Selamat membaca
***
"Hoeekk" Anisa berlari ke arah kamar mandi, dirinya merasakan mual, segera ia memuntahkan cairan ke wastafel, kemudian membasuh mukanya.
"Enek banget, sial."
Lusa adalah hari pernikahan dia dengan Ibrahim, pernikahan diadakan tertutup, hanya dihadiri saudara tanpa ada resepsi.
Anisa sempat mempermasalahkan sekolahnya, kata Rahma itu tidak masalah jika tidak ada yang tahu dan menyebarkannya. Sedangkan selebihnya itu akan diurus oleh, bundanya dan orang tua Ibrahim.
Mereka tinggal menunggu hari H-nya saja. Anisa berencana untuk memberitahu kabar ini kepada dua sahabatnya, Naila dan Nabila. Mereka orang terdekat Anisa yang dapat dipercaya.
Ia sudah berada di dalam kelasnya, tumben sekali ia datang pagi, ini semua dikarenakan Abangnya itu. Pagi-pagi sudah membuat kehebohan, katanya sekarang ia ada kelas pagi, alhasil Anisa ikut berangkat pagi-pagi buta.
Merasa bosan, ia keluar lalu duduk didepan kelas. Seperti ini ternyata berangkat awal. Masih sepi, dan sangat menyejukkan udaranya.
"Anisa? Tumben udah dateng?," Sapa Fahsya, duduk disamping Anisa.
Anisa hanya menoleh sebentar, kemudian kembali menatap ke depan, "sengaja, males sebenarnya,"
"Lu sendiri, setiap hari berangkat pagi gini?" Lanjutnya.
Fahsya mengangguk, "iya, kecuali Minggu,", jawabnya, membuat Anisa berdesis, Fahsya terkekeh.
"Gue kan ketua osis, jadi harus pagi," lanjutnya, menatap Anisa sekilas.
"Huh, iya pak ketuaa, tapi lu cocoknya ketuaan bukan ketua" sahut Anisa.
"Gak papa, yang penting lo tetep cantik."
Blush
Pipi Anisa memerah, ia berdecak supaya tidak ketahuan jika sedang salting. "Apaan sih!" Ia segera pergi masuk ke kelasnya meninggalkan Fahsya.
Fahsya yang tahu jika Anisa salting tersenyum puas, ada kemajuan untuk mendekati Anisa.
Ia sudah belajar bergombal pada sahabatnya, dan di beritahu lah kata-kata seperti tadi. Katanya, perempuan itu harus banyak dipuji kecantikannya, nanti ia akan baper sendiri. Apa iya?
Walau ia tidak menunjukan bahwa dirihya salting, tapi di dalam hatinya sudah banyak kupu-kupu yang bertebaran.
Lucu ya perempuan, begitu saja sudah baper. Ingat tidak pesan saiditina aisyah?
"Jangan kau berasa bangga atas kecantikan mu sehingga dikejar jutaan lelaki, itu bukan kemuliaan mu"***
"Serius lo?"
"Ko bisa sih, Nis?" begitulah pertanyaan dari dua temannya jika diberitahu jika dirinya akan menikah diusia yang masih menginjak bangku sekolah.
"Dua rius, bahkan seribu rius, Nai!. Gue juga gak mau, Bil! Tapi ini tuh bunda gue yang maksa, kesel banget gak sih?!" ucapnya menggebu-gebu.
"Sabar, Lo jalanin aja dulu."
Anisa menatap Naila tidak percaya, apa dia bilang? Jalanin aja dulu?!, "Ya, Lo enak ngomong, lah gue yang jalanin nya gimana?"
Naila mengangguk, "bener!, Bener kata si Anisa, kalau suaminya minta hak nya gimana? Bisa dikeluarin dari sekolah kalau Anisa bunting!" sahut Naila heboh, membuat mata Anisa terbuka lebar menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh ku Santri!
Random[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Apa?! Nikah?!! Gamau! Nisa kan masih sekolah Bun! Apa-apaan sih bunda tuh." Nisa pergi dari hadapan bundanya. Diumur yang masih belasan tahun ini, sama sekali ia tidak pernah memikirkan pernikahan. Dirinya masih...