[CHAPTER 8]
-🥀-
"Sarapan untuk istri Jeon Wonwoo sudah siap! Selamat menikmati."
Wonwoo menghidangkan sepiring nasi goreng kimchi di hadapan istrinya yang sudah duduk manis di depan meja makan.
Di hadapannya tersaji sepiring nasi goreng kimchi dengan aroma sedap yang kuat menggugah selera.
Yah, tapi Jihoon harap rasanya juga sesedap aromanya. Karena jujur saja, dari pengalaman Jihoon, Wonwoo sama sekali tidak ahli dalam urusan dapur. Dulu sekali, pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya itu pernah mencoba membuat nasi goreng kimchi.
Dan, yah, hasilnya jauh dari kata enak. Bahkan bisa dibilang tidak layak makan. Sejak saat itu, Wonwoo tidak mau lagi berurusan dengan dapur. Dirinya kecewa dengan kerja kerasnya sendiri.
Namun, entah kenapa pagi ini tiba-tiba Jihoon dikejutkan dengan hidangan sarapan nasi goreng kimchi buatan Wonwoo, lagi.
"Buatanmu, Hyung?" tanya Jihoon, menatap nasi goreng kimchi di hadapannya kemudian Wonwoo secara bergantian.
"Jelas! Siapa lagi?" jawab Wonwoo disertai seulas senyum manisnya.
Ah, entah hanya perasaan Jihoon, atau memang benar, Wonwoo jadi lebih banyak tersenyum?
"Rasanya?" tanya Jihoon hati-hati.
"Um... itu... Entahlah. Coba kau rasakan dulu, sedikit saja. Kalau tidak enak, ya buang saja. Kita bisa makan di luar atau pesan delivery," kata Wonwoo sambil berbalik. Kemudian ia sibuk sendiri membuat minuman untuk istrinya.
Jihoon terdiam sejenak, menatap nasi goreng kimchi di hadapannya. Terlihat enak, sedap, aromanya. Namun, entah bagaimana dengan rasanya.
Ia ingin sekali mencobanya, tapi bagaimana jika nanti rasanya bahkan lebih parah dari racun?
Peduli setan! Aku akan tetap mencobanya.
Lalu dengan gerakan cepat, Jihoon menyuapkan sesendok nasi goreng kimchi ke dalam mulutnya, bersamaan dengan itu ia memejamkan matanya rapat-rapat.
Satu,
dua,
tiga.
Enak!
"Hyung? Kau belajar?"
Wonwoo yang sedang mengaduk susu hangat untuk istrinya itu terkekeh. Paham kata 'belajar' yang dimaksud Jihoon.
"Iya, Mingyu yang mengajariku," jawabnya.
Jihoon mengangguk, tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat ke atas.
"Yah, anggap saja sebagai hadiah satu hari pernikahan kita, hahaha," kelakar Wonwoo kemudian.
Namun, ternyata, bukannya membuat Jihoon semakin tersenyum atau tertawa, hal itu justru membuat Jihoon murung.
Pernikahan, ya?
Rasanya kata keramat itu terlalu asing disandingkan dengan kata 'kita' yang merujuk pada dirinya sendiri dan Wonwoo.
Sampai sekarang pun Jihoon masih belum bisa mempercayainya, bahwa ia sudah sah menjadi istri Wonwoo dan Wonwoo sudah sah menjadi suaminya.
Keduanya adalah sepasang suami istri sekarang.
Seperti yang Jihoon inginkan dulu sekali.
Dan sekarang, ketika semuanya sudah terwujudnyatakan, ia justru meragu.
Bukan, tidak.
Ia tidak ragu pada perasaannya sendiri. Ia tentu masih dan akan tetap mencintai sosok sahabatnya yang sudah menjadi suaminya itu.
Tapi Wonwoo, apakah ia mempunyai rasa cinta untuk Jihoon seperti rasa cinta Jihoon untuk Wonwoo?
Atau, mungkin sebenarnya Jihoon hanya sedang bermimpi saat ini?
Entahlah.
Apapun itu, Jihoon sukses dibuat murung.
Nasi goreng kimchi di hadapannya tiba-tiba sudah tak menggugah selera lagi. Namun, pria mungil itu tetap menyelesaikan sarapannya meski dengan lesu.
"Hyung, aku sudah selesai," katanya empat menit kemudian.
'Gret'
Dirinya berdiri lalu memundurkan kursi yang didudukinya dan berlalu pergi begitu saja.
"Jihoonie, susunya!"
Bahkan ia tak menghiraukan teriakan Wonwoo.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
unpredictable; wonhoon
Fiksi PenggemarJihoon merasa semua seperti mimpi. Tepat ketika Wonwoo mengatakan bahwa ia akan menikah, memintanya untuk menjadi pendampingnya, dan justru menggiringnya ke altar untuk dipinang. "H-hyung?"