanda-tanda kedatangan mereka. Didalam kamarnya Mella yang ditemani Bellina nampak mondar-mandir.
"Bisa tidak sich mbak Mel duduk. Jangan mondar mandir kayak gasing gitu. Pusing kepalaku." Keluh Bellina.
"Bagaimana tidak mondar mandir Lin. Aku gugup sekali." Sahut Mella.
"Yaellah mbak. Tenang aja, Om Wondo pasti datang kok. Om Wondo kan cinta banget sama mbak Mel." Goda Bellina.
"Sok tau kamu."
"Ya, iyalah aku sok tau. Buktinya Om Wondo melamar mbak Mel. Apa itu namanya kalau bukan cinta. Lagipula saat mbak Mel sering cerita mengenai kelakuan Om Wondo, aku sudah tau kalau diantara kalian itu pasti ada sesuatu seperti cicit cuit." Cerocos Bellina.
"Burung kali cicit cuit."
"Sudah dech duduk saja mbak Mel." Bellina berdiri menarik pelan tangan Mella__mendorong pelan kakak sepupunya itu untuk duduk di kursi.
Tak lama ketukan terdengar dikamar Mella. Tanpa disuruh orang itu sudah membuka kamar Mella.
"Turun Mel, pak Wondo dan keluarganya sudah datang." Diana yang mengetuk pintu memberitahu Mella.
"Iya mbak Di." Sahut Mella.
"Cihui... akhirnya jadi calon pengantin juga." Goda Bellina.
"Diam! Brisik saja dari tadi." Sahut Mella.
Bellina cengar-cengar. "Ayo mbak Mel." Bellina mengulurkan tangannya menggandeng Mella. Mereka keluar dari kamar mengikuti langkah Diana yang sudah lebih dulu meninggalkan kamar Mella.
Dilantai bawah, keluarga pak Wondo sudah menempati kursi masing-masing. Pak Wondo terlihat begitu tampan malam ini dengan baju batik lengan panjang.
Mella berjalan pelan-pelan dengan Bellina yang melingkarkan tangannya dilengan Mella seolah-olah mereka seperti duo kembang gula.
Pak Wondo yang melihat sosok Mella begitu terpesona dengan kecantikan calon istrinya itu. Dia tidak menyangka kalau Mella akan secantik ini memakai kebaya dengan riasan yang tidak terlalu menor. Berbeda sekali dengan Mella saat dikantor. Gadis itu hanya mengenakan bedak tipis dan bibir yang dipulas dengan lipstik warna nude.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Cinta Pak Bos
Short StoryCerita pendek ( Kisah Cinta Mella Sepupu Bellina dalam Perawan & Duda)