Seungwoo merasakan hatinya mencelos saat mendengar suara erangan dari seberang sana. Yang sudah ia hapal betul itu berasal dari mulut pria terkasihnya.
Sialan.
Lee Jinhyuk sialan.
Seungwoo ingin marah, tetapi ia tahu ia tidak berhak untuk marah. Karena ia sadar betul bahwa ia bukan siapa-siapa bagi Kim Yohan.
Seperti yang Yohan selalu bilang sejak dulu mereka memulai hubungan mereka, "Let's do this. Friends with benefit thingy. We're going to have sex with no string attached. Deal?"
Yang dengan bodohnya ia setujui.
Namun bukan berarti ia tidak merasa frustrasi. Seungwoo juga manusia, ia bisa merasa sakit hati. Meskipun ia sadar bahwa cepat atau lambat hal ini pasti akan terjadi.
Hanya saja, ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Ia tidak siap. Seungwoo tidak akan pernah siap menghadapi kenyataan.
Meskipun awalnya ia berpikir, bahwa ia akan baik-baik saja. Tetapi nyatanya, kenyataan tidaklah sesuai harapan.
Jantungnya bergemuruh kencang seolah ingin keluar dari tubuhnya. Kedua kakinya terasa lemas, jika saja ia tidak sedang duduk, ia pasti akan terjatuh di lantai.
Seungwoo, by no means, bukan seseorang yang lemah secara fisik. Tetapi, serangan mental yang dilakukan Jinhyuk barusan sukses membuatnya terjatuh. Baik secara fisik, maupun mental.
Berbagai pikiran buruk pun mulai menghantuinya. Ia takut setelah ini Yohan akan meninggalkannya. Karena ia sudah tidak dibutuhkan lagi. Karena Yohan sudah mendapatkan semua yang ia inginkan.
Matanya terasa perih ingin menangis. Tetapi dengan cepat ia mengerjapkan matanya, menolak untuk menjadi pria lemah.
Seungwoo menarik napas dalam-dalam guna menenangkan dirinya. Kepalanya pening memikirkan semua ini. Ia benar-benar butuh alkohol.
***
Berbeda dengan Seungwoo, berbeda lagi dengan Yohan. Ia saat ini sedang menapakkan kakinya di langit ke tujuh. Ia benar-benar bahagia saat ini. Tetapi ia merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal.
Namun, apa?
Yohan mendudukkan dirinya di atas kasur sambil berpikir keras. Jinhyuk tertidur sangat pulas di sampingnya. Ia tersenyum kecil lalu menyingkirkan anak rambut yang menempel di dahi Jinhyuk.
"What did I do in my past lives to deserve you, hyung?"
Tanpa sengaja matanya menangkap benda pipih berwarna hitam di bawah bantal yang Jinhyuk gunakan. Jantungnya terasa mencelos saat ia mengingatnya lagi.
Ia lupa akan Seungwoo.
Dengan tangan bergetar Yohan meraih ponselnya. Nihil. Tidak ada notifikasi masuk.
Ia buka kunci layarnya dan ia melihat call history yang menunjukkan bahwa Seungwoo sempat meneleponnya di saat ia sedang bersama Jinhyuk.
Dan itu bukanlah panggilan tidak terjawab, melainkan panggilan masuk. Seluruh tubuhnya melemas. Ia yakin Jinhyuk yang menjawab panggilan tersebut.
Sialan.
Dengan tergesa-gesa ia turun dari kasur, tidak memedulikan seluruh tubuhnya yang terasa sakit. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Seungwoo.
Pandangannya memburam oleh air mata yang hendak keluar dari matanya.
Beberapa kali ia tersandung saat sedang memakai pakaiannya. Kedua tangannya masih bergetar karena panik yang mulai menggerogoti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEED DIAL - Seungwoo x Yohan - SEUNGHAN
FanfictionThere's also someone who needs you right now. He may not be 'physically' hurt, but he's emotionally damaged. "Bukankah aku hanya alat pemuasmu?" "Bolehkah aku?" "Lalukan saja jangan meminta izin."