Heartache

4.2K 137 10
                                    

Happy reading :)

- Vanilla POV -

" Lala , kita putus "

Kalimat yang keluar dari mulutnya seperti geledek yang mengenaiku di siang hari yang terik. Membuat ku seperti mati rasa di sekujur tubuh.

Mataku menatapnya tidak percaya. Sangat lama aku menatap matanya yang sendu menatapku. Aku pikir akan menemukan kebohongan dimatanya , namun tidak.

Selama ini hubungan kami terbilang sangat baik. Tidak pernah sekalipun ada perkelahian. Bahkan kami termasuk couple goals. Adem dan terlihat bahagia.

Aku tidak tahu apa yang menjadi penyebab sampai dirinya mengucapkan kalimat malapetaka itu padaku. Padahal sebelumnya kami tidak pernah ada masalah apapun.

" Apa maksudmu? Apa yang kamu katakan? " Suaraku serak menahan tangis

Harry Azura nama pria itu. Pria yang membuatku berhasil jatuh cinta dan merasa wanita terbahagia didunia. Yang meyakinkan diriku kalau jatuh cinta adalah hal yang sangat menyenangkan dalam hidup.

" Aku akan memimpin salah satu cabang perusahaan Papa di Jepang. Aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan mu. Aku tidak bisa menahan untuk tidak menemuimu sedangkan semuanya terlalu sulit untukku dengan tuntutan perusahaan. Aku merasa akan membuang waktumu untuk menunggu aku yang tidak jelas menemuimu kapan dan pulangnya pun kapan "

Mendengar alasan yang di lontarkan Harry membuatnya sesak. Kenapa bisa Harry mempermasalahkan hal itu dengannya.

" kita bisa berkomunikasi. Apa gunanya semua fitur pada komunikasi kalau tidak kita pergunakan. Itu bukan kendala buat kita " setetes airmata jatuh dipipiku.

" kenapa segampang itu kamu memutuskan hm? "

Aku meraih tangan Harry, menggenggam dan meremasnya. Mencoba memberi kekuatan pada diriku sendiri.

" setidaknya bicara dulu padaku sebelum kamu mengakhiri hubungan kita " tangisanku semakin deras.

" Aku tidak ingin membuatmu kecewa. Aku mencintaimu. Tapi situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk kita"

Harry menatapku dengan mata berkabut yang sedang menunduk. Dirinya merasa jahat telah melukai perasaanku.

" bukan situasi dan kondisinya, tapi kamu yang tidak berani menghadapinya. Apapun kondisi dan situasinya , jika Tuhan berkehendak ya akan jadi. Sekalipun kamu jauh ataupun kita tidak saling mengenal. Kenapa saat aku berani melangkah , kamu memilih berhenti bahkan akan mundur ? Aku tidak mengerti " bisikku dengan mata terpejam

" Maafkan aku. Maaf. Kamu terlalu baik padaku. Kamu layak mendapat yang lebih baik dariku."

Aku mengangkat perlahan wajahku dan mencoba menatapnya. Harry menghapus sendiri airmatanya yang jatuh. Harry merasa sedih tapi harus mengambil keputusan.

Perlahan aku melepas genggamanku pada tangannya. Menyeka airmataku dan mencoba tersenyum

" baik , aku mengerti. Aku mencoba menerima keputusanmu. Aku harap kamu tidak ragu dengan keputusanmu ini. Tapi ... " aku menelan ludah dengan susah payah

" Tapi boleh aku memelukmu sekali saja sebelum kita benar benar berpisah ? "

" kemarilah " Harry membuka tangannya mempersilahkanku masuk kedalam pelukannya.

Sesaat setelah dipersilahkan , aku memeluk tubuhnya. Memeluk erat seakan tidak rela berpisah. Memeluk dengan tangisan membanjiri pipiku. Berharap ini adalah mimpi buruk. Berharap setelah ini , Harry membangunkannya dengan senyumnya.

Run to You ( V A N I L L A )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang