Hukuman

15 0 0
                                    

“Lama banget si lo!”

Gadis yang sedang berhadapan dengan pria yang sedang memarahinya didepan ruang osis hanya bisa menundukkan kepalanya dengan napas terengah-engah. Pasalnya gadis tersebut belum mengetahui seluk beluk sekolah ini. Dan lagi, pria yang dikenal sebagai ketua osis itu meninggalkannya seorang diri di lapangan tadi. Karena tak ingin kena amukan, gadis itu mencari letak ruang osis dengan berlari.

“Ma-maaf kak. Saya gak tau ruang osis dimana. Jadinya saya tersesat. Lagian juga kenapa kakak tinggalin saya?”  ucap gadis tersebut dengan polosnya.

“Lo nya aja yang BEGO bukannya ngikutin malah diem.”

Gadis bername tag Griyya Zevanna Vigora itu mendongkakan wajahnya kesal saat laki-laki dihadapannya mengatainya bego.

“Lagian salah saya apasih? Sampe diseret ke ruang osis segala?” ketusnya dengan tangan yang sudah berada dipinggang.

Allfred menaikkan alisnya. “Salah lo? Pertama Lo telat baris. Kedua, lo berani bantah gue. Dan ketiga, gue gak suka itu.” desisnya tajam.

Ia tersenyum sinis saat gadis dihadapannya terdiam saat ia melemparkan tatapan tajam. “Well, sekarang gue bakal hukum lo.”

“yang pertama, lo bersihin toilet. Gak cuma satu, tapi semua termasuk toilet cowok.” Anna membelalak tak percaya. Apa katanya? Toilet cowok? Yang benar saja.

“Kedua, lo sapu tuh lapangan belakang sekolah sampe bersih. Ketiga, bersihin ruang osis. Dan terakhir, lo cuma boleh istirahat lima menit setelah selesai ngeberesin hukuman. Dan gak boleh kekantin. Ngerti?” Gadis itu mengangguk dengan enggan.

Allfred yang tak puas dengan jawaban gadis dihadapannya kembali bertanya dengan suara tinggi. “NGERTI GAK?”

“I-iya kak.”

Allfred tersenyum puas. “Bagus. Dan ya, lo gak boleh kabur, karena gue bakal awasin lo.” ucapnya seraya berjalan menjauhi gadis tersebut.

Anna berbalik dan menatap punggung Allfred dengan sengit. “Dasar, ketos nyebelin” gerutunya. Lalu berjalan ke toilet wanita yang ada di lantai satu.

--------

Wajah Anna sudah merah padam. Ia sedang kesal sekarang, gimana gak kesal? Dari tadi ada aja yang masuk toilet. Mana gak guna banget lagi, masuk toilet cuma buat dandan. Situ mau sekolah atau kondangan? Pikirnya.

“Huft...” ia menghela napas pelan guna meredakan sedikit emosinya.

“Mungkin istirahat sebentar gak papa kali ya?” gumamnya setelah membersihkan tiga bilik toilet.

Niat beristirahatnya ia urungkan saat mengingat ucapan Allfred. Ketos menyebalkan itu.

“huft...”  lagi-lagi ia menghela napas lelah.

Tinggal dua bilik lagi, semangat Anna. Batinnya.

Ia kembali memasuki bilik toilet yang belum ia bersihkan. Sesekali ia bersenandung kecil, berharap rasa lelahnya akan hilang.

“Ekhm..”

Anna terlonjak kaget saat mendengar dehaman seseorang. Ia membalikkan badanya guna melihat orang yang telah membuatnya kaget.

Mulut yang tadinya terbuka akan mengeluarkan suara, menjadi kembali terkatup rapat saat seseorang yang sedang bersedekap dada dihadapannya adalah laki-laki yang membuatnya kesal tadi pagi. Eh tidak, sampai sekarang lebih tepatnya.

“Kenapa? Kaget?”

Yang Anna lakukan sedari tadi adalah diam dan menunduk. Membuat laki-laki dihadapannya merasa kesal.

The Chameleon BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang