Lucu melihat kita berdua hanya terus saling menyakiti. Tapi aku hanya ingin melihat Min Hyungi bahagia.
❄❄❄
Tak bisa mengelak, kini Hyungi melihat Seoli dari sudut pandang berbeda setelah kemarin ia mengetahui apa yang ditutupi oleh gadis itu. Ia merasa miris seketika. Semestinya, keberadaan Hyungi dapat menyembuhkan luka di jiwa Seoli. Namun kenyataannya? Hyungi malah menoreh perih di tumpukan-tumpukan kemalangan yang sudah dimiliki gadis itu sebelumnya.
Seringkali yang terjadi, orang yang berusaha menyelamatkan itu lebih butuh diselamatkan. Seharusnya Hyungi sadar sejak awal, gadis itu memiliki alasan di balik sikapnya yang selalu menerima kesalahan orang lain.
"Kau berharap apa dariku?" tanya Hyungi datar tiba-tiba menghampiri sebuah meja khusus di sudut dapur daerah kekuasaan Seoli. Merasa bingung, Seoli pun mengangkat wajahnya. "Katakan apa maumu sebenarnya, Seoli-ya."
"Apa maksud, Tuan? Aku benar-benar tak mengerti."
"Kau ingin keluar dari tempat ini? Aku akan mengabulkannya jika itu yang kau mau," ucap Hyungi kelewat tenang.
Gadis itu tercengang luar biasa. Mungkin jika Hyungi mengajukan penawaran itu jauh sebelum keadaan serunyam sekarang, Seoli masih bisa bersikeras untuk tetap tinggal. Namun gadis berkuncir kuda itu tak bisa menyembunyikan kegelisahaannya.
"Bukan begitu caranya, Tuan. Kau cukup bilang, 'aku memecatmu, pergilah'. Sangat mudah kan?" Wajah gadis itu tampak bias tak lagi menunjukkan bara api semangatnya seperti yang lalu. Ia berdiri dari kursi lalu membereskan barang-barangnya dengan tangan yang bergemetar.
Hampir melupakan goresan perih bagaimana rasanya tak diinginkan, ternyata masih sama sewaktu dahulu kala sang ayah pergi selamanya.
Hyungi yakin gadis itu salah memahami maksudnya. Tanpa pikir panjang, ia menghadang langkah Seoli lalu merengkuh tubuh kelewat mungil cenderung kurus itu rapat-rapat. Mengusap simpul rambut hitam panjang mengikal di bagian ujung, pria itu berucap lirih, "Bukan itu maksudku, tapi aku menginginkanmu untuk berada di sisiku. Tolong jangan biarkan asumsi-asumsi liar itu terus menggerogoti jiwamu."
Tangisan miris itu mulai terdengar samar di telinga Hyungi. Tangan-tangan penuh kertas dokumen kepentingan Bitter & Sweet itu beralih mencengkram katun di sekitar leher Hyungi. Tanpa sadar telah mengabaikan seluruh ceceran kertas di lantai.
"Oppa, biarkan aku tahu. Kau tak punya niat kembali pada Lee Yewon bukan?" Ingin sekali Seoli mengungkap semua keburukan semena-mena wanita itu, tapi buat apa kalau pada akhirnya jawaban Hyungi tak seperti harapan.
"Biar begitu, kami pernah bertukar janji sehidup semati di depan altar, Seoli-ya," lirih Hyungi berusaha menahan gejolak hatinya. Ia merasa membohongi diri sendiri, sedangkan dadanya terlalu sesak menginginkan Seoli setengah mati.
Terang saja isakan Seoli semakin tak terkendali. "Ba-baiklah, aku mengerti sekarang."
"Seoli-ya, aku mencintai---"
"Hentikan, Oppa. Terima kasih sudah jujur padaku jika selama ini kau hanya mencintai mantan istrimu. Kuharap cincin di jari manis itu bisa kembali bersama pasangannya." Seoli menertawai diri sendiri.
Netra Hyungi pun terpusat pada cincin yang Seoli maksud. Ingin rasanya Hyungi meneriakkan isi hatinya, tapi ternyata bibir tipisnya tak mampu.
"Terima kasih atas kesempatan yang sudah Oppa berikan selama ini. Sepertinya hari ini akan menjadi terakhirku."
Hyungi menempatkan bokongnya di tepian meja, membawa serta tubuh di pelukannya lalu wajah tampan nan dingin itu perlahan meyentuh sela leher Seoli. "Tidakkah kau sadar jika kau lah pencipta Bitter & Coffee? Keik dan kuemu di sini bahkan lebih laris daripada americano? Lalu bagaimana nasib kafe ini jika kau tak ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]
General Fiction[COMPLETED] Terdesak oleh kondisi terendah di hidupnya, Kim Seoli berusaha kuat untuk bertahan. Namun hasrat mewujudkan cita-cita itu masih menggantung tinggi, sedangkan usaha gadis itu selalu saja berujung di jalan buntu. Lalu Min Hyungi dengan seg...