Pagi ini kembali seperti pagi pagi biasanya, gue kebangun sama konser dadakan yang diadakan di kamar mandi punya Abang sama Kakak gue, udah deh itu alarm kedua setelah teriakan nyokap yang ampuh bangunin gue, dan setelah itu gue langsung cus ke kamar mandi.
Setelah merasa siap gue turun, tapi lebih tepatnya sih ngeluncur di pegangan tangga, itu udah jadi kebiasaan dari dulu karna menurut gue turun lewat tangga itu lama terus capek lagi.
Gue udah pernah tuh jatuh dari sana, tapi bukannya dibantuin eh kena omel sama nyokap bokap ditambah lagi tawa dari kedua saudara gue, tapi yah yang namanya kepala batu diomelin kayak apa juga tetep sama.
"Kamu itu ya, dibilangin turun yang bener malah kayak gitu, nanti kalau udah jatuh lagi, mama yang ketawa paling kenceng dari pada kakak kakak kamu"
Begitulah omelan pagi ini dari mama, jahat kan? Tapi gue sayang
Gue duduk di kursi meja makan dan disusul kedua kakak gue "Tha, nanti mama anter kamu kesekolah ya"
Gue yang tadinya makan kini sedikit mendongak atas ucapan nyokap gue, gue tanya sama kedua Kakak gue lewat isyarat tapi mereka pada mengendikan kedua bahunya
"Tha?" panggil nyokap
"Eh, iya ma"
Setelah selesai sarapan sesuai apa yang di katakan nyokap tadi, gue masuk kedalam mobil milik nyokap.
Dimobil, nyokap nanyain tentang sekolah gue, kenapa gue waktu itu telas masuk sekolah dan lain lain. Hingga sampai didepan gerbang sekolah nyokap menghentikan gue untuk keluar dengan mengatakan
"Nanti pulang Mama jemput, oke"
"Gak ada paisen Mama Ana?"
"Enggak"
Gue mengagguk dan menyalami tangan serta mengecup pipi nyokap dan mengucapkan salam sebelum gue keluar dari mobil dengan mengenakan topi hitam andalan gue.
Saat gue jalan menelusuri koridor yang tampak ramai, gue sedikit menggembungkan pipi gue, gak tau kenapa kalau diramaian kayak gini gue suka sedikit minder? tapi gak sedikit dari mereka yang menegur gue saat lewat, gue juga balas menegur juga.
Tiba tiba pemandangan tidak enak terlihat di kedua mata gue seketika gue mematung ditempat. Disana Brian dan juga Alice, Brian yang merangkut bahu Alice dan mengantarkan ke kelasnya, gue semakin menggembungkan pipi gue.
"Udah tau sakit, masih diliat aja" ujar sesorang dari arah belakang gue, sebelum gue menoleh Altar dan Arkan yang bertopi senada dengan topi gue merangkul kedua bahu gue terlebih dulu.
"Ngapain tuh pipi di gembung gembungin?" Ujar Altar, dengan jailnya menusuk tusukkan telunjuk mereka ke pipi gue, mereka tersenyum kearah gue dan seperti menular senyuman mereka buat gue tersenyum dan sedikit terkekeh "Gitu dong, yuk ke kelas" Ujar Arkan dan kami berjalan menelusuri koridor dengan kedua tangan Altar maupun Arkan masih bertengger di bahu gue membuat yang melihat menatap kami atau lebih tepatnya gue dengan pandangan yang sulit diartikan tapi gue tak menggubrisnya.
"Enak banget deh jadi Allata"
"Tha! Bagi bagi dong, jangan serakah"
"Pengen tau gak sih digituin"
"Adek baper tau, kakak"
"Aduduhh"
"Gemes deh sama mereka"
Begitulah sekiranya celetukan mereka yang gue denger. Tepat kami melangkah masuk kelas bel masuk berbunyi, gue lihat bangku milik Stella kosong "Na, Stella gak masuk?" tanya gue ke Xena yang menjabat jadi sekretaris kelas "Gak masuk kali, gak ada suratnya juga" gue mengerutkan kening gue saat Stella tiba tiba tidak masuk, ya walaupun pernah tidak masuk namun dia selalu chat gue dulu, gue merogoh saku gue dan melihat bahwa tidak ada chat satupun dari dia
![](https://img.wattpad.com/cover/200515550-288-k523827.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLATA
Novela JuvenilIni cerita tentang sebuah pilihan terberat yang akan Allata hadapi Pilihan dari sang semesta, yang akan menentukan masa depannya Dengan bantuan kedua sahabat kampret tersayang, Allata siap menghadapi masa masa tersulit sekalipun Tak perduli apapun r...