When I'm A Ghost #1

1.6K 60 4
                                    

"Kamu kenapa terlambat? Aku di halte bus, Azka akukan ulang tahun hari ini, kenapa kamu nggak ngucapin happy birthday Kara? Atau memberiku hadiah."

Ocehan Kara membuatku tertawa, aku memang sengaja membuat dia kesal. Tak terbayang bagaimana imutnya wajah itu, ketika dia sedang menggerutu diriku.

Kulihat dia berada diseberang jalan, aku sedari tadi memang menunggu kehadiran dirinya. Malam ini langit begitu cerah, ada ribuan bintang, bintang adalah kesukaan Kara, jadi aku membeli hadiah kalung berleontin bintang. Tak lupa kue ulang tahun bewarna ungu, ungu juga kesukaan Kara.

"Kara," teriakku dari sebrang jalan.

Wajah itu langsung menghadap kearahku, matanya dia menatap mataku. Aku tersenyum padanya.

"Azka," dia meneriakki namaku.

      Aku memamerkan kue dan hadiahku pada Kara, lalu aku melihat kiri dan kanan sebelum menyebrang. Ku lihat Bus masih lumayan jauh, akupun mulai melangkah dengan cepat, agar bisa melewati jalan dengan cepat, tapi sesuatu yang tidak aku lihat tadi tiba-tiba melintas.

Brakk!!!

"Azka!!!" teriak Kara.

Kara berlari kearahku, sayang maaf kuenya terjatuh, Kara semakin mendekat, apa dia ingin memelukku? Ha! Apa barusan Kara melewati diriku? Apa dia menembus Tubuhku? Ini mustahil, lalu aku berlari menghampiri Kara, sepertinya terjadi kecelakaan.

"Azka!" teriak Kara.

Kenapa kau berteriak Kara? Aku disini. Kau sangat aneh, kenapa kau menangis? Aku disini Kara dibelakangmu!

Tapi ketika aku melihat wajah korban, kepalanya dipangku Kara. Kenapa itu aku? Lalu siapa aku sekarang? Aku terkejut dan tak percaya. Berulang kali aku memanggil Kara, aku tidak suka melihat dia menangis.

"Kara kenapa kau menangis? Lihat aku baik-baik saja, aku berada dihadapanmu Kara, bahkan aku belum mengatakan selamat ulang tahun."

"Azka!"

Aku terkejut! Aku mendengar suara seorang pria memanggilku, lalu aku menoleh kebelakang. Dia pria mengenakan pakaian serba hitam dan dasi juga bewarna hitam.

"Anda bisa melihat aku?"
"Tentu, karena aku adalah malaikat maut, seharusnya kau mati, tetapi kau memiliki keajaiban."
"Apa aku akan hidup?"
"Bukan itu maksudku, kau akan koma, jika takdir mengatakan kau akan hidup, kembalilah keduniamu, jika berkata lain kau harus pergi kedunia lain."
"Jadi harapanku begitu tipis."
"Ayo ikut aku!"

Aku teringat dengan Kara, aku tidak mau meninggalkan dia sendirian dan menangis seperti ini.

"Aku ingin bersama dia."
"Sadarlah, kalau kamu sudah berbeda!"
"Izinkan aku kembali sebentar, setidaknya aku ingin mengatakan selamat ulamg tahun, kepada kekasihku."
"Itu bukan kuasaku."
"Ku mohon sekali ini saja!"
"Apa kau tak apa, dengan resiko yang besar."
"Ya aku akan mengambil resiko apapun, asalakan aku bisa pamit pada kekasihku."
"Baiklah."

***

"Azka," panggil Kara menangis tersedu.

Suara sayup itu, membuat hatiku teiris, hatiku sakit melihat Kara menangis.

"Kara kekasihku." aku membuka mata.

Tubuhku terasa lemah, bahkan tak kuat untuk digerakkan.

"Ini salahku, aku terlalu memaksamu."
"Tidak ini bukan salahmu ini bagian dari takdir."
"Kau jangan pergi Ataa! jika kau pergi aku tidak memiliki siapa-siapa lagi."

Tangisan itu, ucapan itu, membuatku tak sanggup menahan airmataku.

"Aku tidak akan pergi Kara walau aku mati, aku akan bersamamu."
"Azka ayo kita bermain lagi! kita dulu-duluan naik Bus, makan sepiring berdua, beres-beres bersama dan..

Aku tau waktuku tidak lama lagi, aku sudah semakin lemas tak berdaya.

"happy birthday Kara."
"Ha...  Aku benci ulang tahun," tangisnya semaking kencang.
"Kara, aku sangat men..cintai.. mu."

Aku kembali keluar dari tubuhku, aku berdiri bersama malaikat maut, Kara menangis menggila, seharusnya aku disana dan memeluknya.

"Azka aku menyayangi mu, mencintaimu, bukankah kau berjanji jika usiaku 23 tahun kau akan menikahiku? Kita akan membangun rumah dan memiliki anak. Setiap hari minggu kita pergi memancing bersama, dan membawa anak kita, Azka mana janji itu?" teriaknya menangis, "Hahaha, ini salah aku bukan? Jika hari ini tidak ulang tahunku, semua ini tidak akan terjadi, aku terlalu manja, aku sempat marah pada nya hahaha, Azka bangun bangun," Kara tertawa lalu menangis mungkin saat itu aku seperti orang gila.

Aku semakin tidak sanggup untuk menyaksikan itu, Kara aku janji, aku akan selalu menjagamu walau kita sudah beda dunia.

"Ayo kita harus pergi, kamu harus mengambil resikomu, untuk menghapus beberapa ingatan paling terpenting dalam hidupmu!" ajak malaikat maut.
"Selamat tinggal Araaku."

Jangan ditanya lagi kesedihanku, airmataku.

Hai assalamualaikum readers, author back dengan cerita terbaru, yang tentunya versi dari Azka dari yang pertama "pacarku adalah hantu"

Jangan lupa vote,dan komen ya.oh ya bagi yang mau beli Novel "Pacarku Adalah Hantu" hubungi Nomor "082289306085"

WHEN I'M A GHOST "AZKA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang