"Sebenarnya soal ini banyak caranya kok. Kalo cara gue sih pertama - tama lo harus cari hasil yang ini dulu" Ucap Vio kepada Ano. Vio yang sangat memperhatikan kebingungan Ano langsung mengeluarkan pulpen yang tergantung di kantong kiri seragamnya. Sontak, Ano terkejut dengan Vio yang tiba - tiba muncul begitu saja dan langsung mengambil kertas HVS putih di depannya. Ya heran sih sebenernya gimana Vio bisa muncul dan tahu permasalahan Ano. Tapi Ano yang sedang sangat bingung dan tidak mau ditambah bingung langsung memperhatikan penjelasan Vio beserta contoh - contoh yang diberikannya.
"Terus?" Sahut Ano
"Ya gini aja nih. Kan yang ini tadi udah. Terus lo eliminasikan persamaan - persamaannya. Setelah itu lo aplikasikan sama hasil yang sebelumnya. Gimana?" Lanjut Vio dan sambil memastikan apakah sedikit penjelasannya itu membuat Ano menjadi paham?
"Oke dikit lagi deh. Habis ini dimasukkan sesui abjad, terus lo bagi. Nah udah dapet satu hasilnya" Vio yang merasa Ano kurang mengerti pun tak mau tanggung untuk memberikan pengertian mengenai soal tersebut.
"Ooohh iya - iya. Berarti yang satunya sama aja ya?" Paham Ano.
"Iya bener. Dan jangan lupa dikurangin ya karna permintaan soalnya kan harus dikurangin sekian, baru lo dapet jawabannya" Jawab Vio
Serius, ini kok dia bisa gini
Batin AnoAno menatap Vio. Ia yang telah fokus kepada gerakan - gerakan tangan dan suara Vio seketika terlihat wajah Vio yang begitu mengetahui dan peduli kepada dirinya.
"Pie? Kenapa bengong? Yang mana yang kurang paham?" Heran Vio. Bola mata cokelat dengan bulu mata yang tidak terlalu lentik tanpa olesan make up itu sangat menatap Vio tepat di depan wajahnya
"Pie?!" Suara kaget Vio sambil melambai - lambaikan tangan di depan wajah Ano.
"Oohh iya. E-em.. g-gue paham kok. Makasih banyak ya" Ano terkejut dan bicaranya terbata - bata.
Heh, gue kenapa?
Batin Ano"Oke, kalau ada yang bingung lagi lo bisa kok tanya gue. Gue kesana dulu ya. Bye" Tawar Vio kepada Ano
"Bye" Jawab Ano. Ketika Vio membalikkan badan, Ano tersenyum. Hati seorang cewek cuek dan diincar oleh cowok - cowok SMANAS itu ternyata senyumnya bisa dirampas oleh seorang Vio.
Akhirnya, tugas Ano telah selesai dan kebingungannya itu telah ditumpaskan oleh Vio.
"NONONG! Lo kenapa bengong woi! Cepetan masuk kelas, ini 7 menit lagi pelajaran Bahasa Indonesia . Lo gak sadar apa kalau temen-temen dah pada otw kelas?" Ucap Lina kepada Ano yang sedang melamun.
Ano yang telah tersadar langsung begegas menuju kelas bersama lina dengan berlari kecil.
...
"Eh guru bindo kita ibu Siti ya? Astaga mana materi kita lagi kosong, pasti aneh - aneh ni tugasnya" Ucap anak kelas yang sedang bergerombol di salah satu meja."Lho iya, jangan bilang ngerjainnya secara kelompok" sahut salah seorang
"KEBACA UDAH! plis deh ibuu, walaupun kita baru satu kelas tapi kan udah pada kenal jugaa satu angkatan"
Mereka sangat meresahkan atas keberadaan ibu Siti yang kembali mengajar bahasa Indonesia di kelas 12 IPA karena tugas - tugas yang diluar materi.
Bunyi langkah kaki yang muncul akibat adanya hentakan kaki pada permukaan lantai secara cepat menyusuri koridor kelas terdengar jelas. Mereka langsung kembali ke tempat duduk masing - masing.
"Baik anak - anak, selamat berbahagia"
Benar, itu ibu Siti. Beliau tidak membawa buku, hanya botol yang berisi gulungan kertas."Bahagia darimananya" bisik seorang anak yang duduk di pojok belakang kelas itu terdengar jelas karena suasana kelas yang sedang hening. Sontak, seisi kelas terkejut dengan suara yang mewakili isi hati mereka dan mata mereka melirik ke arah bu Siti untuk melihat reaksinya.
"Aduh - aduh anak ibu, Anto ya nama kamu. Anto tidak bahagia ya dengan keberadaan ibu. Baiklah anto silahkan keluar kelas, main di lapangan sama bendera dan matahari selama pelajaran ibu supaya kamu menjadi sangat bahagia" Ucap ibu Siti.
Ups, namanya Rachel bukan Anto. Seisi kelas tertawa sangat kecil dan geli dengan ibu Siti yang salah menyebut nama. Anto alias Rachel pun menjawab.
"S-saya sangat bahagia dengan keberadaan ibu yang bisa menghilangkan ketidak bahagiaan saya yang gagal move on bu. T-tapi nama saya Rachel bu bukan Anto"
Jelas Rachel dengan datar dyang tidak terima ditertawai teman sekelasnya."Padahal nama kamu sudah cocok Anto. Baik Anto, semoga bisa move on ya" Lagi - lagi, ibu Siti memanggilnya Anto. Dasar Anto yang beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irremplazable
Teen FictionKedua makhluk yang dipertemukan oleh sebuah drama kehidupan dengan perjalanan sesuai alur ini selalu bertahan. Anong Piecha, seorang gadis yang menganggap bahwa hidup hanyalah seperti daun yang terbawa angin entah dimana ia dijatuhkan. Setiap hariny...