DS #12

667 112 5
                                    


"Bocah banget sih, Jung."

"Enak main hujan-hujannya?"

"Untung gak kesamber petir lo."

Habis sudah Sojung diolok-olok para sahabatnya itu karena insiden hujan-hujanan tempo hari yang membuatnya kini jatuh sakit.

"Niat nengokin gak sih lo pada? Mana martabak buat gue?" Sojung kesal, sudah diolok-olok tidak dibawakan sesuatu pula.

"Loh? Emang ditengokin aja gak cukup?" tanya Minki yang sibuk mengunyah kue kering buatan Bunda.

"Lo pikir gue bisa kenyang kalo liat muka lo?" jawab Sojung ketus.

"Kita kan ngasih sesuatu yang lebih berharga dari makanan, Jung." ucap Jisoo.

"Gak ada yang lebih berharga dari makanan bagi gue."

"Kita ngasih waktu, Jung. Liat nih artis kita," Nayeon menunjuk Jisoo yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Rela ke sini buat nengokin lo padahal waktunya bisa dipake buat photoshoot endorse."

Sojung menatap Nayeon tak percaya, "Yakali gue disamain sama endorse. Pentingan gue lah, iya kan?"

Jisoo yang merasa sedang dibicarakan, menaruh ponselnya ke dalam tas. Kemudian ikut makan kue dengan Minki.

"Cowok yang waktu itu gak nengokin, Jung?"

Pertanyaan Minki itu membuat suasana menjadi hening. Jisoo langsung melihat perubahan ekspresi dari Sojung. Terlihat kebimbangan di sana.

"Engga."

Sojung menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Takut temannya itu kesurupan, Jisoo mencoba mengajak berbicara.

"Jung, mau gue kenalin gak sama temennya Bobby? Ganteng, tinggi, anak basket. Nih fotonya." Jisoo menunjukkan foto lelaki yang sedang memakai baju basket itu pada Sojung. Namun Jisoo tidak mendapat respon.

"Namanya Johnny. Gue kirimin kontaknya ya—"

"Bukannya Johnny lagi deket sama Yooa? Dia pernah cerita tuh sama gue." ucap Minki santai.

"Sama yang ini gimana, Jung? Mukanya bayi banget, anak band. Namanya Dowoon." Nayeon kini ikut memperkenalkan lelaki untuk Sojung. Namun lagi-lagi Sojung tidak merespon.

Nayeon membanting ponselnya kesal, "Lo segitu sukanya sama Seungcheol? Udah gue bilangin ya, dia itu—"

"Iya tau. Gak usah diingetin lagi."

••

Untuk sementara waktu, Sojung memutuskan untuk menjaga jarak dengan Seungcheol. Setelah mendengar hal itu, keraguan semakin memenuhi hati dan pikirannya.

Belakangan ini Sojung juga lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Mencoba menenangkan diri tanpa campur tangan orang lain mungkin bisa membuatnya memutuskan langkah selanjutnya lebih baik.

"Kak?" Mingyu mengintip dari celah pintu kamar Sojung sebab sudah 5 menit dirinya mengetuk pintu kamar tapi tidak ada jawaban.

"Kenapa dek?"

Mingyu melenggang masuk ke kamar Sojung, "Gapapa. Tadi si Myungho ngechat gue nanyain kok gak pernah ke sana lagi."

"Mau ke sana?"

Senyum bahagia terlihat jelas di wajah Mingyu. Benar juga, mereka sudah lama tidak ke tempat Myungho. Kapan terakhir kali mereka bertiga bertemu pun Sojung sudah tidak ingat.

••

"Akhirnya bos besar dateng juga." ucap Myungho sesaat setelah melihat Kim bersaudara itu masuk ke bar milik keluarganya.

"Gimana kabar Eunha? Masih di friendzone-in?" bukannya menanyakan kabar Myungho, Sojung justru menanyakan tentang Eunha— gadis yang dulu Mingyu sukai namun sayangnya gadis itu menyukai Myungho yang hanya menganggapnya sebagai teman.

Myungho hanya menanggapi dengan senyum, "Kakak sendiri gimana sekarang? Udah move on belom?"

"Move on? Ya udahlah gila aja kali—"

"Move on sih udah, bro. Tapi sekarang galau lagi." Mingyu memotong ucapan Sojung yang belum selesai.

"Udah move on tapi masih galau? Itu mah belom move on namanya kak."

"Bukan. Ini beda orang dek."

Diingatkan kembali dengan masalah perasaannya yang tidak jelas itu Sojung kini muram. Kegelisahan yang ia hindari, kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti itu kembali memasuki pikirannya.

"Dek, kalo misalnya ternyata orang yang lo suka itu gak sebaik yang lo kira gimana?"

Myungho hanya menanggapi santai, "Darimana taunya kalo dia gak baik? Denger dari mulut orang lain atau dari dia langsung?"

"Dari orang lain."

"Kalo gue jadi lo ya kak, gue gak akan percaya kecuali gue denger langsung dari mulut dia."

Sojung memainkan jarinya di atas bibir gelas, mempertimbangkan ucapan Myungho barusan.

"Tapi gue juga denger dari—"

"Jangan ambil kesimpulan kalo cuma denger aja. Ajak ngomong langsung, face to face, supaya clear masalahnya."

"Abis itu baru deh terserah lo mau terus lanjut pertahanin perasaan lo atau berhenti sampe di situ." tambah Mingyu.

Darkest SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang