[CHAPTER 7]
-🥀-
Wonwoo bangun terlebih dahulu, sekitar pukul lima pagi tadi. Ia tersenyum kala mendapati dirinya tidur memeluk Jihoon.
Ah, ia baru ingat. Semalaman istrinya sulit ditenangkan. Menangis, menolak berhenti. Seperti bukan Jihoon yang ia kenal. Tapi tidak masalah. Asalkan itu bisa membuat hati Jihoon lebih lega. Dan setelah ini Wonwoo akan sedikit menekan Jihoon dengan beberapa pertanyaannya yang tak terjawab semalam.
Tentu saja kali ini si mungil itu harus dipaksa.
Demi kelangsungan hidup rumah tangga mereka.
"Jihoonie sayang, bangun."
Wonwoo meniup telinga kiri Jihoon. Lelaki itu sudah berpindah dari posisi dan tempat terakhirnya ketika Wonwoo meninggalkannya untuk mandi dan menyiapkan sarapan. Mungkin juga Jihoon sudah berguling-guling ke sana kemari, terbukti dari bed cover dan bantal guling yang berantakan hingga ke mana-mana.
Aduh, sial!
Wonwoo jadi berpikir yang tidak-tidak.
Tidak!
Semalam kan mereka 'tidak melakukan apa-apa'. Hanya Wonwoo yang menenangkan Jihoon dari isakannya dan berakhir keduanya tidur saling berpelukan.
Okay, seharusnya Wonwoo tidak berpikir terlalu jauh.
Lupakan!
Ia kembali pada tujuan utamanya.
"Jihoonie sayang? Bangun. Ini sudah pagi. Ayo sarapan. Kau kan belum mengisi perutmu sejak semalam?"
Memang benar. Sepagi hingga siang, sore ke malam, kemarin Jihoon hanya makan sekali pada saat siang hari. Itupun tidak dalam porsi besar karena Jihoon memang tidak pernah bisa makan terlalu banyak.
"Sayang?"
"Eungh..." Jihoon mengulat, menggeliat tak nyaman dalam tidurnya yang semula nyenyak.
"Sayang? Istriku?" Wonwoo mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon. Tak sampai berjarak lima sentimeter. Bahkan tiga mungkin kurang.
'Cup'
"Eungh..."
Jihoon perlahan membuka matanya, sesaat setelah merasakan ada benda kenyal dan basah menempel di bibir kecilnya. Hanya sebentar, lalu ditarik kembali. Namun, sukses besar membuat Jihoon terbangun.
"H-hyung!" Jihoon terkejut bukan main saat mendapati wajah Wonwoo begitu dekat dengan wajahnya. Wajah mereka hampir saling menempel. Jihoon secara otomatis menjauhkan wajahnya bahkan seluruh tubuhnya dari Wonwoo yang juga sudah kembali tegak.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Jihoon dengan mata sipit melotot. Wonwoo terkekeh seketika.
"Kamarmu? Maksudmu kamar kita?"
Jihoon spontan menatap ke sekeliling.
Benar juga.
Kamar yang ditempatinya pagi ini adalah kamar yang masih sama dengan yang ditempatinya semalam.
Ia lalu menatap Wonwoo, kedua mata sipitnya mengerjap lucu.
"Lalu..."
Jihoon kehilangan kata-katanya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Wonwoo yang paham keadaan istrinya itu terkekeh.
"Mandilah lalu kita sarapan. Aku tunggu di bawah," kata Wonwoo diakhiri kecupan singkat di bibir tipis Jihoon. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi, Wonwoo keluar dari kamar keduanya diiringi seulas senyum bahagia di bibirnya.
Sementara Jihoon masih mencoba mencerna apa gerangan yang baru saja menimpa dirinya.
Dia menciumku?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
unpredictable; wonhoon
FanfictionJihoon merasa semua seperti mimpi. Tepat ketika Wonwoo mengatakan bahwa ia akan menikah, memintanya untuk menjadi pendampingnya, dan justru menggiringnya ke altar untuk dipinang. "H-hyung?"