One Down

3.4K 349 65
                                    

"Nanaadd!"

Teriakan Anggi yang menyambut gue keesokan harinya di pintu ruangan kerja Bagian Protokoler. Gue melenggang masuk, Anggi mengikuti ke meja gue.

"Tadi malam lo minta maaf ke Arya? Jadi ngaku lo?"

"Setelah gue pikir-pikir kan gue nggak ngapa-ngapain, Ngge. Gue gak centil-centilan sama Maha. Gue setia sama Arya. Ya, oke gue ngestalks IG-nya. Sebatas itu doang. Reaksi gue kemarin mungkin berlebihan, tapi kan gak ngapa-ngapain. Ngapain gue cari-cari penyakit dengan ngomongin gue ketemu gak sengaja Maha kemarin. Yang ada ntar gue malahan berantem," ujar gue pada Anggi.

"Iya sih, lo bener juga," kata Anggi, "Itu namanya bohong putih. Bohong untuk kebaikan bersama. Tapi lo udah liat postingan IG-nya Maha yang terbaru nggak?"

Gue menggeleng.

"Nih!"

Anggi menyodorkan ponselnya. Tampak di layar ponsel menampilkan seorang gadis remaja berseragam putih abu-abu di bawah sebatang pohon. Foto hitam putih itu diambil jelas tanpa sepengetahuan si Gadis Remaja. Gambar tampak belakang yang mencitrakan objek foto yang tampak memandang langit terlihat natural dan tampak realistis.

"Ini gue dan pohon beringin di sekolah gue dulu."

Gue ternganga dan Anggi mendengus.

"Terjawab sudah pertanyaan di pikiran gue dari pagi. Rambut lo dulu panjang, Nad?"

Gue mengangguk dan tatapan gue menelusuri caption di bawah gambar.

Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again

"Nggak nyangka si Kampret melow juga, yak. Buset kata-katanya, tampang boleh rocker, hatinya ck..ck..cckk..." Anggi berdecak.

Gue menggeleng, "Itu lirik lagu Avenged Sevenfold. Grup musik kesukaan Maha."

"Tentang orang patah hati kan?"

Gue menggeleng, "Itu lagu tentang kerinduan dan penyesalan. Penulis lagunya seolah bercerita tentang laki-laki yang jauh dari rumah dan orang yang dicintainya. Laki-laki itu kesepian. Ia egois di masa lalu dan meninggalkan gadis yang dicintainya. Yang tersisa hanya rasa putus asa pada kehidupannya saat ini."

"Kok lo tau?"

"Masa SMA gue lalui dengan lagu-lagu Avenged Sevenfold. Gue diracunin Maha."

"Ya ampun. Tapi nggak salah lagi Nad. Ini Maha lagi ngasih clue ke lo. Dia belum move on."

"Kenapa belom move on? Yang ninggalin gue dia kok."

"Ada pepatah mengatakan penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran."

Gue tertawa kecut, "Basi."

"Bener dong Nad, masalahnya saat itu si Kampret nggak puas dengan keadaannya. Hubungan kalian nggak cukup untuk keadaannya yang tiba-tiba menjadi orang terkenal. Terkadang manusia kan gak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Trus dia ketemu tuh sama model terkenal. Trus lo dilupain. Gitu," ujar Anggi panjang lebar, sementara gue mulai melamun memikirkan kapan kiranya Maha motret gue diam-diam di bawah pohon beringin di sekolahan gue itu.

Pintu penghubung dari pantry tiba-tiba terbuka dan Jalu masuk ke ruang kerja Protokoler dengan muka cemberut.

"Eh Jalu..." Anggi cengengesan, sementara Jalu berderap menuju Anggi dengan tentengan bungkusan dalam plastik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang