Aku melihat kalian tersenyum bahagia di atas altar dan ikut tersenyum.
Yah, ini cukup.
Selama kau bahagia, aku juga akan ikut bahagia.
Aku mendekati kalian, berniat untuk memberikan selamat.
"Pergilah dari sini." Itu ayahmu, orang yang paling menentang hubungan kita. Tapi aku mengerti, maksud beliau tidaklah buruk.
Bagaimanapun juga semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
"Jooheon sudah hidup dengan normal sekarang, jadi kumohon jangan ganggu dia lagi."
Aku mengangguk sopan. "Paman, aku minta maaf jika selama ini sudah mengganggu keluarga kalian."
Aku memberanikan diri melirik ke arahmu dan memberikan senyuman kecil saat kau menatapku.
"Paman, sampaikan salamku untuk Jooheon. Kudoakan kalian akan selalu bahagia."
Aku membungkukkan badan, berpamitan kepada ayah dari orang yang sangat kucintai, orang yang sudah sangat berjasa di dalam hidupku, sebelum berbalik.
"Maafkan paman."
Aku menghentikan langkahku tapi tidak sanggup untuk berbalik dengan air mata yang sudah mengalir dari sudut mataku.
"Paman hanya tidak ingin Jooheon menjadi bahan cemoohan orang-orang. Kau anak yang baik Changkyun-ah, kau pasti bisa menemukan seseorang diluar sana selain Jooheon."
Aku hanya bisa mengangguk tanpa sanggup untuk berbalik.
Aku memantapkan hatiku untuk melangkah meninggalkan gereja yang menjadi saksi pernikahanmu.
Sekarang, aku sadar, bahwa kau tidak akan pernah menjadi milikku.