[CHAPTER 2]
-🥀-
Jihoon mematut diri di depan cermin ruang rias. Melihat refleksi dirinya yang tampak jelas jauh berbeda dari dirinya yang ia kenal.
Setelan tuxedo putih dengan dasi kupu-kupu hitam, sedang sepatu fantofel hitam formal menjadi alas kakinya. Rambut hitamnya yang memanjang dipotong cepak dan disisir rapi dengan poni dibiarkan menutupi dahi. Akhir, wajah manisnya dipoles make up tipis dan sebagai pelengkap, ia mengenakan kaus tangan putih tipisnya pada kedua tangannya.
Honestly, ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia harus mengenakannya. Tapi kata Wonwoo, itu peraturannya.
'Cklek'
Jihoon menoleh ke pintu, mendapati sosok Wonwoo yang terlihat begitu tampan dengan setelan tuxedo hitam juga dasi hitam polos serta sebuah bunga mawar merah terselip di saku dada tuxedo yang dikenakannya. Kedua kakinya terbalut fantofel hitam yang persis sama dengan yang Jihoon kenakan, hanya berbeda ukuran. Surai madunya juga dipotong rapi dan sudah diwarna hitam dengan poni disugar ke belakang sehingga menampakkan dahi putihnya.
Ya, tampan.
"Sudah siap?" tanya Wonwoo sambil membawa dirinya memasuki ruang rias kemudian menutup pintunya dari dalam.
"Hum," jawab Jihoon singkat. Kemudian kembali menatap refleksi dirinya dari cermin di hadapannya.
"Sudah. Kau sudah cantik. Ayo keluar sekarang?"
Jihoon hanya mengangguk yang dibalas senyuman manis Wonwoo.
"Ayo," ajak Wonwoo. Lelaki tinggi kurus itu membuka pintu ruang rias lebar-lebar kemudian berhenti di ambang pintu, menunggu Jihoon.
"Kau ini pendampingku. Jadi harus berjalan di sisiku," kata Wonwoo lalu menggamitkan tangan kanan Jihoon pada lengan kirinya. Membuat Jihoon kebingunngan.
"H-hyung? Bukankah seharusnya kau yang menggamit lenganku?" tanya Jihoon lirih, takut menyinggung perasaan Wonwoo.
"Kenapa harus? Kalau seperti itu, bukan aku menggamit lenganmu, tapi sekalian saja aku merangkul bahumu."
O-okay.
Jihoon diam. Sepertinya Wonwoo baru saja mengingatkan Jihoon bahwa ia pendek, tetapi dengan cara halus.
Ya, itu benar, aku pendek.
Tapi itu sangatlah jahat, sesungguhnya. Jihoon sakit hati.
"Ayo. Pengantinku sudah siap," ajak Wonwoo untuk yang kesekian kali.
"Hum, baiklah."
Hari ini, Jihoon melawan rasa sakitnya sendiri. Rasa sakit hatinya memendam sendiri perasaannya untuk sang sahabat. Rasa sakit hatinya yang sebentar lagi akan menyaksikan sahabat yang dicintainya mengikat janji dengan pengantinnya.
Betapa beruntung pengantin Wonwoo Hyung bisa mendapatkannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
unpredictable; wonhoon
FanfictionJihoon merasa semua seperti mimpi. Tepat ketika Wonwoo mengatakan bahwa ia akan menikah, memintanya untuk menjadi pendampingnya, dan justru menggiringnya ke altar untuk dipinang. "H-hyung?"