sesat

801 73 0
                                    

Disini terbisu, menyibukkan diri dari kamu yang ada di sampingku. Hanya membaca buku dan melatunkan nada pilu, membentuk suatu harmoni yang setengah hancur.

Kamu, yang ada di sampingku. Kapan kamu akan menyadari keberadaanku? Sudah cukup lama diriku menyandang gelar nomor 2, kapan aku dapat mencapai nomor 1?

Harapanku aku buang sia-sia, ibarat aku terjun ke dalam jurang kebodohan. Dengan sangat aku mohon, sadarilah keberadanku. Bisakah kamu melihatku? Apakah aku begitu semu sehingga aku tidak terlihat olehmu?

Memori kita bertiga di benakmu telah luntur, terhapus oleh semua canda dan tawamu. Sementara aku, di ujung, menangis, dan menyesali segala tindakan yang telah aku perbuat, tindakan bodoh.

Diriku telah luntur, dari dunia. Bisakah kau mendengar nafas dari hidung seseorang disampingmu? Apakah aku sudah tiada?

Apakah semuanya berlalu secepat ini? Lihatlah, aku terpaku merasakan kamu yang bergeser satu jengkal lebih jauh dari padaku. Apakah saatku telah tiba?

Orang-orang di sekitarku berteriak-teriak, tertawa, dan melontarkan berbagai canda yang pastinya akan menghibur orang yang mendengarkan. Tetapi, segalanya terasa bisu bagiku.

Suaramu berputar kembali di benakku, terus menerus, tanpa henti bagaikan radio rusak. Suara itu.. Yang menyiksaku tanpa ampun.

Dan bodohnya aku masih berdiri, disini, bertahan, dan membunuh diriku sendiri.

Aku terlalu menyayangimu

Apakah aku harus menyiksa diriku untuk terakhir kalinya dengan cara melepaskanmu dari hidupku?

Jakarta, 30 September 2019

nada dalam bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang