"Alhamdulillah"
Ucap syukur Ano dikala ia telah memasuki gedung sekolahnya, SMA Nasional Jakarta yang biasa disingkat dengan SMANAS, dan ucapan itu menandakan bahwa ia tidak terlambat pagi ini.
Ano pun berjalan dengan santai dan seperti biasanya, Ano memasang wajah dingin dan kepala menghadap kedepan dengan tidak menghiraukan cibiran-cibiran perempuan SMANAS yang iri dengannya. Ia berjalan tegak dengan raut suram tanpa ukiran senyum sedikitpun serta berjalan dengan langkah yang cepat. Sesekali ada lelaki yang menggoda Ano, namun gadis berketurunan Ayutthaya itu tak peduli dengan mereka.
Nihil, ketidakpedulian Ano tak membuat para lelaki SMANAS menyerah. Sampai-sampai dua tahun terakhir ini ada saja yang masih memberikan hadiah berupa cokelat , bunga, boneka ataupun surat dengan kata-kata puitis yang aneh, dan menaruh benda-benda itu di laci Ano setiap paginya. Entah jam berapa para lelaki itu berangkat ke sekolah.
Padahal, Ano tak suka dengan ketiga benda itu beserta surat-surat sampah dan ia alergi dengan serbuk bunga. Ketika ia menghirup serbuk bunga wajahnya langsung memerah dan ia terkena penyakit flu. Alhasil, Ano langsung membuang benda-benda itu ke tong sampah. Terkadang, teman-teman perempuan yang sekelas dengan Ano meminta ketiga benda yang ada di dalam lacinya. Dengan senang hati, Ano pun memberikannya.
Ano telah sampai di depan kelasnya yang dulu, yaitu kelas 11 IPA 2. Ano belum mendapatkan kelas baru karena siswa - siswi SMANAS akan mendapatkan kelas mereka setelah baris.
"Cek.. Cekk
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom
Om swasiastu
Namo Budhaya
Perhatian untuk seluruh siswa-siswi agar mendengarkan sejenak pemberitahuan pagi ini.
Pagi ini kita tidak dapat baris seperti biasa karena halaman upacara sekolah sedang mengalami perbaikan. Jadi setelah bel berbunyi silahkan mencari kelas masing-masing melalui daftar nama yang telah tertempel di setiap jendela kelas. Dan ibu beritahukan kepada seluruh siswa-siswi untuk berhati-hati ketika melewati halaman upacara sekolah.
Itu saja yang ibu sampaikan, sekian
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"Baru saja Ano sampai di depan kelas, Ano telah mendapatkan pengumuman dari seorang guru yang berada di ruang resepsionis sekolah melalui mikrophone.
Sambil menunggu bel, Ano pun duduk di sebuah bangku yang berada di taman depan kelasnya sembari mengeluarkan sebuah novel dari dalam tas untuk menghilangkan penatnya. Ya, Itulah kebiasaan Ano.Pagi ini Ano tidak ikut berkumpul bersama teman-temannya. Karena itu membosankan, mereka hanya mengobrol tentang make up / skincare dan lelaki. Itu semua sangat tidak berguna untuk dibicarakan di lingkungan sekolah, pikir Ano.
Ano menikmati suasana pagi ini disekolahnya. Kenikmatan yang dilalui setiap harinya ia nikmati dengan penuh hikmat tanpa memikirkan sebuah cibiran - cibiran yang datang secara langsung, pesan ataupun media lainnya yang memiliki beribu tema. Menjalani kehidupan yang bersandingan dengan cibiran itu terasa berat. Tapi seberat apapun hari itu, jangan biarkan seseorang membuatmu merasa tak pantas untuk mendapatkan yang kamu inginkan. Ingat, hidup yang berat adalah hidup yang memikirkan ujaran orang.
Itulah Anong Piecha, persepsi hati yang selalu tersimpan benar di benaknya."Nononggg!! Nong, gue haus nong. Minta ya nong"
Astaga, suara itu telah mengusik Ano yang sedang membaca.
Suara nyaring dan risih itu berasal dari seorang perempuan yang menghampiri Ano sambil berlari. Dan ketika berdiri tepat di depan Ano, perempuan itu mengambil botol minum yang ada di dalam tas Ano. Setelah ia mendapatkan tujuan tangannya di dalam tas ransel, ia langsung duduk disamping Ano dan meminumnya. Perempuan yang memiliki tubuh pendek dan imut itu bernafas tak beraturan karena larinya yang tergesa-gesa di tengah kerumunan untuk memberikan kabar kepada Ano. Ia adalah sahabat Ano. Lina Meilani, seorang sahabat yang sangat pengertian dengan sikap dingin Ano sejak SMP kelas IX. Terkadang Lina memanggil Ano dengan nama Nonong, yaitu akhiran kata Dari nama Ano -Anong-. Katanya Lina suka dengan nama itu, karena nama itu lucu dan cocok dengan sikap Ano yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irremplazable
Teen FictionKedua makhluk yang dipertemukan oleh sebuah drama kehidupan dengan perjalanan sesuai alur ini selalu bertahan. Anong Piecha, seorang gadis yang menganggap bahwa hidup hanyalah seperti daun yang terbawa angin entah dimana ia dijatuhkan. Setiap hariny...