Ben tahu dia tidak akan pernah berhasil menolak ide gila Fuad. Selalu begitu sejak dulu. Ben akan terperangkap dalam ide gila itu walau selalu berakhir menjadi bencana. Ben masih ingat kali terakhir Fuad melancarkan ide gilanya, Ben terperangkap di dalam sebuah kamar hotel dengan seorang perempuan bugil. Dan Ben juga ingat bagaimana dia melarikan diri dari kamar itu karena terlanjur membayangkan seorang anak haram yang tidak berdosa mungkin hadir ke dunia setelah apapun yang mereka lakukan di kamar itu.
"Nih, pake kondom. Jadi pasti aman." Fuad mengangsurkan sebuah plastik seukuran permen karet.
Ben tidak menolak. Meski yakin tidak akan menggunakannya, Ben mengantongi benda itu, sekadar untuk menghargai usaha sahabatnya. Ben tahu betul, semua ini dilakukan Fuad demi dirinya.
"Kali ini mainnya sama bule. Mereka lebih berpengalaman. Perjaka kayak kamu bisa sekalian belajar dari mereka," Fuad memersuasi. Tidak lupa menambahkan cengiran yang dibalas makian oleh Ben.
Kali ini, Ben diajak Fuad untuk duduk di kelab yang lokasinya berada di basement hotel tempat mereka menginap selama di London. Sudah hari ke lima mereka berada di Inggris, dan Fuad masih melihat sahabatnya itu sama kacaunya dengan hari pertama. Tidak sepenuhnya terlihat kacau karena selama seminar berlangsung Ben selalu fokus, tapi setelah seminar berlalu penyakit Ben langsung kambuh. Galau. Gejalanya ditandai dengan hilangnya kemampuan Ben dalam merespons obrolan karena terlalu konsentrasi memikirkan mantan kekasihnya itu, kadang terlalu overprotektif terhadap ponselnya karena berharap mendapat kabar dari Ghea, dan kadang Ben malah kepergok sedang menguntit media sosial gadis itu.
"Kalo entar susah bangunin monstermu, coba bayangin Ghea aja, kali aja berhasil," nasihat Fuad lagi saat mereka sudah duduk pada salah satu meja di kelab.
Ben hanya membalas dengan memukul bahu Fuad keras. Entah kenapa Ben sangat malas berbasa-basi hari ini. Ralat, bukan hanya hari ini, tapi selama tidak mendapat balasan apapun dari Ghea. Gadis itu benar-benar serius ingin mengakhiri segalanya. Selalu begitu.
Diingatkan tentang Ghea praktis membuat Ben memeriksa ponselnya lagi. Penasaran pada kabar gadis yang selalu menghantui kepalanya itu. Kali ini Ben harus menyelidiki lewat Lani. Lagi. Mudah-mudahan Lani tidak bosan meladeni Ben. Lani merupakan jalur teraman dan terpercaya, karena Ghea bahkan tidak aktif menggunakan media sosialnya. Dan jawaban Lani kali ini benar-benar berhasil menyulut api amarah dalam darah Ben. Ben sampai harus menandaskan minuman beralkohol yang disuguhkan Fuad saat membaca balasan Lani.
"Ghea bilang kamu nggak pernah cinta sama dia, kamu cuma kasihan. Kalau kamu benar-benar cinta, kamu seharusnya bersedia menikahinya."
Ben tidak tahu harus marah kepada siapa sekarang. Hanya saja rasanya dia ingin sekali menghancurkan benda apapun yang dilihatnya, untuk melampiaskan sedikiiiiit saja rasa ketidaknyamanan ini. Maka pilihan terbaik saat itu jatuh pada botol bir yang menganggur di atas meja. Setelah menandaskan isinya, Ben membanting botol itu hingga menjadi remah-remah kaca. Untung saja Fuad sudah turun ke lantai dansa, hingga sahabatnya itu tidak perlu menyaksikan kegilaan Ben.
Siapa yang bisa Ben jadikan kambing hitam untuk masalah ini? Masa lalu yang suram? Pasangan yang tidak pengertian? Atau Mama yang ceroboh? Tidak ada.
Lagipula, bukankah ketakutan Ben terhadap pernikahan menjadi pasangan ideal untuk Ghea saat ini?
Ben ingat betul saat dia masih rajin menguntit Ghea di rumah sakit, Ben pernah mendengar gadis itu berdoa di chapel. Isi doa Ghea sangat jelas, bahwa Ghea tidak ingin tumbuh menjadi wanita lemah seperti ibunya. Ghea tidak ingin menggantungkan hidup pada pria, hingga ketika pria itu meninggalkannya hidupnya ikut goyah. Ghea ingin memiliki karir yang gemilang. Dan bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If I Love You [TERBIT]
عاطفية[21+] Age-gap love story Bagi Ben, melindungi, menyayangi dan mencintai Ghea serupa bernapas, dia tak akan pernah bisa berhenti. Namun begitu, Ben tidak pernah bisa menjanjikan pernikahan. Bagi Ghea, hubungannya dengan Ben tak ubahnya sebuah guyona...