Chapter 1

1K 89 20
                                    

Suara deritan pintu mengalihkan atensi ke enam namja yang sedang berada di salah satu ruang tunggu VVIP rumah sakit saisekai. Seseorang masuk, dia adalah sejin manajer bangtan. Mereka tidak bisa menunggu di depan ruang UGD, karena status mereka, dan juga demi keamanan mereka. Jadilah mereka hanya bisa menunggu kabar dari manajer mereka dengan harap-harap cemas.

"Bagaimana keadaannya hyung?"
Tanya namja berkulit putih pucat yang kita kenal sebagai suga.
"Beruntung tembakan itu, tidak mengenai bagian vitalnya, namun dia sempat kritis, karna terlalu banyak kehilangan darah" jawab manajer sejin sembari menghela nafas berat. Wajahnya pucat, masih tidak percaya dengan kejadian yang menimpa artisnya yang telah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Apakah kami sudah bisa melihatnya hyung?" Tanyanya lagi.
"Sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruang perawatan, dia akan dipindahkan ke kamar VVIP 001, kalian tunggu saja disana."
Jawab manajar sejin.

Setelah memakai masker dan topi mereka ber enam keluar dari ruangan tersebut dikelilingi oleh enam orang bodyguard mereka.

Tangisan mereka pecah kembali sesaat mereka masuk ke dalam ruangan tersebut, terlihat seorang namja sedang terbaring lemah dengan masker oksigen yang menutupi bibir pucatnya.
Perawat yang ada disana pun membungkukkan badan dan pergi meninggalkan mereka.

Mereka mendekat ke sisi ranjang, jimin menggenggam tangan namja itu erat dan meletakkannya di pipinya.
"Hyung, hiks, kau jahat sekali hyung, kau telah membuat dongsaengmu ini tak berhenti menangis hyung" ucapnya sesegukan. Dirasakannya seseorang memeluknya dari belakang.
"Kau tau jim, dia kuat, dia pasti akan segera sadar, hyungmu itu tidak akan pernah meninggalkan kita" ucap hoseok. "Aku tau hyung" jawab jimin. Hoseok pun mengeratkan pelukannya ke jimin berharap dapat menguatkan adiknya dan dirinya sendiri. Sementara itu dua maknae lainnya berada dalam pelukan yoongi dan soekjin, berusaha meredam suara tangisan mereka.

Tanpa mereka sadari namja yang terbaring ikut menangis dalam tidurnya.

Perlahan namja tersebut menggerakkan jarinya, dan mencoba membuka matanya perlahan,
"Hyung, namjoon hyung!" Ucap jimin histeris melihat namja itu mencoba membuka matanya.
Membuat kelima namja lainnya tersentak kaget.
Hoseok pun segera menekan tombol darurat di samping ranjang tersebut.

Seorang dokter masuk dan memeriksa keadaan pasiennya.
"Keadaannya sudah stabil, dia hanya perlu istirahat total sampai luka tembaknya sembuh" ucap dokter yang menangani namjoon, dan kemudian pamit meninggalkan mereka.
.
"Uljima, kalian sangat jelek jika menangis seperti ini" ucap namjoon lirih di balik masker oksigennya.
"Tega sekali kau joon, kau tau kami sangat mengkhawatirkanmu, kau malah mengejek kami" ucap soekjin sambil menghapus air matanya yang tak mau berhenti mengalir.
"Kalau begitu berhentilah menangis, aku tidak suka melihatnya, air mata kalian terlalu berharga" ucap namjoon.
Mereka berenam pun berusaha menghentikan tangisan mereka.

"Kookie" namjoon merentangkan tangannya, jungkook yang melihat itupun langsung memeluk leader hyungnya. Siapapun tau, kalau golden maknae bangtan ini sangat tidak suka melihat para hyungnya sakit, karena itu sangat menyakitkan bagi dirinya sendiri.
.
.
Namjoon memandang lekat wajah adik tampannya yang tertidur di sampingnya. Saat menangis tadi jungkook tidak mau melepas pelukannya hingga akhirnya namjoon menggeser badannya agar adiknya ini bisa ikut berbaring disampingnya.
Dilihatnya ke lima membernya yang lain, yoongi yang tertidur dengan posisi duduk di atas sofa dengan tae yang tertidur di pangkuannya, hoseok, jimin dan soekjin hyungnya, di atas sofa lainnya tertidur dengan posisi duduk. Sungguh namjoon tak tega melihat membernya seperti ini.

Ia tersentak dari lamunannya saat mendengar bunyi nada ponsel di atas nakas samping ranjangnya.

"Yoeboseo" ucap namjoon menyapa si penelfon.
"Waahh, kau sudah sadar? Syukurlah, karena kalau kau mati, aku akan kehilangan mainan ku yang berharga.
Hahaha..
Tembakan itu hanya peringatan namjoon-ah, mungkin kali ini kau berhasil menyelamatkan membermu, akan kupastikan tidak akan ada yang kedua kalinya. Ku tunggu keputusanmu"
Telfon dimatikan secara sepihak oleh si penelfon.
.
.
Kabar duka datang dari dunia kpop, RM atau kim namjoon yang merupakan leader dari grup ternama BTS tertembak saat konser terakhir mereka di Shizuoka Stadium Ecopa kemarin, belum ada konfirmasi pasti dari anggota BTS ataupun BigHit Ent mengenai kondisi leader Bangtan tersebut. Polisi dari korea pun turun tangan dan langsung mendatangi TKP untuk lebih menyelidiki kasus ini,  sampai sekarang belum pasti motif si pelaku penembakan dan dalang dibalik penembakan tersebut.

Sudah beberapakali namjoon mengganti ganti channel televisi di ruangannya, tidak ada acara yang menarik, semua stasiun TV sibuk menampilkan berita tentang dirinya.
Ia bosan, semua membernya sedang diinterogasi mengenai kasus penembakannya, sejin hyungnya pun sedang sibuk, jadilah ia ditinggalkan sendirian di ruangannya ini.
Ia pun akhirnya mematikan layar tersebut dan mencoba tidur kembali.

"Hidup mereka tergantung pada keputusan mu kim namjoon-ssi"
Namjoon kembali membuka matanya, kata-kata itu selalu terngiang di telinganya setiap saat ia menutup mata. Ia pun mengambil tas yang berada di nakas, dan mencari obat tidurnya.
"Kapan aku bisa berhenti membutuhkanmu" ucapnya lirih sambil meminum obat itu.
Namjoon pun kembali berbaring, dan mencoba untuk tidur kembali.
.
.
"Joon, polisi ingin menemuimu" ucap yoongi yang baru memasuki ruang rawat namjoon, dilihatnya namjoon yang duduk bersandar di ranjangnya.

"Kalau kau tidak mau sekarang, aku akan bilang pada sejin hyung untuk menundanya" ucapnya lagi.
Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, yoongi pun mendekati namjoon.
"Hey, apa yang sedang kau fikirkan?" Namjoon tersentak dari lamunannya saat tangan yoongi menggenggam tangannya.
"Ah, hyung, kau sudah selesai? Yang lain mana hyung?" Bukannya menjawab pertanyaan yoongi namjoon malah bertanya balik,
"Hoseok baru saja dipanggil oleh sejin hyung, yang lainnya masih diintrogasi hyung rasa" jawab yoongi.
"Setelah ini polisi ingin menemui mu joon, jika kau tidak mau, aku bisa bilang sejin hyung untuk menundanya dulu" yoongi mengulangi kata-katanya tadi.
"Ah, sekarang saja hyung, aku baik-baik saja" balas namjoon.
"Baiklah" yoongi pun mengambil hpnya dan menelfon manajer sejin.
.
.
Knock knock
Cklek
Seorang namja dengan jaket kulit hitam masuk.
"Maaf mengganggu kalian, aku dari kepolisian seoul ingin berbicara empat mata sebentar dengan pasien" ucap namja itu dengan menunjukkan kartu pengenalnya.
Ke enam namja lainnya pun meninggalkan ruangan tersebut.
Namja itupun menuju pintu dan menguncinya dari dalam.
Kemudian beralih menuju ranjang namjoon dan menodongkan pistolnya tepat ke kepala namjoon.
"Diam, dan turuti perintahku" ucapnya.
Namjoon yang tadi refleks mengangkat tangannya, kini menurunkan perlahan tangannya.
"Siapa kau? Apakah kau utusan bajingan itu?" Tanya namjoon tanpa rasa takut sedikitpun.
"Jaga ucapanmu, tuan baek mengutusku untuk mengawasimu, dan menghabiskanmu jika kau memberitahukan mereka kebenarannya" balas namja itu.
"Hah, sudah kuduga, aku tau pasti ada manusia pengkhianat macam kalian di kepolisian" jawab namjoon remeh.
"Terserah apa katamu, yang jelas mulai saat ini aku akan selalu mengawasimu" ucapnya sambil menyimpan pistolnya kembali di balik pinggangnya.
"Dan sebaiknya kau pertimbangkan tawaran mentri baek jika kau tidak mau membermu mati satu persatu kim namjoon-ssi"
Ucapnya lagi sambil melangkah pergi.

Tbc.

The TreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang