there before...
"siena, gue...".
siena menahan napasnya, berharap jeno mengeluarkan kata-kata yang ia harapkan.
"gue minta maaf, tapi gue gak bisa,".
lantas, detik itu mendadak terasa panjang. siena menelan ludahnya, lalu terkekeh canggung. "that's... okay. gak masalah," katanya pahit. "mungkin emang Tuhan lagi ngehukum aku atas kekurangajaran aku ke kamu," lanjutnya.
jeno menggeleng. "bukan. Tuhan cuma pengen kamu ngerasain cinta yang lebih besar dari yang aku punya ke kamu. gak akan mengubah kalau mungkin itu aji. atau mungkin juga bukan. yang aku percaya, dia punya rasa yang lebih besar dari aku untuk kamu," ujarnya. jeno lantas tersenyum kecil, mengejek dirinya sendiri karena mendadak bijaksana. "dan kalau perlu aku tambahkan, rasa ke kamu udah nyaris gak ada. aku gak mau ngasih harapan ke kamu, siena. indeed, dari situ aja kamu bisa liat seberapa penting kamu buat aku,".
siena terkekeh kecil. "maybe, i'm just good to be your brother. aku lebih suka melindungi kamu daripada memiliki kamu,".
si gadis menampilkan senyumnya. tipis, namun tulus.
"makasih, jeno alfhian,".
-
"kalau memang sayang, cintai dia sepenuh hati. kalau enggak, lepasin ya, nak. gak cuma kamu, tapi dia juga butuh bahagia,".
jeno terdiam. tapi lantas jemarinya memilin ujung lengan baju sang bunda. "ayah... dulu bilang sayang ke bunda gimana?" tanya jeno dengan wajah memerah. bunda menaikkan alis, selanjutnya terbahak.
"walah, walah. anak bunda ternyata juga suka, ya, sama sashi? waahh, gayanya aja nggak peduli. ternyata kamu suka?" goda bunda. jeno cemberut, ngambek ceritanya. padahal niatnya mencari solusi, malah digodain.
"yaa, ayah cuma bilang. ayah suka sama bunda. tapi ayah juga bilang, kalau ayah gak masalah bunda tolak. soalnya, ayah cuma pengen liat bunda bahagia," tutur bunda, kembali mengingat masa mudanya. "terus bunda bilang, gimana kalau ayah aja yang jadi penyebab bunda bahagia? lah, ayah kamu keburu loncat-loncat sambil teriak 'diterimaa!! diterimaa!!'" bunda tertawa, begitu juga jeno.
nyatanya, sang ayah yang bertampang dingin itu gak lebih dari sekadar badut ancol budak cinta. jeno pikir ayahnya bawa bunda pergi ke suatu tempat, makan malam, terus nyatain cinta.
ternyata bunda cerita kalau ayah menyatakan cinta didepan penjual cilok, gulali, dan pecel lele.
jeno jadi gak habis pikir. meski begitu, gak bisa diragukan betapa tulus cinta bunda ke ayah, sampai tetap luluh walau cuma dibawa ke emperan blok m.
"hayo, pada ghibahin ayah, ya?" sebuah suara mendadak terdengar, buat atensi keduanya teralihkan. bunda menaruh apel yang selesai dikupas serta diiris ke atas nakas. bunda bangkit dari duduknya.
"bunda keluar dulu ya," pamitnya. "habis ngomongin yang jelek-jelek ya, makanya kabur?" tuding sang ayah. "dih, geer. orang aku lengket habis potong apel. sekalian aja mau beli rujak didepan," bunda membalas disertai kekehan mengejek. ayah cuma mengerucutkan bibirnya.
pintu yang sudah bunda tutup, kembali terbuka. memunculkan kembali wajah sang ibu. "oh ya, yah. itu anakmu lagi jatuh cinta,". wajah jeno bersemu padam. "bUNDAAAA JANGAN DIBOCORINNN,". bunda tertawa sembari menutup pintu kamar rawat jeno seperti semula.
"oalah, jagoan ayah udah suka-sukaan? sama siapa?" ayah bertumpu pada kedua lengannya, menatapi putranya dengan atensi penuh. "a-apaan," jeno mendadak gagap, entah kenapa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSEQUENCES - lee jeno :: ( ✓ )
Fanfiction❝aku cinta. kamu tidak.❝ 🌙🌙🌙🌙 ⁺˳✧༚──lee jeno; oc ✽ semi-baku ✽ ⁺✧ l o k a l a u ✧⁺ 📟📟📟📟 × started: 15/08/19 × finished: 09/10/19 cover by : @rushvcnillamkl highest rank: #1 in zhongchenle #1 in huangrenjun #1 in ljn #1 in lhc #1 in hrj #1...