When I'm A Ghost #3

729 42 1
                                    

Aku merasa bersalah pada Kara, kenapa dia menjadi pemurung begini? Kenapa dia selalu menciba untuk bunuh diri? Cukup sudah kemarin dia mengalami kecelakaan, untung saja dia cepat dibawa kerumah sakit untuk diobati.

5 bulan sudah, setelah iya berulang tahun yang ke 20 tahun, itu artinya aku sudah 5 bulan pergi. Malam ini hujan sangat deras diluar, aku hanya berdiam disofa, sedangkan Kara berbaring dikamarnya. Aku berharap dia tidak melakukan hal aneh lagi, yang akan mencelakakan dirinya.

Tiba-tiba Kara berdiri dari tempat tidurnya, dia berlari keluar, diluar hujan deras, tapi aku tak bisa menghentikan nya. Kara berlari menuju jalan tol, dia berlari dipinggiran, entah hendak kemana dia?

Tiin! Tiin! Tiin! Suara klakson mobil terdengar sangat kencang.

"Kara hati-hati ada mobil!" teriaku.

Percuma, mau suara ini keluar dari kerongkongan, Kara tidak akan pernah mendengar suaraku. Apa bisa dayaku, aku hanya melihat sebuah mobil menghantam tubuh Kara. Mobil itu tidak bertanggung jawab dan pergi.

"Kara, bangun Kara!"

Kara dilarikan kerumah sakit, rasa cemas menghantuiku, aku menangis dengan dukaku. Kenapa aku bertemu Kara, jika aku hanya mendatangkan luka untuknya.

***

Satu tahun berlalu, sekarang aku rutin kerumah sakit, bisa dikatakan, ini adalah tempatku menetap, aku menemani Kara yang tengah terbaring koma. Iya dia koma, ntah kapan dia bisa tersadar, aku akan menunggu sampai kapanpun.

Aku selalu berdo'a kepada sang pencipta, semoga Kara bisa kembali tersadar dari komanya.

***

Dunia para hantu, hari ini ada penghadiran, aku termasuk arwah paling kuat, dan aku di takuti dari kebanyakan hantu lain. Aku paling malas ikut rapat seperti ini, ketua akan berpidato panjang lebar.

Yang unik itu mbak kunti, salut sama dia. Disaat ketua berpidato sembari marah-marah, dia selalu aja ketawa seenaknya, dia nggak bisa nangis atau apa, entahlah.

***

Sekarang sudah 2 tahun lebih Kara koma, aku tak sanggup melihag dia yang hanya terbaring diam seperti itu.

"Kamu selalu datang kesini?" tanya Genderuwo padaku.
"Aku menunggu dia untuk kembali."
"Kenapa kau ingin dia kembali hidup? Bukankah kau senang kalau dia pergi, jadi kalian akan berkumpul kembali."
"Aku memang mencintai dia, tapi mengambil kebodohan seperti itu, adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Tak mengapa dia tidak melihatku, mencintai dan melihat dia tanpa dia melihatku, itu sudah cukup, cinta tak harus memiliki, melihat dia bahagia sudah lebih dari cukup. "
"Kau bijak sekali," sahut Genderuwo kagum.

Tiba-tiba jari tangan Kara bergerak, aku sangat senang. Apa itu pertanda dia akan bangun? Tapi aku malah mendapatkan kerjaan, jadi aku tak bisa melihat Kara, apa dia akan tersadar atau tidaknya.

Bersambung...

Maaf ya lambat update, dan updatenya tidak panjang. Maaf mungkin ceritanya rada aneh, ini hanya sebuah fiksi belaka, yang ditulis atas dasar imajinasi, bukan suatu cerita berdasarkan fakta, Author harap, cerita ini bisa diterima...

WHEN I'M A GHOST "AZKA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang