Bab 4

46 15 2
                                    

"Pie!"

"Vio?"
Gumam Ano

"Kamu mau kemana Pie?"

Ano tak menghiraukannya, ia pun terus berjalan hingga mempercepat langkahnya

"Dingin banget ya. Beda banget kayak tadi pagi"

Langkah Ano terus melaju, ia tak peduli dengan keberadaan Vio yang ada di sampingnya apalagi menoleh sedikitpun. Vio tetap berjalan mengikuti kemana Ano akan pergi bahkan sesekali ia menyamakan langkahnya.

Ano telah sampai di ruang musik SMANAS. Di pintunya tertulis "Melodi SMANAS". Ano pun menuju ke tempat duduk alat musik piano. Dentingan halus suara piano mengalun indah. Menggelayut semu di telinga dan hati Vio. Seorang berketurunan Mueng Thai itu membiarkan jemarinya menari diatas piano putih. Alunan merdu itu membuat Vio tertarik kepada alat musik biola yang ada disampingnya untuk mengiringi alunan piano Ano.

Ano merasa terusik dengan alunan biola yang terpadu padakan dengannya. Alhasil, Ano langsung menghentikan tarian jari jemarinya tapi tidak dengan Vio. Seketika, alunan lagu "Fall in love" terdengar dari alat musik gesek itu. Apa maksud Vio?

Sebenarnya alunan itu telah menggelayutnya hingga membuat Ano menjadi suka. Tapi, ia tak mau jika sahabatnya merasa tersakiti dengan keadaan Ano yang sedang dekat dengan Vio. Ano pun langsung keluar dari ruang melodi SMANAS tanpa menoleh dan meninggalkan setitik salam kepada Vio

"Pie, tunggu!" Ucap Vio

Sontak, Vio langsung meletakkan alat gesek itu dan segera menghampiri Ano.

"Kamu kenapa Pie?"

Tanya Vio kepada Ano yang kini menyusuri koridor kelas dengan cepat hingga membuat cewek merasa terpana dengan siswa baru itu dan terusik dengan Ano seorang gadis yang terus menerobos lalu lalang bersama dengan Vio.

Akhirnya, Ano telah sampai di depan kelasnya. Ia pun masuk.

"Kalian dari mana ?" Tanya Lina yang telah selesai makan.

"Kalian?"

"Iya, kamu sama Vio"

"Gak dari mana-mana kok. Kebetulan aja masuknya bareng" Dusta Ano

"Ohh... Ano kamu mau gak temenin aku ke sanggar?"

"Sama Vio aja, aku capek"

Capek? Hanya sebuah tipuan yang keluar dari mulut Ano. Ia ingin membiarkan Vio untuk dekat dengan Lina.

"Oh iya, lo kan anak baru. Ikut gue yuk! Gue mau kenalin isi sekolah sama lo" Ajak Lina kepada Vio.

"Aku disini aja temenin Rangga"

"Eh, mau ke sanggar? Aku ikut ya. Ayo Vi ayo" Sebenarnya Vio tidak mau. Tapi, Rangga mengajaknya. Apa boleh buat jika tempat alasan itu menumpas dan bertindak melawan.

Lina, Rangga dan siswa baru itu pergi ke sanggar. Lina dan Vio jalan bersampingan. Banyak sekali cewek SMANAS yang sinis melihat wajah Lina dengan cerianya mengobrol dengan lelaki bertubuh putih dan tinggi itu. Rangga yang menyadarinya pun langsung menghalanginya. Sebenarnya, Rangga tidak suka melihat Lina bersampingan dengan Vio. Jadi, sekarang mereka jalan berjejer tiga dengan Rangga yang berada di tengah.

"Lo ngapain sih Ga?! Sesak tau gak"
Kesal Lina

"Jalan segede ini masa buat kalian berdua aja? Ngobrol cuman berdua, jalan buat berdua, dunia aja lo beli buat berdua. Ya masa gue gak diajak? Emang gue disuruh pindah ke mars ya gara-gara bumi ini mau lo beli buat berduaan?" Kesal Rangga dengan suatu alasan yang tepat.

IrremplazableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang