08. Dilarang bercanda

51 0 0
                                    

Aku tidak bisa menebak apapun tentang perasaanmu padaku, karena semua perkataanmu hanya kuanggap sebagai angin lalu.

...

"Mau makan apa?"tanya Leo pertama kali saat bokongnya telah mendarat sempurna di kursi kantin fakultas.

Kara berpikir sebentar, banyak yang ingin Ia makan saat ini, tapi Ia terlalu bingung. Itulah yang membuatnya terlalu lama diam dengan matanya yang menatap Leo datar. Selang beberapa lama, Kara menjentikkan jarinya. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu tapi harus tertahan saat Leo menyela ucapannya.

"Mie ayam"

Mulut Kara membulat. Terkejut. Tentu saja. Mie ayam bahkan bukan makanan favoritnya, tapi Leo menebaknya dengan benar bak seorang cenayang.

"Loh? Tau darimana?"

"Kan kita jodoh, jadi telepati kita terhubung"Leo mengerlingkan matanya genit.

"Astaga"Tangan Kara langsung melayang mengusap wajah Leo seperti menyadarkannya ke kenyataan.

"Becanda. Jangan dibawa serius"

"Santai aja sama aku mah. Udah terbiasa akunya"Kara mengendikkan bahunya, memaklumi mulut Leo yang memang gemar mengucapkan hal semacam itu.

Perkataan Leo yang semacam itu memang sudah seperti makanan sehari-hari Kara. Awalnya Kara memang terbawa perasaan saat kata itu terlontar apalagi di ujung kalimatnya pasti akan ada kata becanda. Mula-mula Kara jengkel dengan Leo yang suka mengatakan kata manis tapi ternyata harus dibuntuti dengan becanda, tapi bukan berarti Kara mengharapkan agar Leo mengucapkannya dengan serius. Bukan. Tapi Kara hanya berpikir Leo tidak seharusnya mengatakan hal manis seperti itu yang terkadang di beberapa waktu membuat debar jantungnya berubah tak karuan lalu harus terpaksa bekerja kembali normal lagi saat Ia mengatakan 'becanda jangan dibawa serius'.

Jika saja Kara tega, mungkin Ia akan menyumpal mulut Leo dengan kaos kakinya waktu pertama kali mendengarnya. Namun sekarang Kara sudah terbiasa, Ia malahan akan tertawa terbahak-bahak ataupun pura-pura terkejut lalu tertawa kecil untuk mencairkan suasana.

Leo beranjak dari tempat duduk untuk membeli dua mangkuk mie ayam. Setelah beberapa lama Leo kembali dengan dua mangkuk dan dua botol air putih yang dibungkus dengan tas plastik.

Leo memberikan satu mangkuk pada Kara dan satunya lagi untuknya. Tangannya membuka tutup botol lalu menenggaknya sedikit untuk membasahi tenggorokannya sebelum Ia bertanya sesuatu pada Kara.

"Nanti jadi gak belajar barengnya?"

Kara mengangguk"Tapi nanti sore habis kelas selesai, kamu temenin aku dulu ya ke supermarket? bunda mau bikin kue, jadi aku disuruh beli bahannya"

Leo menyelesaikan kunyahannya, Ia berkedip sekali"Bunda kamu?"

Kara mengangguk lalu menyantap makanannya.

"Ayah kamu ada juga?"

Kara mengangguk lagi.

"Ya udah deh gapapa, nanti bisa sekaligus kenalan sama orang tua kamu"

"uhuk uhuk"Kara terbatuk, serasa makanannya keluar jalur dari kerongkongan. Ia mendesis, matanya memanas sebab Ia tersedak kuah mie ayam yang sebelumnya sudah di beri dengan sambal yang banyak.

"Pelan-pelan dong, cuma becanda aja kok, jangan dibawa serius"

Kara meneguk air minum dengan tidak sabaran. Ia lega saat cairan putih itu mengalir dingin membasahi kerongkongannya. Mata Kara menyipit tajam seakan Ia siap menerkam Leo kapan saja.

For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang