DS #05

745 133 7
                                    


"Lama banget lo gila belanjanya." Mingyu menggerutu kesal karena harus menunggu sang kakak di depan toko make-up.

"Sorry deh namanya juga cewek." jawab Sojung santai sambil membersihkan sisa-sisa swatch lipstick di tangannya.

"Itu tangan ngapain di coret-coret? Emang boleh? Bikin malu aja lo."

Sojung mencubit lengan kiri Mingyu, membuat anak itu sekarang meringis kesakitan.

"Kan yang gue coba tester."

"Ada dosa apa gue di masa lalu sampe terlahir jadi adek lo gini sekarang."

"Oh jadi lo gak suka jadi adek gue?"

Sojung mulai memukuli badan Mingyu tanpa ampun. Pada saat seperti ini mereka memang terlihat seperti tom dan jerry. Tapi itu biasa dalam hubungan kakak-adik, bukan?

"Kak." Mingyu berhenti mendadak dan menahan tangan Sojung.

Chatime....

Suara sialan itu lagi. Sojung menatap Mingyu kesal, pasti anak ini minta dibelikan minuman itu.

"Chatime Kak. Beliin ya? Lo kan tau uang jajan gue lagi di stop sama Bunda gara-gara mobil masuk bengkel. Udah lama banget nih gue—"

"Stop!"

Sojung mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan memberikannya pada Mingyu.

"Lo yang antri. Gue mau ke toilet."

"Siap bos!"

Sementara Mingyu mengantri untuk membeli chatime, Sojung ke toilet untuk membersihkan sisa-sisa swatch di tangannya.

Setelah Sojung selesai dari toilet, Mingyu masih belum juga selesai. Saat melihat Mingyu di antara orang-orang di sana, Sojung melihat seseorang yang sepertinya ia kenal.

"Seungcheol?"

Mendengar namanya dipanggil, Seungcheol menoleh ke sumber suara. Senyumnya mengembang setelah melihat Sojung di sana.

"Hai. Di sini juga toh?"

"Iya nih sama adek." Sojung kemudian menarik Mingyu untuk berdiri di sebelahnya. Mingyu baru menyadari lelaki itu adalah orang yang sama dengan orang yang waktu itu hampir bertabrakan dengannya.

Tanpa Mingyu sadari, dirinya hanya menjadi patung yang berdiri di antara kedua orang yang sibuk berbincang itu. Mingyu memperhatikan ekspresi wajah sang kakak yang sudah lama tak ia lihat.

••

Jam menunjukan pukul 9 pagi dan Sojung sudah merasa hari ini adalah salah satu hari terburuknya. Seharusnya ia sudah berada di kelas setengah jam yang lalu atau mungkin saat ini masih bermalas-malasan di tempat tidurnya.

Kesialan pertama Sojung hari ini adalah tidak mengecek grup kelas jadi ia tidak tahu bahwa kelas pagi dibatalkan. Kesialan keduanya yaitu tidak ada satupun temannya yang menemaninya saat ini. Ada yang sudah masuk kelas, masih di jalan bahkan yang masih bersantai di rumah pun ada.

Selesai menghabiskan bubur ayamnya, Sojung mengambil handphone. Menscroll instagram, membuka line, membuka whatsapp kemudian menutupnya kembali.

Tidak ada yang seru.

Sojung teringat sesuatu lalu kembali membuka salah satu aplikasi chatting. Kemarin saat dirinya bertemu dengan Seungcheol, mereka bertukar nomor handphone.

Chat room dengan Seungcheol sudah terbuka tapi Sojung bingung ingin mengirim apa. Sopan atau tidak jika ia meminta Seungcheol untuk ke sini menemaninya? Untuk apa? Mereka belum lama berteman.

Tiba-tiba status Seungcheol berubah menjadi online lalu berubah lagi menjadi typing. Sojung panik. Tak pikir panjang, ia langsung menutup aplikasi itu.


Seungcheol
Ngapain sendirian?


Mata Sojung membulat setelah membaca pesan dari Seungcheol. Kepalanya sibuk menoleh ke sana ke mari untuk mencari lelaki itu. Ia pasti ada di sekitar sini.

"Nyari siapa?"

Seungcheol muncul di belakang Sojung. Apa sedari tadi ia di belakang? Apa ia melihat apa yang Sojung lakukan?

"H-hai ketemu lagi!" Sojung tak bisa menutupi kepanikannya.

"Tumben sendiri? Gak sama temen?" Seungcheol duduk persis di depan Sojung.

"Ada yang masih di jalan. Nanti dia ke sini kok."

Seungcheol hanya mengangguk-angguk tanpa mengalihkan pandangannya pada Sojung.

"Lo sendiri? Mau sarapan?"

"Niatnya sih gitu. Tapi nanti aja deh, males."

Mau ngobrol sama lo dulu.

Sojung mendengar itu dan tak bisa menyembunyikan senyumnya. Sudah lama ia tak merasakan perasaan seperti ini. Aneh sekali.

Darkest SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang