Jerat Cinta Pak Bos ( V )

10K 678 15
                                    

Makan malam baru saja selesai, Darma mengajak pak Wondo ke ruang tamu melanjutkan obrolan mereka. Kedua pria itu bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol berbagai macam topik dari bisnis, politik bahkan perempuan sekalipun. Namun untuk urusan perempuan, Darma lebih banyak mendengarkan celotehan temannya itu. Bagaimana hubungan pak Wondo dengan perempuan bernama si A atau si B.

Disisi lain Bellina dan Mella tampak membereskan meja makan sedangkan pengurus rumah tangga Bellina ikut membereskan sisanya. Selesai membereskan meja makan yang sekarang tampak rapi dan bersih kembali, Bellina pamit pada Mella.

"Aku keatas dulu mbak Mell mau lihat dedek bayi masih tertidur atau sudah bangun." Kata Bellina.

"Ikut dong Lin, aku juga pengin lihat keponakanku." Sahut Mella. Keduanya kemudian menaiki tangga bersama menuju ke lantai atas tempat kamar Bellina berada.

Begitu sampai didepan kamarnya, Bellina yang hendak membuka pintu langsung mendengar suara tangisan anaknya yang begitu keras.

"Si kecil pasti baru bangun dan lapar." Gumam Bellina. Dia bergegas masuk kedalam kamar dan menuju box bayi.

"Apa tiap kali bangun tidur dia selalu menangis dengan keras seperti itu, Lin?" Tanya Mella.

"Tidak itu saja sich mbak Mel, sejak dia keluar dari perutku tangisnya kenceng banget kayak mbak Mel kalau teriak-teriak." Bellina terkikik. "Mungkin itu karena waktu aku hamil, aku sebel sama mbak Mel yang sering teriak-teriak. Jadi dech anakku ngikutin kencengnya suara mbak Mel."

"Enak aja." Gerutu Mella.

Bellina dengan hati-hati mengangkat tubuh anaknya dan menempatkan dilekukan tangannya lalu mengeluarkan payudaranya agar si bayi menyusu dan menghentikan tangisnya. Betul saja, si bayi yang sudah menemukan puting payudara ibunya langsung dengan lahap menyedotnya.

"Sepertinya dia lapar sekali." Kata Mella yang melihat keponakannya dengan rakus menyusu ibunya.

"Tadi sebelum aku menidurkannya, dia hanya sedikit minum asi-ku mbak."

"Oh, pantes saja dia begitu kencengnya memerah susu ibunya."

"Enak aja memerah susu ibunya. Memang aku sapi perah." Bellina memberengut dan membuat Mella tertawa. "Lihat aja nanti kalau mbak Mel udah punya bayi sendiri, aku pastikan mbak Mell juga kayak sapi perah apalagi kalau yang memerah itu suami mbak Mel. Mbak Mel bakal ketagihan." Bellina terbahak dengan kata-kata godaannya pada Mella dan membuat Mella kesal.

"Sebaiknya aku pulang." Gerutu Mella.

"Kok cepat-cepat pulang sich mbak Mel. Mbak Mel marah ya?" Bellina tersenyum simpul.

"Tidak! Aku hanya tidak mau mendengar lebih banyak ocehan mesum-mu. Kamu sudah tertular virus mesumnya Om Darma dan pak Wondo." Mella berjalan menjauhi Bellina menuju kepintu kamar Bellina. Sebelum tangan Mella membuka kenop pintu Bellina kembali bersuara.

"Aku doain semoga mbak Mel sam Om Wondo cepat menikah, biar Om Wondo bisa memerah susu sapi." Bellina kembali tertawa.

"Menyebalkan!" Gerutu Mella sambil membuka pintu dan menutupnya kembali. Dia berjalan menuruni tangga.

Mella tidak menyangka, sepupu yang dulunya polos sekali kini sudah banyak berubah semenjak menikah dengan pria yang lebih matang. Bellina bahkan sering menggodanya dengan kata-kata yang Mella pikir itu adalah kata-kata tidak senonoh. Apalagi jika dia menceritakan masalah dirinya dengan atasannya yang sering mencari gara-gara dengannya. Pastilah awalnya Bellina menanggapi dengan sikap sok polosnya namun lama-lama sepupunya itu pasti akan mengatakan hal-hal yang tidak ingin Mella dengar. 

Jerat Cinta Pak BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang