DS #08

654 129 5
                                    


"Pagi-pagi udah rapi aja lo. Mau kemana?" tanya Mingyu saat melihat kakaknya sudah duduk rapi di teras depan rumah mereka.

"Mau ngedate dia, dek." goda Bunda sambil melepaskan sepatu olahraganya. Pada akhirnya Mingyu mengajak Bunda untuk lari pagi bersamanya. Dan pukul 9 ini mereka baru saja tiba di rumah.

"Pantesan gue ajak lari pagi gak mau."

"Bundaaaa aku bukan ngedate ya. Ini misi buat menjawab kebimbangan aku tau." protes Sojung. Semenjak Sojung menceritakan tentang Seungcheol pada Bunda, ia jadi sering menjadi bahan candaan di rumah.

Bunda berjalan melewati Sojung dengan tetap menggoda anak gadisnya itu. Mingyu pun tak kalah menyebalkan.

"Kak kalo dari gue, lo udah dapet dukungan penuh buat jadian sama si kakak satu itu." ucap Mingyu sambil meluruskan kakinya di lantai.

"Tunggu deh..... Gue aja gak tahu apa gue ini suka sama dia atau gak. Kenapa lo udah ngasih dukungan aja?"

"Gue udah kenal lo dari gue lahir. Gue bisa bedain mana Sojung yang lagi jatuh cinta sama Sojung yang lagi sedih. Dan sekarang ini lo lagi ada di antara keduanya."

Sojung mengerutkan keningnya. Entah dirinya yang terlalu bodoh untuk memahami kalimat Mingyu atau Mingyu yang asal berbicara tanpa tahu maksudnya.

Mingyu menghadap kakaknya yang tengah kebingungan itu lalu menggenggam tangannya, "Udah saatnya lo lupain Joshua. Sekarang saatnya lo cari kebahagiaan lo sendiri."

Sojung langsung melepas tangannya dari Mingyu setelah anak itu menyebut nama lelaki yang pernah menjadi alasannya untuk bahagia dulu. Benar, Mingyu memang hanya asal bicara.

"Kak..."

Tepat sebelum Mingyu melanjutkan perkataannya, sebuah mobil nissan juke hitam berhenti di depan rumah mereka. Itu Seungcheol.
Ia datang di saat yang tepat.

"Oh! Seungcheol dateng. Dek, gue jalan dulu ya."

"Bundaaa aku jalan ya."

Dengan langkah semangat Sojung pergi menuju mobil Seungcheol.

"Hati-hati kak!"

••

Hingga detik ini, Sojung masih belum mengetahui pasti mereka akan pergi kemana. Seungcheol hanya mengatakan mereka akan pergi ke daerah Puncak.

Sepanjang perjalanan mereka berbincang lalu terkadang tertawa seakan mereka sudah sangat lama berteman. Ternyata ada beberapa persamaan yang baru mereka ketahui barusan.

Satu, mereka adalah anak tertua dari dua bersaudara. Kedua, mereka punya satu adik yang lahir di tahun yang sama.

"Si Mingyu anaknya supel deh keliatannya, Jung. Banyak temen ya dia di kampus?" Seungcheol melanjutkan obrolan tadi.

"Temen? Dia kenal banyak orang sih tapi yang bener-bener deket terus sering ke rumah cuma beberapa aja."

"Kalo lo sepi dong berarti di rumah? Yuna kuliah di mana emang?"

"Yuna deket kok cuma di Bandung."

Sojung membentuk mulutnya bulat seraya mengangguk mengerti. Pembicaraan tentang keluarga selesai. Sojung sedikit ragu untuk menanyakan perihal soal masalah itu pada Seungcheol. Namun ia juga merasa, mungkin hanya ini kesempatannya untuk bertanya.

"Seungc—"

Sojung tiba-tiba terdiam. Mulutnya terasa kaku hingga tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Lagu inilah penyebabnya. Lagu yang selalu Sojung dengarkan pasca ia mengakhiri hubungannya dengan Joshua beberapa tahun lalu.

🎶You're crying all day but he's laughing

You're feeling so heavy but he's doing just fine

Heart, I'm sorry, please stop hurting

Because no one will know anyway

Dear heart, I'm sorry, I'll lock you up now

So you won't get hurt🎶

"Jung? Sojung?" Seungcheol melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sojung yang diam terpaku.

"Hm? Kenapa?"

"Lo yang kenapa? Mau ngomong apa tadi?"

"E-engga. Gapapa."

"Mampir sarapan dulu mau gak?"

Sojung mengangguk setuju. Lagi pula dirinya memang lapar karena tadi hanya memakan roti. Seungcheol memarkirkan mobilnya di dekat warung kaki lima yang menjual bubur ayam.

Darkest SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang