Bab 3

64 15 0
                                    

Seorang guru laki-laki pun duduk di meja guru yang berada di depan kelas tepat di samping papan tulis. Guru itu kembali berdiri setelah merapikan dan menaruh buku-bukunya, seisi kelas memperhatikan gerak-gerik seorang guru lelaki itu. Mereka sangat penasaran apa yang akan dilakukan oleh guru itu, karena guru itu terkenal dengan canda tawanya yang membuat orang geli. Dan kali ini, seisi kelas sangat bersyukur mendapatkan wali kelas seperti beliau yang humoris, setidaknya suasana kelas akan benar-benar hidup.

"Pagi anak-anak! saya disini berdiri sebagai wali kelas kalian di kelas two belas ini"

"Dua belas pak!" Teriak seorang anak lelaki yang duduk di pojok belakang.

"Oh iya benar, belum mulai pelajaran kamu sudah pintar duluan ya"

"Emangnya kalo sudah pintar kenapa pak?" Tanya murid itu yang membuat seisi kelas tertawa kecil, bahkan ada yang sudah mengeluarkan tawa nyaringnya. Retjeh sekali, padahal ia hanya bertanya begitu. Ternyata, mereka memperhatikan wajah murid itu dengan raut kebingungan yang membuat lucu.

"Mau saya jadikan keripik, terus saya jual di lampu merah"

Murid yang tadinya ceria dengan tanyanya dan kebingungan, kini ia menundukkan kepalanya dan terdiam. Padahal kan cuman bercanda. Dia memang begitu rada-rada lah, tapi ia selalu masuk 5 besar juara paralel.

Seorang guru yang tadinya tersenyum geli dengan sikap tunduk murid yang bertanya ini kini telah menghentikan senyumnya dan melanjutkan salam sapaan pagi kepada murid-murid.

"Oke, pepatah mengatakan tak kenal maka?"

"Tak sayang pak..."
ian boleh manggil saya pak Sugeng atau pak Pirjo. Tapi, jangan panggil saya pak Supir karena saya bukan supir grab ataupun bus. Oke?"

Gelak tawa muncul serempak, kecuali Ano. Ia hanya terseyum, tapi senyum nya benar dari hati dan itu terlihat manis.

Seketika, ada sebuah suara dari seseorang yang sedang berdiri di tengah pintu.

"Pak, saya belum boleh masuk ya?"

"Oh iya, cah bagus sini... silahkan"

Laki-laki itupun masuk. Ia adalah anak pindahan.

"Sebentar, karena kamu anak baru di SMANAS. Sekarang bapak persilahkan kamu untuk memperkenalkan diri"

Setelahnya, lelaki itu langsung berdiri di depan kelas. Sekarang, semua murid melihat wajahnya dengan jelas.

Ano mengerutkan dahinya, ia merasa pernah bertemu dengan laki-laki itu. Sudahlah, Ano juga langsung melupakannya. Buat apa mengingat kejadian yang telah berlalu?, pikir Ano.

"Ano... itu dia No! Astaga, gue gak nyangka bisa sekelas sama dia. Gans banget pake masyaallah "

"Oh, yaudah". Jawab Ano tak peduli.

Ucap Lina berbisik kepada Ano. Itulah lelaki yang Lina lihat pagi tadi.
Bertubuh tinggi, manis, berkulit putih dan mempunyai bibir tipis yang cerah dengan gaya rambut thick hair quiff dengan sensasi rambut pompadour. Tak hanya Lina saja yang menyukainya, ternyata siswi lain juga menyukainya dan sangat terpaku hingga tak henti untuk terus memperhatikannya.

"Emmm... selamat pagi semua"

"Pagi!" Jawab para cewek kelas dengan semangat. Ya, hanya cewek. Kecuali Ano.

"Perkenalkan nama saya Vio Candra Pratama, kalian bisa panggil saya Vio. Saya pindahan dari bogor. Saya pindah karena saya mengikuti tugas kerja Ayah saya. Salam kenal buat kalian semua teman - temanku. Sekian, terimakasih"

IrremplazableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang