09. My Namjachingu

58 2 0
                                    


Kau ada kelas hari ini?” terdengar suara dari ujung sana yang pertama kali menyapa indra pendengaranku Sabtu pagi ini. Aku menekan tombol loudspeeker lalu meletakkan ponsel di atas tempat tidur lantas berjalan ke kamar mandi.

“Tidak, aku tidak ada kelas hari ini, wae?” teriakku sebelum menginjakkan kakiku ke dalam kamar mandi.

Aku akan ke rumahmu. Bersiap-siaplah, aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”

“Apa kau tidak sibuk?”

Jika aku terus saja sibuk, kapan aku bisa bertemu denganmu?” sedikit suara bising terdengar melalui telepon. Mungkin Ia sedang dalam perjalanan.“Aku matikan dulu ya. Aku sedang mengurus sesuatu, setelah ini selesai aku akan ke rumahmu.”

Urusan itu membuat kami jarang bertemu. Mungkin Seoul university memang semenyibukkan itu. Setelah kami lulus dari SMA, kami disibukkan dengan urusan masing-masing, karena jadwal kuliahku tak sepadat dirinya, hal itu terkadang membuatku merasa kesepian. Pun jika aku mengunjunginya, itu tidak akan membuahkan hasil apapun. Dia akan sulit ditemui jika sudah terlanjur sibuk. Tapi aku berusaha untuk tetap berada di sisinya. Karena bisa dibilang, Ia adalah sebuah bintang yang sulit kugapai, namun bintang yang kusebut sangat sulit itu dengan senang hati berjalan mendekat padaku dengan membawa jawaban atas potongan-potongan harapanku.

Ne.” Sahutku agak tidak jelas sebab aku sedang menggosok gigiku.

Aku merindukanmu.” Setelah itu sambungan telepon terputus. Aku segera membersihkan mulutku dari pasta gigi lantas mengeringkan dengan handuk kecil. Kemudian aku menatap pantulan diriku di kaca. Kedua sudut bibirku tertarik ke atas. Senyum ini seringkali muncul saat seseorang yang menelponku tadi mengatakan rindu padaku. Setiap kali Ia mengatakan itu tak jarang pikiranku langsung melayang ke masa itu. Masa yang dimana bisa dibilang, masa paling bahagia sekaligus aneh bagiku.

“Aku juga merindukanmu.” Gumamku.

-o0o-

7 Oktober 2013

“Kau sungguhan? Tidak mau ke kantin? Kau tidak lapar?”celotehan Sera melewati indra pendengaran Hyewon. Padahal Hyewon sudah menolak bahkan sampai tidak menggubris perkataannya sejak 5 menit yang lalu, tapi tetap saja mulut cerewet itu tidak mau berhenti.

“Shin ahjumma memasak daging untuk makan siang hari ini. Kau yakin tidak mau mencicipinya? Bukankah kau sangat menyukai daging?” lanjut Sera lagi.

“Aku sudah berapa kali bilang? Aku tidak mau.” Lama-lama Hyewon jengkel juga dengan Sera.

Hyewon bergegas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas lantas berdiri dari duduknya, sejenak Hyewon menatap Sera yang balik menatapnya tak mengerti, “aku akan ke lapangan, Jungwoo ada jadwal latihan hari ini. Aku tidak ingin melewatkannya.” Lanjutnya lagi seakan menjawab semua pertanyaan Sera. Setelah mengatakan itu Hyewon hendak melangkahkan kakinya tapi tertahan saat Sera berteriak memanggil namanya.

“Yaa, Jang Hyewon. Apa kau lebih mementingkan Park Jungwoo daripada sahabatmu ini?” Air muka Sera berubah menjadi merah seakan menahan emosi. Matanya melebar berniat membuat Hyewon sedikit takut padanya. Tapi bukan Jang Hyewon namanya jika langsung takut pada Choi Sera, Ia sangat paham kelakuan sahabatnya itu. Jadi, Hyewon kembali duduk dan menatap Sera dengan mata yang sedikit disipitkan.

“Hei, dengar! Aku sudah  melihatmu setiap hari, dan aku butuh pemandangan baru dan Jungwoo adalah salah satu objek yang tepat untuk saat ini. Aku tidak bisa melihatnya setiap hari, kau tahu?” sepersekian detik berikutnya Hyewon langsung menormalkan raut wajahnya.

Hening.

Tidak ada balasan dari Sera.

“Sahabatku yang malang.” Akhirnya Sera bersuara dengan nada yang menjengkelkan, “kasihan sekali, kau hanya bisa melihatnya dari jauh dan dia tidak menyadari siapa yang memerhatikannya selama ini, jangankan menyadari Jungwoo saja tidak tahu siapa namamu.” Gelak tawa Sera membuat Hyewon menampilkan raut wajah masam.

For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang