Kantor Gue di Hari Senin

8.4K 482 25
                                    

Kata orang Senin itu menyebalkan. Menurut gue sih juga gitu. Lo bayangin aja ya, lo masih terlena dengan istirahat dua hari diakhir pekan, lalu pagi senin datang. Alarm lo berdering nyaring dan norak pada pukul empat pagi, dan dimulailah kegiatan terbirit-birit lo minggu itu.

Gue nggak tahu lo mengawali hari dengan rutinitas apa, tapi buat gue yang perempuan pekerja baru menikah, eerr... satu tahun tiga bulan, itu berarti gue mengawalinya dengan terlompat dari tidur nyenyak lalu mengeluh, setelahnya meraih ponsel, mematikan alarm dan tersaruk-saruk keluar kamar. Biasanya kucing gue yang bernama Lee sudah menunggu di depan pintu kamar. Lee bakalan setia mengekori gue sampai toilet kalau gue belum membukakan pintu depan supaya dia bisa patroli keliling komplek mengencingi tiang listrik dan pagar depan rumah untuk menandai daerah kekuasaannya.

Sementara gue, memulai kegiatan memasak ala kadarnya untuk suami gue yang di jam segitu masih mimpi indah. Setelahnya, ya biasa... berjibaku dengan lalu lintas pagi hari Jakarta yang luar biasa. Bukan dengan mobil ya, tapi motor. Motor? Yapp... buat gue dan suami, naik mobil di hari kerja sama aja dengan lo ngabis-ngabisin umur lo di jalan. Jadi motor itu solusi sempurna, setelahnya ojol (ya motor juga sih, tapi kan bayar!), trus.. busway, kalo dari rumah gue ya, daerah yang belum dilewati MRT ataupun LRT. Bukannya gue nggak punya mobil ya, tapi mobil itu cuma buat belanja mingguan ke pasar, jalan-jalan ke luar kota, pergi undangan yang mengharuskan lo dandan kece, juga segala kegiatan yang bisa lo lakukan di hari Sabtu-Minggu dimana jalanan Jakarta lebih bersahabat daripada daerah penyangga ibukota.

Balik ke awal, jadilah Senin ini seperti biasanya. Gue yang baru di drop suami di depan gedung, lari pontang-panting menuju lift. Sial!! Pintu lift tertutup dan gue harus menunggu lift selanjutnya. Alhasil gue telat 30 detik doang dan uang transport gue melayang.

"Telat lo ya?" tanya Anggi, teman seruangan gue sambil nyengir dari atas  tumbler yang berisi  kopi yang masih mengepul.

"Gue bukannya telat ya , Ngge. Gue nyumbang buat perusahaan!"

"Diihh macem duit makan lo bisa buat  beli tinta printer aja!" sahut Anggi lalu menyumpal mulut besarnya dengan kopi yang ia sesap.

Dan dimulailah keriuhan pagi itu, sebelum bos gue datang dan tanpa babibu langsung mengumpulkan stafnya yang cuma 4 orang untuk melakukan ritual coffee morning. Sedangkan untuk coffee morning Corporate Secretary dilakukan setiap dua minggu sekali.

Sebelum membahas coffee morning gue pagi ini, gue mau sedikit banyak kasih lo pencerahan tentang kantor gue. Jadi gue kerja di sebuah perusahaan swasta bergerak di bidang perbankan. Sudah enam tahun ini gue kerja disini dan dua tahun ini gue ditempatkan di bagian Protokoler Direksi. Di bagian kita ini menginduk ke unit kerja Corporate Secretary dimana ada bagian Sekretariat Direksi dan satu lagi ya bagian Protokoler Direksi. Dulunya gue kerja di bagian penerimaan surat selama empat tahun. Ketika salah seorang staf di bagian Protokoler resign, Anggi menawarkan gue ke Managernya. Jadilah gue pindah kerja dari ngurusin surat, menjadi Staf Protokoler yang mengurusi kegiatan harian Direksi.

Dengan  satu manager dan empat orang staf, kami menentukan keberhasilan kegiatan, mulai berbagai rapat Direksi, Rapat Koordinasi, Rapat Konsolidasi, Rapimnas, kegiatan dinas luar kota atau luar negeri, seminar, golf, jamuan dan lain-lain. Sibuk iya, tapi gue suka banget sama kerjaan gue yang ini. Nggak ada tuh ceritanya gue bengong nggak ada kerjaan. Kalau nggak lagi meeting harian, buat jadwal atau visit tempat meeting buat para boss besar, biasanya gue menemani salah satu dari anggota Direksi, memastikan kegiatan  mereka kelar sesuai tujuan. Intinya gue sibuk. Ciee. Tapi beneran loh ini.

Kembali ke coffee morning hari ini, Manager gue, Pak Randi membawa berita tak terduga.

"Jum'at kemarin saya dipanggil Direktur Utama bersama dengan Corsec. Direksi telah membuat kesepakatan melalui sirkuler untuk mengalihtugaskan saya ke Anak Perusahaan. Kalian tahu, perusahaan saat ini fokus di Syariah dan saya dipercaya untuk membantu."

The OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang