Chapter 1.1 [HAJIMARU]

501 22 0
                                    

Cuaca begitu indah, ini moment yang tepat untuk mendaki di puncak.
Ditambah lagi suasana sedang mendukung. Aku hanya tak ingin melewatkan akhir musim hanya dengan menghabiskan waktu di rumah tanpa melakukan apapun.

"Berapa kali kubilang, ibumu pasti takkan mengijinkanmu. Ia malah akan memarahiku jika tau kau pergi begitu saja." Kata seorang wanita yang tampak berjalan mondar mandir sambil membawa setumpuk buku.

"Ayolah Mira, aku hanya tak ingin melewatkan akhir musim di rumah. Aku butuh liburan. Lagipula, aku takkan lama disana. Mungkin hanya sekitar 2 atau 3 hari." Jawab seorang gadis yang sedari tadi mengikutinya dari belakang.

"Hah?!. Dua atau tiga hari? Menurutmu itu waktu yang sebentar?. Lalu apa yang akan terjadi setelah kau pergi. Tidakkah kau berpikir semua akan mencarimu." Imbuh wanita itu kesal.

"Kau cerewet sekali. Padahal aku hanya mengatakan ini padamu. Bukan untuk meminta ijinmu."
"Aku memiliki beberapa uang jika kau mau. Asalkan jangan katakan pada ayah dan ibu jika aku pergi."

"Benarkah? Tapi aku harus menjawab apa nanti?"

"Aku sudah merencanakanya. Kau hanya melakukan yang kukatakan."

Sementara Mira hanya diam mematung di depanya. Ia masih ragu untuk mengambil uang yang kini ada padanya.

"Jangan khawatirkan aku. Aku pasti baik baik saja. Doakan saja semoga aku cepat kembali kesini."

"Memangnya apa yang lebih penting daripada hidupmu saat ini ?"

"Kebahagiaan yang takkan terulang ketika aku mulai melupakanya." Jawab si gadis dengan senyum berbinar.
Ia lalu memeluk wanita di depanya dan mengatakan beberapa kata untuk menenangkanya saat ini.

"Berjanjilah kau takkan lama. Aku akan merindukan Naomi setelah ini."

Seperti yang telah direncanakan, Nao tetap berangkat untuk mendaki. Sebelumnya ia berpamitan pada Mira, teman kepercayaanya.
Ia juga menyelipkan beberapa pesan untuk ayah dan ibunya selama ia pergi.

Awalnya, semua jalan ia lewati dengan baik. Namun saat akan mulai mendaki, ia kembali merasakan ketakutanya. Namun dengan itu, ia ingin menghilangkan kekhawatiranya dan mulai mendaki seperti yang ia inginkan.

Setiap jalan ia lewati dengan pelan dan hati-hati. Ia perlahan melangkahkan kakinya untuk mencapai puncak seperti di bayanganya.

Namun ia salah menginjak batu. Kakinya tak lagi mampu menahan berat badanya, hingga ia mulai semakin jauh dari puncak. Ia tak bisa menopang tubuhnya untuk mencari tapakan yang sesuai.
Hingga ia benar benar hampir terjatuh. Tanganya memegang kuat kuat sebuah batu besar di atasnya. Setidaknya itu bisa menopang tubuhnya sementara waktu.
Namun sayangnya, tanganya tak cukup kuat untuk bertahan. Ia hanya bisa berteriak mencoba mencari siapapun yang bisa ia mintai tolong.

"Siapapun...kumohon, tolong aku.." rintihnya

"Tolong..."

Hingga beberapa saat, terdengar suara helikopter di atasnya. Itu semakin mendekatinya dan terlihat seseorang dengan pakaian seragamnya turun sambil membawa tali pengaman.

Ia mensejajarkan tinggi nya dengan Naomi. Perlahan, ia mengaitkan sebuah tali untuk menopang tubuh Naomi yang mulai melemas.

"Kau baik baik saja.." Suara nya begitu pelan. Ia nampak begitu lembut menolong Naomi sambil sesekali memeriksa apakah ada luka.

Nao hanya menggeleng. Namun kini pandanganya semakin kabur dan gelap. Entah, ia tak tau kenapa.

Hingga sewaktu bangun, ia telah berada di suatu ruangan yang hanya ada dirinya dan seorang wanita yang tampak meracik obat.

君と •Kimi toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang