Suasana canggung memenuhi langit-langit ruangan apartemen. Tidak ada seorang pun yang berniat memulai percakapan.
Panpriya sedari tadi hanya mengelap-ngelap senjatanya dengan tisu basah, Jennie yang tidak ingin mengakhiri suasana awkward ini, serta Jisoo dan Rosé yang terlalu takut dengan Panpriya.
Entah karena senjatanya sudah bersih atau memang sudah bosan dengan suasana yang sangat aneh ini, akhirnya Panpriya mulai membuka percakapan.
"Jadi, apa kalian tahu dimana namja yang diculik tadi?" Tanya Panpriya
JensooRosé sama sekali tidak terlihat ingin menjawab pertanyaan Panpriya. Hal itu membuat darah Panpriya mendidih.
"Apa kalian tidak dengar?! Aku tanya, apa kalian tahu dimana namja yang diculik tadi?!" Tanya Panpriya dengan suara yang agak keras.
Ketiga yeoja yang duduk di depan Panpriya tersentak kaget. Tapi tak ingin menjawab.
Panpriya bersmirk.
Keberanian kalian boleh juga ╮(╯▽╰)╭ -Panpriya
"Kalian cukup berani juga denganku. Patut diacungi jempol. Aku dari dulu sangat berharap kalian berani seperti tadi. Tapi masalahnya adalah..." Panpriya menggantungkan perkataannya sembari menghampiri Rosé yang notabenenya duduk paling dekat dengannya.
"Ini bukan saatnya kalian bersikap sok berani di depanku. Aku hanya butuh jawaban, bukan keberanian kalian yang palsu." Lanjut Panpriya sambil menjambak rambut Rosé.
Rosé meringis kesakitan. Panpriya menyeringai puas. Itu adalah reaksi yang ia harapkan!
Panpriya mulai menghitung mundur.
3...
2...
1...
😏-Panpriya
"PLEASE, STOP!! WHAT THE F**K ARE YOU DOING, B***H?! Perlu banget buat ngejambak, hah?! Dia itu nggak salah? Kenapa lo jambak dia. Kalau lo mau jawaban, iya!! KITA TAHU!! GUE UDAH AMBIL GAMBAR MOBILNYA, PUAS?!" Kata Jisoo.
Panpriya tidak menjawab. Ia hanya tersenyum puas karena mendapat reaksi yang ia harapkan dari anggota tertua itu.
Dengan santai, ia melangkah menuju ke arah Jisoo yang menyebabkan Jisoo mundur ke belakang.
Tanpa Jisoo sadari, ia telah terpojok ke tembok. Panpriya menghalangi pergerakannya.
"Berikan. Aku mau melihatnya--Foto itu" Kata Panpriya
Jisoo tidak menjawab, juga tidak memberikan fotonya. Ia hanya menangis ketakutan dengan keadaan pergerakan di kunci oleh Panpriya.
Panpriya mendengus kesal. Ia paling tidak suka orang menangis tapi belum disiksa.
"BERIKAN FOTONYA!!" Kata Panpriya lagi.
Jennie yang tidak tahan eonni nya diperlakukan seperti itu berteriak.
"EONNI! KASIH AJA FOTONYA!! GUE NGGAK MAU LO MATI CUMAN GEGARA FOTO!! UDAH, KASIH AJA"
Jisoo kembali bimbang. Jika ia memberikan foto itu pada Panpriya, ia dan teman-temannya akan kehilangan petunjuk dimana Jungkook. Tapi kalau ia tidak memberikannya ia akan mati.
Jisoo menarik nafas untuk mengurangi ketakutannya, ia akan mengambil keputusan.
"Pertama, lo lepasin tangan gue. Betah banget kayaknya pegangin gue." Kata Jisoo.
Panpriya menaikkan satu alisnya. Darimana anak cengeng ini mendapatkan keberaniannya?.
Tanpa pikir panjang, Panpriya mulai melonggarkan pegangannya sedikit demi sedikit sampai terlepas.
Setelah tangannya terlepas, Jisoo mengusap-usap pergelangan tangannya yang sakit akibat kuncian Panpriya.
Panpriya mengetuk-ngetukkan sepatunya pada lantai sambil bersedekap tak sabar.
Jisoo yang paham apa maksud Lisa--Panpriya meraih smartphonenya dari kantung celana jeans nya.
Jisoo mulai membuka pola, kata sandi, dan PIN smartphonenya lalu membuka galeri untuk melihat fotonya.
Panpriya tetap bersikap waspada sambil berkata.
"Kirim via WA."
Jisoo menghela nafas, tetapi tetap melaksanakan perintah Panpriya karena tentu saja ia masih mau bernafas.
"Udah, tuh." Kata Jisoo
Panpriya menaikkan alisnya. Namun dengan segera mendorong Rosé yang masih setia berada di genggamannya dengan sedikit kasar.
"Lembut dikit bisa nggak, sih?" Ketus Jennie seraya membantu Rosé ,ntuk berdiri.
"Udah, kan? Sekarang lo balik aja, deh. Males gue liat muka lo." Kata Jennie, tapi tak berani menatap Panpriya.
Panpriya tersenyum sinis. Lalu melangkah keluar ke arah pintu.
"Oh, ya dan satu lagi!!..." Kata Jennie yang membuat Panpriya menghentikan langkahnya.
"Mending lo cepet-cepet, deh keluar dari tubuh Lisa. Lo beneran kek parasit tau, nggak mau hidup tapi cuma bisa di tubuh orang lain. Kasian deh, lu." Kata Jennie
Panpriya hanya menggigit bibir bawahnya menahan tangis lalu melanjutkan langkahnya.
"BAGUS!! KELUAR SANA!! DAN JANGAN BERANI LO BALIK SEBELUM KEMBALI JADI LISA!!" Seru Jennie.
Panpriya benar-benar tak dapat membendung tangisnya. Namun masih melanjutkan langkah tanpa berbalik sedikitpun.
***
Setelah Panpriya benar-benar keluar dari apartemen itu, Jennie, Rosé, dan Jisoo langsung menarik nafas lega sambil melorotkan tubuhnya ke lantai apartemen yang dingin.
"Tu monster udah pergi, belom?" Tanya Jennie memastikan.
"Udah pergi kali. Tunggu bentar, gue mau cek dulu." kata Rosé lalu dengan segera beranjak menuju ruang tamu tempat pintu berada.
Sementara itu, Jisoo duduk diam seakan tidak ingin bergerak dari tempatnya.
"Eonnie, udah kali takutnya, dia udah pergi, tuh. Ayo berdiri." Kata Jennie sambil menuntun Jisoo untuk berdiri.
"Lo sadar gak sih, Jen. Kita terlalu berlebihan ama Panpriya. Gue sampe merasa bersalah." Kata Jisoo setelah berdiri.
Jennie merotasikan bola matanya malas. Ia tahu Jisoo sangat sensitif dan lembut. Tapi untuk mengasihani monster seperti Panpriya, hh..*ketawa sinis tunggu Jennie jadi power rangers kali. setidaknya itu pandangan Jennie terhadap Panpriya.
Setelah melihat tatapan Jennie tadi, ia tahu bahwa Jennie tidak suka dengan sikap Jisoo yang mengasihani Panpriya. Maka dari itu, ia mengurungkan niatnya untuk berbagi apa yang ia dengar.
Ya. Jisoo mendengar tangisan Panpriya.
Tbc.
***
Guys...ayo jangan sungkan-sungkan buat voment. Author malah seneng, loh😂😂
Semoga yang voment ini lebih mudah mendapat readers (bagi yang punya work) dan followersnya juga banyak..
Amin ya rabbal 'alamin...
Yang mau feedback (saling voment ) dm, yak😂😂
Selamat hari kesaktian Pancasila (1 Oktober 2019)🌈🌈🌈
Bye,
Salam hangat,
✌Atcan✌
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPERFECT (Blackbangtan » Lizkook)
Fanfictionlni tentang percintaan antara D.l.D yeoja dengan namja bisu Baca aja dulu... Maaf kalau gaje... Voment kalau cerita ada yang mau saran... Bye...