Dia bukannya temperamental seperti yang kau kira. Bisa dibilang, Hyungi hanya sedang sakit.
❄❄❄
Berjalan kaki menuju sebuah toko khusus penjual susu murni, Seoli sudah berkali-kali mengentakkan kakinya ke permukaan trotoar. Si bos besar tengah menyuruh gadis itu mengambil pesanan yang sudah dipesan sejak kemarin. Padahal lokasi kios susu segar itu lumayan jauh, harus melewati sampai tiga lampu lalu lintas.
Itu semua Seoli lakukan dengan berjalan kaki, seorang diri. Di tengah cuaca meredup, angin dingin berembus kencang. Sempat satu kali, sneakers putih memudar miliknya menendang kecil ke arah onggokan salju sisa-sisa tadi malam. Melampiaskan kekesalan yang mengganjal di hatinya.
Namun Seoli bukannya kesal atas instruksi semena-mena dari si pemilik tempat kerja. Pada kenyataannya, gadis itu masih marah pada kelakuan Harin yang sangat menjengkelkan baginya. Idola wanita yang dielu-elukan kebaikan hatinya itu menghindari Seoli begitu jelas.
Beberapa kali menelepon ke nomor pribadinya, Seoli selalu mendapati sosok sang manajer berkata, "mohon maaf, tapi Nona Harin sedang tak ingin menerima telepon dari siapa pun. Emosi dan mentalnya sedang tidak baik."
Gadis itu mendesah semakin gelisah juga kesal. Atas dasar apa Harin merasa terpuruk seperti itu? Bukankah seharusnya Seoli yang berada di posisi itu?
Sudahkah lupakan saja dulu.
"Anyeonghaseyo Paman, aku ingin mengambil pesanan khusus Bitter Coffee," ucap Seoli sedikit terburu-buru.
Pria paruh baya yang sedang mempersiapkan jeriken-jeriken itu langsung memusat perhatiannya pada gadis mungil di depan tokonya. Sedikit mengernyit saat mendapati Seoli seorang diri saja.
"Kau? Apa kau pegawai baru di sana?" ucapnya terheran-heran.
Seoli mengangguk, tersenyum canggung. Apa yang salah dengan dirinya sampai paman itu memandang tidak percaya padanya?
"Baru kali ini, Hyungi menerima pegawai seorang wanita," gumamnya.
Memahami apa yang ada dibenak pria itu, Seoli pun tertawa kecil. "Ah, berarti aku spesial, Paman?"
"Oh, tentu saja." Gadis itu menularkan virus tawanya, membuat Seoli semakin geli sendiri. "Nona, Hyungi sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Aku berhutang banyak padanya dan juga kakaknya."
Seoli mengernyit kuat, selama ini ia berpikir Hyungi tak memiliki keluarga, sama seperti dirinya. "Kakak?"
"Ya, Jaesung dan juga Hyungi lah yang membantuku untuk mempertahankan kios susu ini saat aku mau digusur begitu saja oleh pemerintah," jelasnya dengan wajah murung. Kemudian tiba-tiba saja ia tersenyum lebar. "Nona, bagaimana kau akan membawa susu-susu ini?"
Seoli yang sempat terbengong memikirkan kebaikan hati seorang Min Hyungi pun mengerjap kuat. "A-ah maaf, Paman bilang apa barusan?"
Sontak saja pria itu terbahak hingga membungkukkan badannya. "Ya, ampun anak ini. Tapi syukurlah, cara kagetmu masih jauh lebih baik dari Hyungi. Mungkin kalau bocah tengik itu yang kukagetkan, botol-botol kaca di etalase sudah pecah dan bertebaran."
Seoli meringis, seakan membenarkan asumsi si paman. Pemilik Bitter Coffee itu memang aneh, memikirkannya saja, Seoli sampai mengembus napas panjang. "Hhh,ternyata Tuan Min memang temperamental ya. Pasti sudah ada banyak orang yang tidak tahan dengan sikapnya," gumamnya lirih.
Anehnya, pria pemilik kios susu malah menggeleng. "Tidak. Dia bukannya temperamental seperti yang kau kira. Bisa dibilang, Hyungi hanya sedang, hm--- sakit. Tapi kau tenang saja, itu tidak menular kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]
General Fiction[COMPLETED] Terdesak oleh kondisi terendah di hidupnya, Kim Seoli berusaha kuat untuk bertahan. Namun hasrat mewujudkan cita-cita itu masih menggantung tinggi, sedangkan usaha gadis itu selalu saja berujung di jalan buntu. Lalu Min Hyungi dengan seg...