"Vio Candra! Gue ikut lo ya?"
Aksi Lina telah dimulai. Kesempatan dalam kesempitan. Hanya hari ini saja yang dapat ia manfaatkan, dan harus dengan benar."Kenapa?"
Jawaban lelaki itu dengan singkat namun dipenuhi dengan rasa bingung."Mobil gue dibawa Ano, kayaknya itu lama sih" Jelas singkat dari sebuah kebohongan
"By the way, gue ikut Rangga"
"Terus sepeda lo gimana?"
"Gue udah nelpon supir buat ambil sepedanya. Soalnya gue mau nginap tempat Rangga malam ini"
"Ikut gue ayok!"
Seketika, pandangan Vio dan Lina terarah kepada suara ajakan itu. Suara itu berasal dari Rangga yang berada di dalam mobil dengan kaca yang terbuka.Syukurlah, Rangga datang tepat waktu. Gumam Vio
"Cepetan naik. Gue anter pulang kok" Ajak manis Rangga kepada Lina
"Yaudah iya"
Mau tidak mau Lina harus rela dalam kesempatan yang telah hilang seketika ini. Tapi, ia masih merasa bersyukur karena jika Rangga mengantarkannya pasti Vio juga ikut mengantarkannya. Lina pun masuk ke mobil Rangga dan duduk di belakang.
"Emangnya mobil lo kemana sih Lin. Pake ngikut supir grab ganteng aja" Ucap Rangga yang berniat merayu
"Cowok emang ganteng kalo cantik banci namanya. Udah diem!"
Ucap Lina sedikit kesal karena Vio terlihat biasa-biasa saja dan tanpa kutikkan sedikit pun sejak dirinya masuk ke dalam mobil.Rangga pun memecahkan kesunyian dengan menghidupkan music. Yang berjudul one big family. Seketika, Vio yang tanpa kutikan apalagi sedikit gerakan kini ia mengangkatkan tangannya untuk mematikan music itu. Tentu saja Rangga dan Lina terkejut melihat sikap Vio yang sedikit tidak sopan itu. Memangnya apa yang terjadi?. Rangga dan Lina hanya terdiam dan memilih untuk tidak menyetelkan lagu lagi.
Lina yang masih merasa kecewa dengan kesempatan yang hilang ini mulai berpikir keras untuk mencari-cari kesempatan baru.
"Ga, malam ini lo mau gak jalan sama gue?" Tanya Lina yang membuat Rangga heran, tapi itu cukup menyenangkan. Pikir Lina jika Rangga ikut jalan dengannya pasti Vio juga akan ikut karena Vio menginap di rumah Rangga.
"Malam ini? Gue ada acara keluarga" Jawab Rangga.
"Terus kalo lo ada acara, Vionya gimana. Tega banget sih. So, Vio lo mau kan nemenin gue jalan-jalan malam ini" Cara lain Lina terucapkan.
"Udah mulai modus ya, muka lo itu kebaca kok Lin. Lo itu sebenernya mau jalan sama Vio kan bukan sama gue. Malam ini gua gak ada acara keluarga, tapi gue sama Vio ada acara sendiri. Jadi, gabisa ya." Cetus Rangga seketika yang sudah membuat Lina terdiam dan kesal sehingga membuat tatapan Lina tidak lagi mengarah ke Vio namun ke jendela luar bagian kanan Lina. Rangga yang tadinya menyupir dengan sedikit laju kini ia pelankan karena ia sedang tertawa geli melihat tingkah Lina dengan tebakannya yang benar itu.
"Yaudah, antar gue kerumah Ano aja"
Pinta Lina."Ada apa dengan Ano?" Tanya Vio seketika yang membuat Lina menoleh kedepan lagi. Lina merasa heran, kenapa anak itu selalu saja memilih berbicara ketika membahas Ano. Mau tidak mau, Lina yang tadinya sudah terlanjur kesal dengan Rangga ia memilih jawaban singkat.
"Mobil" Jawab Lina yang benar-benar singkat. Ya, cukup satu kata saja.
"Ahahahaha, masih kesel ya. Maaf deh. Mobilnya Lina kan dibawa sama Ano Vi." Jelas Rangga kepada Vio
"By the way, aku gak tau rumahnya Ano" Tanya Rangga.
"Di perumahan candi sewu blok B nomor 51" Jawab Lina
"Iya non" Jawab Rangga dengan tawanya karena ia masih geli dengan tingkah kesal Lina.
Mereka telah sampai di depan rumah Ano. Lina pun langsung turun dari mobil Rangga sambil mengucapkan terima kasihnya karena telah mengantarkannya.
"Kami pulang ya Lin" Pamit Rangga
"Hati-hati ya" Jawab Lina sambil melambaikan tangannya.
"Anak itu care banget gak sih Vi?" Tanya Rangga ketika sudah keluar dari perumahan candi sewu.
"Lo beruntung banget sih Vi, dari tadi diperhatiin terus sama Lina. Gue yang nyahut malah diomelin. Tapi gak papa sih, walaupun ngomel tetep imut juga" Lanjut Rangga sambil tersenyum
"Heh kenapa lo bilang gitu?, lo suka ya sama dia? Hayolo bener gak?"
"Skip mas" Jawab Rangga tak mau melanjutkan pembicaraannya.
Tapi,"Anyway, lo kenapa sih kalo ada orang yang ngomongin Ano pasti suka banget ngenimbrung walaupun ampe 5 jam." Balik tanya Rangga
"Skip juga mas" Jika Rangga bisa menghentikannya, kenapa Vio tidak?.
Mau tak mau Rangga pun harus ikut diam karena ialah yang sudah memulainya.Setelah kurang lebih setengah jam lamanya perjalanan dari rumah Ano, mereka berdua pun sampai di rumah Rangga. Rumah Ano dan Rangga lumayan jauh.
•••
"Akhirnya gue balikan lagi" Ucap senang Rangga.
"Balikan sama siapa lo?" Tanya Vio heran.
"Guling yang bertempat di kasur gue. Ahahahah" Rangga menjawabnya sambil memeluk erat gulingnya.
Tepat sekali, mereka sedang berada di dalam kamar Rangga. Seperti human pada umumnya, Rangga juga kaum dari komunitas rebahan yang setia. Tapi rebahannya harus ditemenin sama guling. Pikirnya, walaupun di dunia ini gak ada bantal dia tidak akan kesal apalagi marah yang penting ada guling yang bisa ia jadikan bantal sekaligus ia peluk karena gulinglah teman halu sejatinya.
Melihat Vio sibuk dengan barang-barangnya, Rangga pun langsung menegurnya.
"Oh iya Vi, lo gak usah susun barang-barang lo disini. Karena lo tinggal disini selama tiga hari, jadi lo tidur di kamar tamu aja ya. Cause gue gak mau guling gue di dua in! "
Cetus Rangga kepada Vio, ia pun langsung memanggil pembantunya yang bernama Bu Siti untuk memindahkan barang-barang Vio ke kamar tamu. Di rumah Rangga sedang tidak ada siapa-siapa, ayahnya pergi ke Eropa karena ada tugas dan bundanya belum pulang kerja. Ya, Rangga adalah anak tunggal. Jadi, ia sangat menerima dengan tangan terbuka jika ada temannya yang menginap di rumahnya. Yang jadi anak tunggal pasti paham dengan posisi Rangga sekarang.
"Dadaaaa Vio. Lo tidur aja dulu, nanti sore baru lanjut" Salam Rangga sambil melambaikan tangannya di atas kasur
Vio hanya mengangkat tangan kanannya sambil menggerak-gerakkan jari jempol sebagai tanda menyetujui apa yang dikatakan Rangga.
Jarum jam dinding menunjukkan angka 3 dengan jarum panjang ke arah angka 5. Rangga terkejut melihat angka itu, ia langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk menepati janjinya. Ya walaupun janjinya itu terlambat setengah jam.
Rangga yang telah keluar kamar dengan tergesa-gesa akhirnya mendapati Vio yang dengan seriusnya menatap smartphone yang berada di tangan kanan Vio. Tatapan bola mata Vio itu membuat Rangga penasaran, tapi karena ia sudah telat dengan janjinnya akhirnya ia memilih untuk tidak menanyakan ada apa di smartphonenya Vio.
"Eh masih stay ya. Maaf bro, guling gue napsu banget tadi sampai ngebuat gue tidur lama-lama" Lelucon maaf Rangga sembari membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Vio masuk. Janji Rangga ialah mengajak Vio minum coffe bersama di cafe terfavoritnya. Karena Vio anak Bogor, jadi wajarlah kalau Rangga mengenalkan tempat-tempat di Jakarta. Sebenarnya Rangga bingung, kenapa Vio menginap di rumahnya padahal baru saja kenal. Maka dari itu Rangga ingin tau masalah apa yang terjadi dengan Vio dengan mengajaknya minum coffe.
.
.
.
.
Holla! Maappin author yang dah lama banget vakumnya^.^
Oiya, buat topik masalahnya Vio. Ada di bab selanjutnya nih. Mari mariii.
-Ssstt... jangan lupa vote nya:>-
..
Aww Terima kasih banyak yang udah mai baca sampai bab inii.. sayang kalian banyak banyaakk😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Irremplazable
Teen FictionKedua makhluk yang dipertemukan oleh sebuah drama kehidupan dengan perjalanan sesuai alur ini selalu bertahan. Anong Piecha, seorang gadis yang menganggap bahwa hidup hanyalah seperti daun yang terbawa angin entah dimana ia dijatuhkan. Setiap hariny...