Part 2

2.3K 108 9
                                    

Happy Reading All !!! ^__^

Yuri Pov :

Kami pun memesan makanan dan menunggu beberapa saat selama itu aku hanya diam tidak bicara, Bossku juga masih memandangi berkasnya saja.

Sebenarnya apa yang menarik dari kertas – kertas itu? Ya walaupun ku tahu Bossku ini memang orang yang tidak pernah membuat kesalahan jika menyangkut pekerjaan.

Setelah menunggu 10 menit makanan pun datang. Tanpa basa – basi aku pun langsung menyantap makananku karena aku benar – benar sangat lapar hari ini.


" Pelan – pelan saja, kau ini seperti orang yang tidak makan selama satu minggu saja ", katanya mengingatkanku.


" Mianhae ", kataku dan mencoba memakannya pelan – pelan.


" Sajangnim, kau tidak makan? ", tanyaku yang melihatnya tidak menyentuh makanannya.


" Anio, melihatmu makan seperti orang rakus membuatku kehilangan selera makan. Jika kau mau makan saja punyaku ", katanya masih dengan sifat arogannya.


Dia bilang aku rakus?! Dasar diktator! Aku sungguh – sungguh kesal dengannya, tapi biar saja aku makan juga makanannya ini salahnya juga.

Setelah selesai dia membayarnya dan kami pun melanjutkan untuk menemui kliennya.


" Sajangnim, tidakkah kita sudah terlambat? ", tanyaku karena bukankah dia bilang proyek ini sangat penting?


" Anio, kita masih memiliki waktu sejam ", katanya tanpa melihatku.


" Mwo?! Satu jam ? bukankah kau bilang... ", kataku yang langsung dipotong.


" Aku bilang kita ada pertemuan saja, tidak bilang jam berapa pertemuannya akan berlangsung? ", katanya lagi.


Aish! Jadi dia sengaja, padahal aku sudah meninggalkan bekalku di mejaku.

Aku juga sudah menahan lapar daipagi dengan seenaknya dia bilang pertemuannya sejam lagi.

Dengan kesal aku hanya diam tidak bersuara lagi sambil meruntukkinya didalam kepalaku.

-

-

Kami pun pergi menuju ke bandara, Eh?! Mwo?! Bandara?! Apa dia tidak salah?


" Sajangnim, kenapa kita ke bandara? Apa pertemuan dengan klien itu disini? ", tanyaku heran padanya.


" Kau hanya ikut saja dan diam, Arraseo! ", katanya dingin membuatku merasa kesal lagi.


Tuhan... berilah aku kesabaran menghadapinya, Sebelum aku benar – benar mencekik pria disampingku ini.

Setelah sampai dibandara dia pun segera mengecek ticket, Eh mengecek ticket?! Apa dia benar – benar akan membawaku pergi dengan pesawat? Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikirannya.

Selalu memutuskan sesuatu tanpa memikirkan pendapat orang lain.


" Kajja! ", ajaknya padaku menuju pesawat.

Unexpected Married [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang