"Maaf aku terlambat bae.."
Yohan yang sedang asyik dengan pemandangan kota Seoul di lantai dua kafe terkejut karena ada tangan lain yang menggenggam tangan kanannya erat.
Yohan menoleh menatap seseorang yang ada di sampingnya.
"Tidak apa bae, aku juga baru sampai," ia tersenyum hangat pada lelaki tampan yang ia sebut sebagai 'bae' itu. Kekasihnya, Jinhyuk.
Jinhyuk lelaki berperawakan tinggi, berkulit putih bersih, mata yang tajam, garis wajah yang tegas, namun memiliki hati yang begitu hangat definisi tampan dengan sejuta pesona.
"Boleh peluk? Aku merindukanmu," Jinhyuk berujar dengan senyum hangat yang terhias di wajahnya. Yohan selalu suka saat Jinhyuk selalu bertanya padanya saat ingin meminta sesuatu. Ia merasa dihargai.
Yohan terkekeh, "Kau kekasihku, hanya pelukan tidak masalah untukku," sambil mengulurkan tangannya ke arah Jinhyuk, seolah mengizinkan.
Mereka berpelukan erat menyalurkan kehangatan di malam hari ini. Melepas rindu yang seakan menggerogoti setiap nafasnya.
"Aku benar-benar merindukanmu bae," Jinhyuk berujar sambil mengecup pucuk kepala Yohan berkali-kali seolah kegiatan ini adalah hal wajib yang harus ia lakukan.
Yohan mengeratkan pelukannya, "Aku juga, aku sangat merindukanmu," Jinhyuk melepaskan pelukannya terlebih dahulu.
Menatap sepasang mata bulat yang menatapnya teduh, mengapit kedua pipi gembil Yohan mengelusnya lembut, "Apa boleh?" lagi-lagi, Jinhyuk bertanya akan hal yang seharusnya adalah hal lumrah jika untuk sepasang kekasih.
Yohan mengangguk, tersenyum manis ke arah Jinhyuk.
Jinhyuk menempelkan kedua belah bibirnya di permukaan bibir Yohan. Tidak ada lumatan, hanya menempel beberapa detik lalu dilepasnya.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, aku mencintaimu."
Terlihat raut kecewa dari wajah Yohan dan Jinhyuk sadar akan hal itu.
Jinhyuk tidak tahu mengapa ia tidak bisa melakukan hal lebih dari itu. Jinhyuk hanya merasa ada benteng yang membatasi ia untuk melakukan hal lebih.
Benteng kokoh itu seolah menyuruhnya mundur, menjaga jarak, membatasi pergerakannya. Meski ia tau sosok manis di depannya ini adalah hak milikinya. Seuntuhnya. Untuk saat ini.
Jinhyuk mencintai Yohan, tentu saja. Jinhyuk tidak menjadikan Yohan hanya sebagai pemuas nafsu buktinya ia masih belum menyentuh Yohan lebih dari sekedar kecupan ringan atau pelukan hangat. Jinhyuk menjaga Yohan seperti berlian yang sedikit saja tergores akan mengurangi nilai dari berlian itu sendiri.
Jinhyuk menarik tangan Yohan untuk menuju ke meja, mempersilahkan Yohan duduk disalah satu kursi yang melingkari meja itu. Lalu Jinhyuk duduk di seberang menghadap kekasihnya.
"Kau belum memesan makanan bae? Ingin memesan apa?" Tanya Jinhyuk dengan melihat daftar menu yang ada.
"Samakan saja," balas Yohan. Jinhyuk mengangguk.
Tuna melted sandwich yang dipesan Jinhyuk datang dan mereka memakannya dengan hikmat. Sambil diselingi beberapa canda gurau layaknya pasangan muda lainnya.
Sepasang kekasih itu sudah keluar dari kafe yang mereka datangi untuk makan malam. Setelah beradu argumen ingin kemana setelah ini, mereka pun memutuskan untuk pergi ke Sungai Han.
Jarak Sungai Han dan tempat makan mereka tadi cukup dekat, mereka juga memutuskan untuk berjalan kaki untuk sampai di sungai tersebut. Menyusuri jalan dengan berpegangan tangan erat. Bercerita banyak hal tentang hari-hari yang dilewati tanpa kehadiran satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED DIAL - Seungwoo x Yohan - SEUNGHAN
FanfictionThere's also someone who needs you right now. He may not be 'physically' hurt, but he's emotionally damaged. "Bukankah aku hanya alat pemuasmu?" "Bolehkah aku?" "Lalukan saja jangan meminta izin."