Jam istirahat kini sudah dimulai tapi gak biasanya anak anak rame kayak gini, apa lagi dilapangan. "Eh, eh. Ada apa nih?" tanya gue pada salah satu adek kelas yang baru lewat "Itu kak ada anak seangkatan saya yang mau nembak kak Altar" jawabnya "Oke, Thanks" balas gue lalu berjalan menuju tangga dan berpapasan dengan Gabriel, Jeje dan Wawa
"Turun juga lu akhirnya" celetuk Wawa gue hanya tersenyum miring aja "Penasaran gue, punya nyali juga tuh adek kelas" jawab gue dengan sedikit terkekeh. Kami sudah berada di lapangan tak sulit bagi kami untuk mendapatkan baris paling depan karna saat kami sudah sampai lapangan semua barisan otomatis membuka sehingga kami dengan mudah mendapatkan baris depan. Gue liat cewe berwajah dewasa itu berdiri ditengah kerumunan dengan membawa sebuah gitar, sedangkan Altar, dia tidur di salah satu bangku penonton dengan berbantal paha Yaza, bukan cuma Yaza tapi temen temennya yang lain juga ada disana
"Altar Pandu Winarja, gue Zia Maharani. Lu mau jadi pacar gue?" teriak cewek itu yang bernama Zia, seketika pandangan semua tertuju pada Altar yang sama sekali gak merespon, gue melipat kedua tangan gue didepan dada geram melihat respon Altar yang tak kunjung merespon, tatapan gue beralih ke samping Adit. Arkan.
Dia dengan cueknya mejamin mata dengan kedua earphone di kedua telinganya hingga ia membuka mata dan melihat kearah gue, kita beradu kode, soalnya dia paham banget kode kode yang slalu gue tunjukin, makanya Arkan ciri ciri cowo yang peka terhadap rangsang karena dia manusia. Kalau gak peka berarti itu dipertanyakan, manusia apa bukan? Arkan mengendikan kedua bahunya sebagain jawaban, gue hanya menghela nafas
"Ayo kita taruhan, si Altar bakal nerima si Zia Zia itu atau gak?" seru Gabriel
"Gue sih iya" jawab Jeha"Ya jelas diterimalah, si Altar kan gak bakal nolak yang begituan" timpat Wawa, gue yang dari tadi diem tapi gue denger yang mereka bilang masih gak menggubris, seketika gue ngerasa tatapan Gabriel, Jeje dan Wawa tertuju ke gue, gue menoleh kearah mereka "Apa?" seru gue yang pura pura gak denger mereka ngomong apaan "Gue yakin lu denger apa yang gue omongin" balas Gabriel
Gue mengalihkan pandangan gue ke Altar, masih sama lalu gue alihkan kearah Zia Zia itu "Gue rasa kali ini si Altar bakal nolak tuh cewe" jawab gue mantap.
"Oke kalau lu salah telak, lu traktik kita bakso kantin hari ini" balas Wawa "Tapi kalau si Altar nolak tuh cewek satu hari full lu lu pada traktir gue es krim, gimana?"
"Deal!!"
Gue kembali menghadap kedepan dan melihat Altar sudah berada dihadapan Zia itu "Nggak!" jawab Altar, gue yang mendengar itu lagsung menoleh kearah tiga teme gue dengan senyum yang merkah
"Nggak nolak maksud gue"
Senyum yang tadinya merkah kini luntur seketika digantikan senyum kemenangan dari ketiga temen gue, gue langsung mengalihkan pandangan gue kedepan melihat si Zia Zia itu memeluk Altar dengan senangnya begitulah dengan Altar yang membalas pelukannya.sial ini mah.
"Gue tunggu dikantin"
Setelah mengatakan itu gue bergegas keluar kerumpunan dan menuju ke kantin untuk menunggu tiga kutu kupret, tak selang tiga kutu kupret dateng dengan senyuman kemenangannya, gue memutar bola mata malas "Udah pesen sana, jangan lupa gue dipesenin juga" ujar gue
"Siap bu boss" seru Gabriel dan Wawa bersamaan
"Gimana lu sama si Arkan, jadi ngedate?" ujar gue membuka suara
"Si doi belum ngajak gue jalan, gimana dong?" ujarnya tanya balik ke gue
"Kok tanya gue sih?" jawab gue
"Lu kan temennya gimana sihh cintaa" ujar Jeha gemas dengan mencubit kedua pipi gue, dikata gak sakit gitu ya dicubitin
"Aww, Aww. Sakit ya, Je" pekik gue mengelus kedua pipi gue, mungkin pekikan gue lemayan kenceng hingga membuat penghuni kantin menoleh kearah gue, jadi malu kan gue. "Bodo amat. Gue gak mau bantu lu" seru gue sebal

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLATA
Teen FictionIni cerita tentang sebuah pilihan terberat yang akan Allata hadapi Pilihan dari sang semesta, yang akan menentukan masa depannya Dengan bantuan kedua sahabat kampret tersayang, Allata siap menghadapi masa masa tersulit sekalipun Tak perduli apapun r...