6. Sançar - She Is My BFF!

11 1 0
                                    


Tengah hari, kampus ini mulai penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi. Ramai juga kampus ini ya. Aku sebelumnya hanya tinggal di İstanbul dan belum merasakan ternyata seperti ini Ankara

"Alita?"

"Huh?"

"Mereka seperti orang yang bersikap 'Bodo Amat' sama kamu. Kenapa?"

"Ya begitulah hidupku. Dihina, Dicuekin, Dicaci, Dikacangin. Begitulah" Ucapnya enteng, seakan beban tersebut hanya sebuah debu

"Gak sedih kamu digituin?"

"Enggak ah. Enjoy-in aja"

"Gimana kita sambil makan es krim?" Ucapku mengarah kejalan

"Boleh aja, sambil duduk di bangku sana" Ucapnya menunjuk sebuah bangku

---

"Emm.."

"Bilang aja. Dari tadi ngegumam mulu, sampai es krimmu hampir meleleh. Untung ku jilat" Ocehnya menghentikan hal yang kulakukan

"Ih.., hey! Jorok tau!" Kesalku sambil melihat es krim tersebut

"Gak ah, gak kujilat kok. Tenang aja" Ucapnya. Ternyata dia juga bisa jahil

"Oh ya. Maaf ya, maaf banget kalau misalnya ini sakitin kamu"

"Apaan?"

"Aku-"

"Buruan ih Sançar! Aku penahsaran"

"Jangan motong, aku baru mau ngomong"

"Ya deh. Aku apa?"

"Aku mau nanya, boleh kamu kasih tau sedikit saja cerita masa lalumu"

Senyum yang mengembang mulai menciut dan berubah menjadi sebuah garis datar.

"Ah, cuman itu? Kenapa tak bilang?" Ucap Alita mengembangkan senyumnya lagi

"Sebenarnya aku sangat ingin berbagi ceritaku. Tapi, entah kenapa mereka sangat bersikap Bodo Amat dengan ceritaku"

"Aku akan serius mendengarkannya"

"Baiklah Sançar" Ucapnya seraya merubah posisi kursi rodanya menjadi berhadapan denganku

"Kisahku dimulai sejak aku umur 5 tahun...

Aku adalah anak Hyperactive. Tak mau diam, selalu bereksplorasi.

Namun, aku sangat terpuruk saat itu. Aku anak broken home

(Broken Home, bukan Hope ya. Jangan tertukar sama cerita Za yang satu lagi)

Mereka selalu bertengkar, entah di meja makan ataupun dimanapun pastinya.

Hingga akhirnya..

Kau tahu?!  Aku menyesal menikah denganmu! Bahkan kau melahirkan seorang anak Autis!

Apa?! Kau beraninya memanggil darah dagingmu dengan sebutan Autis!

Oh ya?! Dia bukan anakku lagi. Tapi anakmu! Hanya anakmu! Camkan itu!

Hingga Murat datang dari jendela, membukakan pintu dan aku lari dari rumah

Keesokan harinya, aku kembali ke rumah ditemani Murat.

A-Anne!

Teriakku melihat seorang wanita yang terbujur kaku, dengan lebam dimana-mana

"Ib-bu! I-i-bu!"

Aku berusaha membangunkannya, menggoyangkan tubuhnya yang sudah tak ada nyawanya lagi

Beberapa hari kemudian, tubuh beliau sudah terkubur tanah. Dengan bungan diatasnya, sedih. Rasanya hatiku ditusuk beribu pisau! Jadi, aku harus hidup dengan Murat dan orang tua angkatnya.

Orang tua angkat Murat tiba-tiba mengalami kecelakaan maut. Kami merasakan hal yang sama, Duka mendalam

Dibalik drama yang terjadi, ternyata Dalang dari segala ini adalah Ayah! Ayahku!

"K-kötü! K-kö-kötu baba!"

Aku hidup dengan Murat, dia merawatku sudah seperti adiknya hingga aku bisa sebesar ini. Aku berterima kasih padanya

Setelah itu ia pernah memberikanku sebuah buku cerita tentang planet Venus.

Aku mulai bermimpi meraih mimpiku dengan ini

...dan mungkin. Inşaallah akan terwujud"

"Aku bisa merasakannya. Kau hebat. Kau luar biasa. Kau mau jadi temanku? Kau beda dari gadis diluaran sana yang hanya menjual cerita murahan yang menurutnya sedih padahal tidak" Jelasku sambil meraih tangannya

"Aku bisa. Kita sudah menjadi sahabat Sançar!"

***

One Day With VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang