Bagi Riyan

1K 126 178
                                    


Kadang kala, yang namanya kehidupan tak pernah lepas dari masalah, bahagia, marah, sedih, kesal, kehilangan, bertemu, perpisahan, berteman, menjalin hubungan, atau apapun yang berurusan dengan dunia adalah sesuatu yang lumrah dan tidak asing untuk diterima.

Tentu saja setiap kejadian mempunyai alasan, itu adalah sesuatu yang pasti. Sebagai contoh, seorang bayi dilahirkan ke dunia kemudian ketika bayi itu tumbuh besar, ada sebuah pertanyaan yang tiba-tiba meracuni pikirannya. Sebuah pertanyaan yang mungkin sebelumnya tidak akan pernah Ia pikirkan.

"Kenapa aku dilahirkan?"

Tiga kata berupa pertanyaan yang sebenarnya ditujukan untuk diri sendiri itu cukup memusingkan. Bayi itu adalah satu dari ribuan sel sperma yang berhasil bertemu sel telur dengan segala perjuangan berat yang dilakukan. Kalau dipikir-pikir lagi, untuk apa bersusah payah melakukan hal itu? Apa untungnya hidup di tempat yang belum kau kenali seperti apa? Kau bisa saja menyerah dan tetap menjadi sel sperma yang gagal, toh kau tidak akan merasa rugi.

Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab, "Memang sudah takdir untukku lahir ke dunia, mau bagaimana lagi?" Ah, jawaban itu hanya berasal dari orang-orang yang pasrah akan kehidupan, tanpa mau merubah bagian dari dirinya akan menjadi manusia sesungguhnya.

Kemudian bayi yang telah tumbuh menjadi seorang remaja itu berpikir untuk bertanya pada orang tuanya, tapi tak terlaksanakan ketika Ia melihat sang Ibu sedang bergelut di dapur untuk memasakkan sesuatu untuknya agar Ia tak kelaparan. Setelahnya, tak sengaja pula Ia melihat sang Ayah tengah memperbaiki sepedanya yang rusak agar sepeda itu bisa Ia gunakan kembali.

Barangkali bagi orang lain semua itu adalah hal biasa dan bukan sesuatu yang harus diperhatikan. Tetapi, bayi yang telah berusia remaja ini  menyadari satu hal. Yang dapat menjawab pertanyaannya.

"Aku dilahirkan untuk bertemu orang-orang baik, orang-orang yang akan selalu berada di sampingku."

Kenapa Ia berpikiran seperti itu hanya karena melihat kedua orang tuanya? Tidakkah itu terlalu naif karena berpikir semua orang akan berbuat baik padamu? Tidak semua orang di dunia ini akan selalu menatapmu dengan ramah.

Memang benar, semua itu benar. Tapi, seburuk apapun kehidupan yang kau jalani. Berapa banyak pun masalah yang kau lewati, entah itu kau sadari atau tidak kau pasti pernah bertemu dengan orang yang memperlakukan mu seperti manusia sesungguhnya. Yang selalu tersenyum padamu, yang ada disisimu, yang selalu bersamamu. Pasti ada. Karena salah satu dari sekian ribu alasan kau dilahirkan adalah menjadi berharga untuk orang lain.

"Mau mati ajaa gue rasanya..." Entah untuk keberapa kalinya keluhan itu keluar dari afeksi jingga miliknya yang selalu mengoceh tak jelas, apalagi ketika waktu jam makan siang datang. Selain karena faktor angka-angka yang selalu jadi teman setiap hari-harinya, perut keroncongan pun jadi salah satu penyebab terbesar.

Biasanya, untuk sekolah kejuruan, mata pelajaran utama yang dijurukan pasti memiliki jam paling banyak. Bahkan dalam satu minggu bisa sampai sepuluh sampai enam belas jam. Belum lagi mata pelajaran lainnya yang menyangkut materi yang sama. Apalagi jurusan akuntansi. Jadi ketika satu mata pelajaran akuntansi dalam satu hari ada lima jam pelajaran secara berturut-turut adalah sesuatu yang biasa, namun tetap saja menyiksa.

"Gak mau tau, nyerah gue nyerah pokoknya! Pusing anjing!!" Erangan yang keluar dari bibirnya itu cukup menyita perhatian beberapa temannya yang merasakan hal yang sama. Setelah mengerjakan jurnal umum, buku besar, neraca kemudian laporan keuangan secara terus-menerus membuat kepalanya serasa mau meledak.

"Le, cari makan ke kantin kuy. Laper gue." Itu adalah Riyan yang mengajak Dana yang sedang menghitung modal akhir dari perusahaan yang Ia buat laporan keuangannya pada laporan laba-rugi.

[12]Petal Fortune 🌼 - Hyunjin x Changbin √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang