Hye meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, sprainya terasa dingin. Mata Hye menolak untuk diajak tidur. Entah lah karena dia belum mengantuk atau karena dia masih memikirkan tentang "stempel" yang dibubuhkan Hyun di punggung tangannya beberapa jam yang lalu. Hye sudah berkali-kali merubah posisi tidurnya, kali ini dia lebih memilih posisi menyamping barangkali dapat membantu matanya untuk segera tidur. Percuma, matanya sama sekali menolak untuk terpejam, dia akhirnya memutuskan untuk duduk di tengah-tengah ranjang, menepis jauh potongan ingatan tentang Hyun. Ah, Hye tidurlah. Jangan kau memikirkan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Kali ini Hye sangat bekerja keras memaksa matanya terlelap hingga akhirnya dia berhasi, dia benar-benar terlelap.
*
Semburat cahaya matahari yang sudah cukup tinggi menerobos jendela kamar, cahayanya menembus gorden pastel hingga menyilaukan mata. Tentu saja mata Hye terpaksa membuka dengan malas, padahal berkali-kali nyonya park memukul pantat panci dari balik daun pintu beberapa jam yang lalu, percuma. Tidur Hye seperti orang mati.Guk guk guk
Kelopak mata Hye seperti dijilati lidah lalu dia juga mendengar deru nafas yang jelas bukan nafas manusia di sisi telinga kirinya.
"Kyaa..Noly, kenapa kau bisa di sini?" Teriak Hye kegelian.
Hye mengelus kepala anjing itu, entah bagaimana ceritanya sampai berada di ranjangnya. Dia berjalan keluar kamar dengan malas, kantuknya di hari libur sungguh keterlaluan, menjadi-jadi. Dia menguap berkali-kali membuka mulut selebar-lebarnya, mengucek mata dan sempat-sempatnya tangan kirinya menggaruk-garuk dadanya yang serasa gatal pada bagian dodotnya. (wkwkwk).
Adegan itu sungguh memalukan bagi nyonya park, wanita setengah baya itu hampir saja melempar sendoknya ke wajah putri kesayangannya yang visualnya saat ini sangat tidak karuan, untung saja tuan park mencegahnya. Pria berambut cokelat gelap yang juga duduk di depan nyonya Park hanya memalingkan wajah berusaha menyibukan diri dengan mengelus kepala Nolly.
"Good morning, my parents." Sapa Hye, matanya masih terbuka tiga watt, dia masih tidak menyadari pria yang menghirup kuah sup dengan suara cukup berisik. Hye menggeser kursi yang masih kosong di antara papa dan mamanya, tangannya menjulur hendak mengambil sumpit namun buru-buru benda itu direbut nyonya Park.
"Kya..cuci muka sana." Perintah nyonya Park, Hye menurut dengan patuh, kakinya diseret dengan malas.
"Di hari libur anak gadis kami memang begitu." Nyonya park menaroh daging ikan ke piring Cobra, pria itu mengangguk berterima kasih.
"Aku sering memasak banyak, menyuruh Hye mengantar ke rumah mu. Tapi katanya kau tidak ada di rumah. Apa perkerjaan mu sehingga begitu sangat sibuk?" Tanya nyonya Park. Cobra berpikir sejenak namun akhirnya menjawab pertanyaan itu dengan sangat hati-hati.
"Perusahaan hiburan." Cobra menjawab cukup singkat, tidak mungkin dia menceritakan lebih detail soal pekerjaannya pada orangtua Hye, dia tidak tahu apakah yang terjadi jika dia mengatakan sebenarnya, mungkin jika itu terjadi, dia tidak akan pernah makan seperti pagi ini.
"Kau terlihat lesu sekembali dari luar negeri,nanti jika ada waktu kita harus ke tempat sauna." Tuan Park menaroh kuning telor goreng di tas nasi di mangkuk nasi Cobra, lagi-lagi dia mengangguk, ada raut wajah haru jelas terlihat dari kilatan matanya. Bagaimana mungkin dia pergi ke sauna bersama ayah Hye, mungkin tuan Park akan bertanya lebih lanjut soal bekas luka di punggungnya, ditambah lagi bagaimana dia menjelaskan tentang tato sayap malaikat di dada kirinya.
"Oppa? Sejak kapan kau di sini?" Mulut Hye ternganga, rupanya air hangat di kamar mandi berhasil membuatnya terjaga. Nyonya park dan tuan park hanya berdecak, mungkin menahan beban malu karena ulah putrinya.
"Sejak Noly membangunkan mu." Cobra menyuruh Hye duduk, wajah gadis itu sudah terlihat rapi, jauh lebih baik dari beberapa menit yang lalu.
"Aiish, kok aku baru sadar ya, abis oppa adem banget gak kayak nyonya Park, setiap libur selalu main rebana pantat panci di depan kamar." Celoteh Hye membuat Cobra tersenyum.
"Aku terlalu kuatir siapa yang mau memperistri mu kelak jika tidur mu seperti kerbau? Harusnya kau bangun pagi, membuat sarapan untuk orangtua mu." Interupsi nyonya Park tak mau kalah, tuan Park juga membenarkan perkataan istrinya.
"Tentu saja pria yang menerima ku apa adanya." Sahut Hye.
"Apa adanya? preeet." Dengus Nyonya park sempat menepuk bahu Hye geram.
Cobra hanya tertawa kecil melihat keluarga yang bercengkrama.
"Kata Cobra dia mau pindah rumah bulan depan." Ujar nyonya Park yang langsung disambut wajah terkejut oleh Hye, dia batal memasukan nasi ke mulutnya.
"Kenapa? apakah oppa tidak mampu bayar sewa? pinjam saja uang sama ayah maupun ibuku, mereka banyak uang." Celoteh Hye asal lagi-lagi membuat cobra tersenyum dan akhirnya tertawa kecil begitupula kedua orangtuanya.
"Oppa membeli apartemen sederhana tidak jauh dari tempat kerja." Sahut Cobra tidak ingin dikira miskin di depan orangtuanya Hye. Selanjutnya yang menjadi pembicara didominasi Hye.
"Sering-sering kau berkunjung, jangan sungkan dan anggap rumah sendiri." Kata tuan park setelah mengantar Cobra hingga pintu.
Cobra berjalan meninggalkan kediaman Hye dengan beribu perasaan bersalah, dia tidak jujur tentang siapa dirinya, apa pekerjaannya. Dia hanya melakukan hal kecil dua tahun yang lalu, tetapi keluarga Park itu memperlakuaknnya sangat baik.
Bagaimana jika keluarga itu mengetahui kebenaran tentang dirinya, bagaimana kisah selanjutnya.
"Aku sangat menghawatirkan anak itu, apa dia makan dengan baik. Lihatlah badannya yang terlihat lelah. " Nyonya Park meninggalkan suaminya,dia menggeleng demi melihat Hye yang memainkan telinga Noly.
Apa yang telah dilakukan cobra dua tahun yang lalu hingga membuat keluarga Park sangat menyayanginya? Peristiwa yang menurut Cobra adalah takdir baiknya yang diawali takdir buruk bagi Hye. Gadis yang memiliki hidung mungil itu mengalami kecelakaan tabrak lari karena ulah dua mobil yang saling berkejaran di jalanan sepi. Beruntung Hye masih selamat, dia diselamatkan oleh pemilik mobil yang sedang mengejar mobil yang telak menabrak Hye. Pria itu langsung menelfon panggilan darurat, akhirnya nyawa gadis itu dapat diselamatkan walaupun masih kritis. Cobra bolak-balik di depan kamar operasi, dia harus menerima kabar buruk karena RS baru saja kehabisan darah yang sama dengan jenis darah gadis itu. Sialnya, Cobra lupa mengambil tas gadis tadi yang masih tergeletak di lokasi kecekalaan.
"Dok, coba cek darah ku, ambil untuknya." Entah bagaimana jiwa malaikat muncul dari pikiran Cobra, akhirnya takdir membawanya terikat pada gadis itu, darahnya berguna untuk menyambung nyawa gadis yang hampir meregang. Mungkin malaikat maut sudah menunggu di sisinya, terpaksa harus pergi karena gadis itu diselamatkan olehnya.
Ya, begitulah takdir menuntun Cobra pada gadis yang bernama Hye.
**Bersambung**
YOU ARE READING
STAY WITH ME (Completed✅)
FanficHyun adalah pria yang tidak biasa. Putra dari sebuah organisasi Jepang yang disebut Kodokai. Ketika takdir mempertemukannya dengan Hye seorang gadis dari golongan biasa. Diantara kisah cinta mereka ada sosok lain yang selalu ada untuk Hye, orang yan...