24. The Man Who Can't Be Moved

1.6K 184 51
                                    

Dengerin lagu nya
|

||

|||

Lim sudah siuman dari pingsan nya, dia hanya meringkuk diatas ranjang nya, menghadap ke jendela kamar dengan tatapan kosong, tubuhnya mengalami demam, tapi dia seolah mengabaikan semua rasa sakit yang menyerang nya, karena memikirkan sang gadis kesayangan nya, Jennie, andai tubuh nya tak selemah ini, dia mungkin sudah berlari ke rumah pemilik hati nya, untuk menjawab segala rasa penasaran dan khawatirnya.

Jessica eomma, dan Yuri appa belum bisa bernafas lega, meski babby Lim sudah sadar, tapi melihat sang putra yang seperti ini, tentu membuat mereka tetap merasa khawatir.

Yuri menyuapi makan malam sang putra, tapi babby Lim menolak untuk menghabiskan nya dengan alasan sudah kenyang, dan sang appa pun juga tak memaksa, dia paham dengan perasaan sang putra saat ini.

Setelah meminum kan obat nya, Sicca eomma mengechek suhu tubuh babby Lim, menempelkan telapak tangan nya di kening, leher dan punggung sang putra, dan suhu babby Lim mulai stabil.

"Sekarang tidur ya babby" perintah Sicca eomma yang kemudian menaikan selimut untuk menutupi tubuh babby Lim sampai sebatas dada, mencium kening sang putra, dan Lim pun mulai memejamkan kedua matanya.

Saat tengah malam tiba

"APPA!!" Suara teriakan menggelegar memenuhi rumah keluarga Kwon, suara yang bersumber dari kamar tidur babby Lim.

Yuri segera terbangun dari tidurnya, melompat dan berlari menuju kamar sang putra.

"Hey boy" Yuri memeluk tubuh babby Lim yang kembali memanas dengan nafas yang tersengal, babby Lim tak menjawab, dia hanya menangis sesenggukan dipelukan sang appa, Jessica pun menyusul dengan wajah yang tak kalah panik nya, dia ikut memeluk tubuh putra nya dari belakang, dia tahu babby Lim menyembunyikan tangisnya di dekapan ayah nya.

"Jangan takut boy, ada appa dan eomma disini, kamu aman" Yuri berusaha menenangkan sang putra.

Lima hari babby Lim tak masuk sekolah, dan selama itu pula, semua sahabatnya selalu datang untuk menjenguk dan menemani sepulang dari sekolah.

Bertanya pada Jisoo pun percuma, karena dia juga tidak tahu dibawa kemana Jennie oleh sang daddy tuan Kim.

Dan hari ini, dibantu Yoong daddy, yang mendapat giliran menjemput anak-anak, mereka membuntuti Jisoo sepulang sekolah secara diam-diam.

Sampailah mereka pada rumah mungil bergaya minimalis dengan cat abu-abu, mereka memarkir mobil agak jauh dari rumah Jisoo, menunggu ada gerakan apa setelah ini, dari si pemilik rumah.

Dan nihil, dua jam lebih menunggu, Jisoo tak terlihat keluar dari kediaman nya.

"Huft" Lim menghela nafas putus asa.

"Kita masih akan terus membantumu mencari nya boy" ujar Yoong daddy untuk menghibur dan meyakinkan Lim.

Sang bocah tak menyahut, dia hanya menyandarkan kepalanya pada sandaran jok penumpang depan yang dia duduki, Yoong daddy mengusap sayang pada kepala Lim yang terlihat lemas.

"Hey babby" sapa Sicca eomma pada putra nya yang baru pulang sekolah.

"Eomma" lirih babby Lim manja menyandarkan kepalanya dibahu sang eomma yang sedang menonton tv.

"Mau makan sekarang, hm?" Tanya dang eomma sambil menepuk-nepuk pipi kanan babby Lim dengan tangan kanan nya.

"No" jawab babby Lim singkat yang terdengar seperti gumaman.

"Lim mau mandi dulu eomma" pamit sang putra tak bersemangat, setelah itu babby Lim langsung beranjak ke dalam kamar nya.

Sampai malam tiba, Yul appa pun pulang dari kantornya, Sicca eomma menyambut kedatangan suami nya.

"Kemana bayiku, yeobo?" Tanya Yul appa mencari keberadaan putra nya.

"Di kamarnya seobang, dia belum makan semenjak pulang sekolah tadi" adu Jessica khawatir pada sang suami.

Selesai mandi, Yul appa pun mendatangi kamar sang putra

Ceklek

Membuka pintu kamar babby Lim yang tengah melamun sambil memegang buku ditelapak tangan kirinya.

"Boy" panggil nya membuat babby Lim menoleh

"Ya appa?" Jawabnya lirih

"Ayo makan, eomma sudah memasakan makanan kesukaanmu" ajak Yul appa

"Lim tidak lapar appa" tolak babby Lim

"Temani appa makan kalau begitu" bujuk Yuri, dan berhasil, babby Lim segera bangkit dari duduknya dan menuju meja makan bersama sang appa.

Yuri duduk tepat disebelah kan babby Lim, Jessica tersenyum lega menatap putra nya yang mau keluar dari kamarnya.

"Mau makan apa babby?" Tanya nya perhatian, babby Lim menggeleng.

"Lim mau susu saja eomma" jawab babby Lim, Yuri menggeleng menatap sang istri yang hendak memaksa sang putra untuk ikut makan, Jessica pun menurut, dia membuatkan susu hangat untuk sang putra.

Dan pasangan Yulsic pun makan ditemani babby Lim yang sesekali menyesap susu hangatnya.

"Yeobo, kenapa masakanmu hari ini rasanya aneh sekali?" Keluh Yuri.

"Aneh bagaimana?" Tanya Jessica kesal karena menurutnya masakan nya baik-baik saja.

"Coba boy, cicipin masakan eomma mu ini, rasanya tidak seperti biasanya" pinta Yuri menyodorkan sesuap nasi beserta udang mentega kesukaan babby Lim ke mulut sang putra.

Nyam

Babby Lim menerima suapan sang appa.

"Tak ada yang aneh appa, enak seperti biasanya" jawab babby Lim polos.

"Benarkah?" Yuri pura-pura memakan lagi, tapi ragu.

"Tolong bantu appa menghabiskan nya ya, kalau tidak appa makan sampai habis eomma pasti akan marah nanti" bisik Yuri pada sang putra yang sangat polos dengan modus appa nya, babby Lim hanya mengangguk, dia menerima suapan demi suapan dari appa nya, Jessica menyembunyikan senyum nya, mengetahui cara sang suami membuat putra nya agar bersedia untuk makan.

Lim belum lah sepenuhnya bisa melupakan gadis nya, cinta nya, hati nya masih lah patah, dia masih mencari Jennie kesana kesini, termasuk saat ini, dia di lapangan basket, tempat nya bermain dan bertemu dengan Jennie dulu, duduk ditengah lapangan sambil memeluk kedua lututnya, berharap sang gadis pun juga datang ke sana untuk menemui nya, tapi nihil, sebulan lebih Lim menunggu, mencari, tapi tak membuahkan hasil apa-apa, dan dia tak mau berputus asa, tak mau menyerah dalam mencari gadis yang dicintai nya.

Lim melangkahkan kaki nya menuju ke rumah Jennie sekarang, rumah yang telah lama kosong, pintu gerbang nya terkunci, jadi tak ada yang bisa Lim lakukan selain duduk termenung sendirian di depan pintu gerbang.

Sang pemuda menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya kasar, pikiran nya terbang ke masa dimana dia sering menghabiskan waktu di rumah gadis pujaan nya ini, rindu yang menyerangnya sekarang ini lah yang membuat dia tetap bertahan ditempat meski hujan mulai datang.

Tubuh Lim mulai bergetar, menangis sesenggukan sendirian, dalam guyuran air hujan, dia sangat membutuhkan kehadiran sang pemilik hati, untuk mengobati segala perih yang bersarang di hati nya.

Sampai tiba-tiba, seorang gadis datang dengan membawa payung yang begitu lebar, dia berhenti tepat di depan Lim yang duduk sambil memeluk lututnya dan menangis.

Merasa air hujan tak menimpa lagi ditubuhnya, Lim mendongak, menatap gadis yang berdiri di depan, dan tangis Lim pun malah semakin pecah sambil memeluk kedua kaki sang gadis.

#TBC

BhavişyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang