──limabelas

9.8K 1.6K 112
                                    

jeno terdiam dalam lamunannya. pikirannya melambung ke malam yang lalu, mengulang kata-kata esa berkali-kali seperti kaset rusak.

memang. jeno selalu menolak cinta yang penggemarnya tunjukkan. selain tak percaya itu murni rasa suka, juga karena ia menanti siena. menanti gadis itu sadar bahwa sebenarnya, jeno hanya butuh sedikit jam terbang untuk mengudarakan kalimat 'aku suka kamu, mau jadi pacarku?'.

jeno selalu percaya apa yang ia rasa itu cinta. ia percaya tiap degup yang ia rasa kala memandang netra kecoklatan siena itu karena hatinya sedang dalam suasana bahagia.

tapi itu dulu.

jeno merekap apa yang ia rasa mana kali ia memandang siena latihan di lapangan sana. tak ada efek kupu-kupu yang pernah ia rasakan lagi. hanya ada rasa sakit, dan berharap siena berpaling dan menyadari ia adalah pilihan terbaik yang bisa siena ambil.

esa benar. cinta adalah ketulusan, bisa jadi merelakan.

deg.

jeno terhenyak, mendadak teringat si gadis bersurai coklat gelap yang terkadang bisa menjadi macan secara tiba-tiba itu.

sashi selalu mencoba baik-baik saja setiap kali jeno tanpa sengaja mengungkit siena diantara keduanya. sashi bahkan mencari tau sendiri soal siena dan apa perannya dalam hidup si lelaki, meski tau itu menyakitkan.

sashi selalu merelakan.

merelakan hatinya terpatahkan berulang kali oleh satu figur manusia yang sama. merelakan detik-detik berharganya hanya untuk membuatkan jeno bekal karena si gadis tau, jeno malas bergerak ketika sudah dalam posisi ternyamannya. merelakan jeno dengan hatinya yang konstan di tempat.

jeno menggigit bibir. purna yakinnya, bahwa sashi mencintainya.

si lelaki menghela napas, bangkit dari sofa dan mengambil jaketnya. ia berpamitan pada sang bunda, lantas menggerakkan tungkainya untuk pergi ke mini market dekat rumah.

tiba-tiba langkahnya berhenti, tatkala melihat di seberang jalan didepannya─lebih tepat lagi, di depan grosir baju, siena memasang raut kecewa. tak jauh dari sana, aji menaiki motornya lantas tancap gas setelah menutupi kepalanya dengan helm.

siena menutupi wajahnya, menghadang dunia untuk melihat bahwa ia tengah menangis. namun tak lama setelahnya, ia menengadahkan kepala dan berjalan cepat menjauhi grosir.

jeno menahan suaranya untuk memanggil. menelan ludah, si lelaki menyempurnakan niatnya untuk mendatangi si gadis.

namun saat baru sampai di tengah, mendadak terdengar bunyi klakson yang memekakkan telinga. membuat jeno menoleh dan melihat mobil avanza hitam melaju cepat ke arahnya.

dan tepat ketika suara debum terdengar,

jeno mendadak mati rasa.

langkah sashi cepat, menyusuri ubin bersih tempat yang selalu ia harapkan agar tak pernah ia jejaki.

rumah sakit.

tempat dimana semua orang mendadak menaruh cemas dan harap. tempat dimana doa lebih sering dipanjatkan ketibang di rumah ibadah manapun.

sashi mengubah langkahnya menjadi lari kecil ketika melihat arjuna disana, bersama nana dan esa. juga, siena.

"jun!! gimana?!" tanya si gadis mendesak. arjuna menelan ludah. "dokternya belum keluar sejak sejam yang lalu, shi," katanya serak. sashi mengerang frustasi, merosot di lantai rumah sakit.

sashi menutup wajahnya, mengendalikan diri supaya tak tiba-tiba mengalirkan air mata. "kenapa bisa gini?" tanyanya lirih. nana menghela napas. "katanya, dia mau nyebrang. orang-orang udah panggil dia untuk cepet nepi, tapi itu anak kayaknya lagi banyak pikiran," jelas cowok bersurai coklat keemasan itu.

sejujurnya, siapa yang tega menceritakan kejadian menyakitkan kepada seseorang yang menaruh rasa sedalam samudra untuk lelaki yang tengah berjuang didalam? nana juga inginnya tak banyak bicara. melihat kalimat singkat di chat itu saja akan terasa sangat menyakitkan, apalagi kalau mendengar langsung kejadiannya?

mungkin, siena tersedu-sedu di tempatnya.

tapi kalau boleh jujur, lampu sorot rasa sakit itu hanya dimiliki sashi seorang sekarang.

CONSEQUENCES - lee jeno :: ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang