🌠🌠🌠
San dan kakaknya sedang menonton tv sambil bersantai. Sebenarnya San masih sakit, namun karena tuntunan 'Misi' yang harus diselesaikan, mau tidak mau ia harus menahannya.
San duduk sambil menonton tv, entah apa yang ia tonton, tapi dari tadi ia sibuk memencet tombol remot. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, ia sangat bosan.
Berbeda dengan kakaknya, Alfa kini sedang tersenyum tidak jelas sambil melihat benda persegi panjang yang ada ditangannya.
Alfa rebahan di sofa dengan paha adiknya sebagai bantalan. Ia tidak peduli dengan kaki adiknya yang sekarang sudah kesemutan.
" kerumah Dimon yuk kak? Kan kakak belum minta izin sama orang tuanya Dimon kan?" tanya San sambil menatap sang kakak.
"Kalau boring tidur aja, ini baru jam 10 malam. Dimon juga kesini nanti jam 11" kata Alfa tak memalingkan muka ke lawan bicaranya.
"Tapi kakak belum ijin sama orang tua Dimon kan? Dan juga pasti kakak belum minta izin ke sekolah kan?" tanya San lagi.
"Apa sih yang nggak bisa kakak lakuin dek?" tanya Alfa balik," ada Gavin juga" sambungnya.
San lalu ingat, asisten kakaknya yang albino itu ternyata serba bisa, ia sangat kagum dengan sosok Gavin. Dalam usia 20 tahun ia bisa mendapat kepercayaan kakaknya.
San lalu berfikir ide lain untuk membuat kakaknya beranjak dari pangkuannya.
Kakinya sekarang mati rasa.
Entah kenapa otak cerdas ber-IQ 159 yang ia miliki tidak berfungsi sekarang. Lalu ada ide melintas di otaknya. 'Ini sangat efektif' batinnya.
"Cermin yang kak Alfa beli bentuknya kayak gimana kak, tunjukin ya?" ucap San.
"Nanti, nunggu Dimon" ucap kakak mulai kesal.
"Nggak peka banget jadi kakak" ucap San.
Lalu ia berdiri dengan kaki kanan yang mati rasa dan kaki kiri kesemutan. San lalu berjalan ke kamarnya.
Setelah San berdiri, Alfa yang dari tadi sibuk dengan dunianya otomatis terguling ke bawah. Ia lalu memegang keningnya yang bersemu merah.
"Untung adik" ucapnya.
🌠🌠🌠
Kini sudah jam 11 tepat, Dimon yang sudah datang 5 menit yang lalu nampak tegang, tak jauh berbeda dengan San.Kini mereka bertiga menuju ruangan yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Alfa sampai di depan pintu langsung memegang knop dan membukanya.
Ruangan bercat biru muda hanya berisikan cermin besar yang tertutup kain putih saja.
Mereka menuju cermin besar di tengah ruangan. Alfa membuka kain tersebut lalu pemandangan indah terpampang jelas di depan mereka membuat San dan Dimon melongo.
Cermin dengan tinggi 2 meter dan lebar 3 meter, lalu di samping cermin terdapat kayu yang di dominasi dengan warna putih bercorak emas. Tidak, mungkin itu memang emas yang dicat warna putih. Sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky
FantasyPutri Lucky Fredella Cillariene... Seorang Putri yang cantik dan baik, tapi kenapa Dia memberi Kami kutukan... . . . . Bercerita tentang Dimon Pradana dan Casandra Xrill yang ditakdirkan mendapatkan jiwa Sang Putri. Kekuatan tak memberikan kehidupa...