Jauh Panggang Dari Api

2.2K 288 10
                                    

Jum'at pagi menjelang Sertijab Pak Randi, gue dan anggota geng Zuper Zibuk Zekali minus Pak Randi dan Mas Tito sedang asyik ngobrol-ngobrol down to earth sambil ngemil rambak. Boong deh... ya bergunjinglah. Bergosip bahasa kerennya. Tiada lain tiada bukan soal pengganti Pak Randi. Lagian lo pasti nggak akan percaya kalo gue bilang kita lagi ngebahas masalah kaum migran di belahan dunia lain atau bahas artis yang tetiba banyak pada bikin vlog.  Nggaklahhh... ini receh banget kok buat hajat hidup orang banyak tapi penting banget buat kita.

Oh iya... terkait dinas tempo hari dimana Bu Ardi curhat dengan gue mengenai masalah keluarganya, gue memilih untuk tidak membahasnya dengan geng Zuper Zibuk Zekali. Karena sedekat-dekatnya gue sama mereka, ketahuilah wahai penduduk wattpad, eh... Hahaha... teman-teman gue juga manusia biasa layaknya kalian yang mulutnya juga maju kali soal hosipan papan atas di kantor gue. Ya gue nggak mau ambil risikolah. Juga masih milih-milih untuk berbagi info ini. Intinya kalo lo punya aib, sama temen sendiripun jangan lo umbar yak. Bisa-bisa jika temen gosip lo khilaf dan gosip tersebar, lo bisa ikutan khilaf dan ngegelindingin temen lo dari tangga darurat kantor. Prinsip gue, jangan menggosip duluan sebelum ada yang mancing. Jadi minimal lo bisa saring-saring apa yang mau lo gosipin.

Sejujurnya gue juga bertanya-tanya sepanjang perjalanan balik ke Jakarta. Sebetulnya Bu Ardi habis makan apa sih sampai dia kerasukan  mengumbar aib rumah tangganya ke gue. Baru sekali ini gue nggak bahagia dinas keluar kota. Gue kepikiran nasib gue jika Bu Ardi curhat ke suaminya dan memutarbalikkan cerita. Gimana gini, gimana begitu. Itu yang ada dipikiran gue. Ngaku deh lo, kalau lo di posisi gue, lo juga gitu kan. Gue kan khawatir jika Pak Ardi tahu, gue bisa di deportasi ke mailing room lagi. Kan gue nggak bisa ngegosipin petinggi kantor gue ke lo semua wahai handai taulan. Yekan? Jangan pada muna deh, kalau lo nyampe juga kesini berarti lo ngikutin  gosipan gue kan?

Guepun sampai heran sendiri sama kenekatan gue nasihatan  bu Ardi malam itu. Ibarat lo ditanya temen lo, 'Seberapa nekatnya lo?' Gue bakal jawab, "Gue diminta jadi mata-mata oleh istri bos paling serem di kantor gue, bukannya gue lakuin malah gue kasih kuliah malam ke Ketua Geng Emak-Emak berdaster tersebut."

Nah wajarkan gue khawatir kena deportasi ke mailing room? Selain nasib gue terancam, nasib lo semua juga. Emang lo mau kita berhenti sampai chapter tiga aja? Ayo jawab. Mau lo?

Tapi anehnya sepanjang Kamis itu sampai kembali ke Jakarta Bu Ardi memilih menjauhi gue. Ya bukan berarti juga Bu Ardi selama ini ramah sama gue, lo kan tau bagi dia gue cuma butiran deterjen. Yahh jadi akhirnya gue pikir untuk amannya gue tutup mulut aja. Anggap aja malam itu gue lagi ngomong sama hantu kayak yang pernah lo tonton di film-film, bukannya sama istri user gue saat itu. Bener kan kalau gue sampai menganalogikannya begitu? Karena kalau menurut pendapat gue, ketemu setan itu sama berdebar-debarnya dengan lo ketemu gebetan jaman pedekate. Nah... gue juga gitu waktu melihat penampakan Bu Ardi. Bawaan gue pingin ngibrit aja. Kemana aja, asal gue bisa lenyap.

Udahan ya ngomongin Bu Ardi. Gue lagi parno denger namanya sekarang. Kita ngomong soal Mas Tito yang bakal promosi aja yuk.

Ohiya sebelumnya gue mau cerita bahwa tadi pagi gue satu lift sama cowok cakep banget. Nahh.. kalau gue nyebutnya cowok, berarti umurnya gak lebih dari gue lah kalau lo ikut melihat cowok ini secara tatap muka. Mukanya bening licin, bikin gue bertanya-tanya apa cowok ini pakai skin care juga kayak gue dan cewek-cewek lainnya di muka bumi ini. Jadilah gue curi-curi pandang seperti penghuni lift lainnya. Barang bagus gini jarang-jarang nemu di gedung kantor gue. Setelah lift semakin naik dan orang-orang pada mulai turun ke lantainya masing-masing, gue baru sadar nih cowok ganteng turunnya di lantai paling atas alias kantor Direksi. Tapi berhubung gue turun di lantai 26 sedangkan  kantor Direksi terletak di lantai 30, nggak bisalah gue kepoin cowok ganteng ini. Perkiraan gue sih, kalau bukan marketing apartemen yang lagi nawarin dagangan ke Direksi via Sekretaris, ya paling tamu bos-bos gitulah.

The OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang