Tiga berkas sinar merah menyambar cepat ke arah Tiga Setan Neraka. Peringatan Sanggamayit yang lebih cepat, membuat Iblis Mata Satu dan Setan Jerangkong seketika melenting ketika sinar merah hampir mengancam diri mereka. Sanggamayit pun tak kalah sigap. Dia melompat dan berputar dua kali di udara. Sinar-sinar merah itu hanya menyambar sasaran kosong.
"Hiya...!"
Sanggamayit menjerit keras seraya mengerahkan jurus 'Pukulan Petir'. Kedua tangannya didorong ke depan dalam posisi tubuh masih di udara. Seketika dari kedua telapak tangan yang terbuka, meluncur dua kilatan sinar yang menyilaukan mata ke arah pohon besar.
Memang tadi, Sanggamayit selintas melihat sumber datangnya dua sinar
merah adalah dari balik pohon itu. Seketika suara ledakan keras terdengar setelah kilatan sibar yang dilontarkan Sanggamayit menghantam pohon. Dalam sekejap saja pohon itu hancur berkeping-keping. Jelas kalau jurus
'Pukulan Petir' tadi disertai dengan pengerahan tenaga dalam yang tinggi.
Sanggamayit kembali menjejak tanah. Matanya dingin memandang pohon yang kini hancur seperti baru saja diseruduk ribuan gajah. Asap yang mengepul akibat hantaman sinar pada pohon itu, mulai menipis dan akhirnya hilang sama sekali. Mata Sanggamayit terbelalak lebar ketika tidak mendapat apa yang diharapkan dari pohon yang hancur itu.
"Hebat...! Sayang, hanya membuang-buang tenaga percuma," terdengar suara keras penuh ejekan.
"Kadal!" dengus Sanggamayit geram.
Kembali dipasang telinganya dengan mengerahkan ilmu 'Pemecah Suara'. Hati Sanggamayit benar-benar penasaran dipermainkan seperti kerbau dungu. Tapi hatinya sedikit cemas juga seandainya Dewi Selaksa Mawar telah mengalami kemajuan yang pesat dalam kesaktiannya.
Jelas sekali kalau Sanggamayit melihat sinar merah tadi bersumber dari balik pohon itu. Tapi setelah
pohon itu hancur, kenapa dia tidak ada di situ? Sementara Iblis Mata Satu dan Setan Jerangkong pun telah mengerahkan dengan ilmu
'Pemecah Suara' mengamati suara-suara yang mencurigakan. Mata Tiga Setan Neraka jelalatan mencari-cari arah sumber suara tawa mengikik yang seperti datang dari segala penjuru mata angin.
"Setan! Ilmu apa yang digunakannya?" dengus Sanggamayit gusar.
Seluruh kemampuan dalam ilmu
'Pemecah Suara' Sanggamayit telah dikeluarkan semaksimal mungkin, namun sumber suara tawa yang mengikik belum dapat dipastikan dari arah mana datangnya.
Demikian pula yang dialami Iblis Mata Satu dan Setan Jerangkong. Mereka belum dapat menentukan di mana jati diri Dewi Selaksa Mawar berada. Dalam hati, diakui juga kehebatan ilmu 'Pemindah Suara' yang dimiliki Dewi Selaksa Mawar.
Memang, tinggi rendah suatu ilmu dapat diukur dari cara seperti ini. Cara adu ilmu. Pada kenyataannya sekarang, ilmu 'Pemecah Suara' yang dimiliki Tiga Setan Neraka tidak mampu menandingi ilmu 'Pemindah Suara' Dewi Selaksa Mawar. Jelas kalau dari segi ilmu seperti ini, tingkat tenaga dalam Dewi Selaksa Mawar lebih tinggi daripada Tiga Setan Neraka. Mungkin hampir mendekati titik kesempurnaan.
Namun dari segi ilmu semacam itu, belum bisa menjadi jaminan bagi Dewi Selaksa Mawar untuk mengalahkan Tiga Setan Neraka. Mereka ini rata-rata memiliki kelebihan yang dapat menjadi andalan. Tingkat kesaktian Tiga Setan Neraka memang tidak bisa dianggap enteng. Apalagi kalau sampai adu kesaktian pamungkas.
"Hiyaaa...!" tiba-tiba Iblis Mata
Satu berteriak nyaring.
Seketika dia berbalik seraya tangan kanannya mendorong ke depan. Dan bersamaan dengan itu, seleret sinar merah juga meluncur deras ke arahnya. Dari tangan kanan Iblis Mata Satu pun keluar sinar hijau membentuk bulatan sebesar kepalan tangan manusia dewasa.
Yang terjadi selanjutnya adalah
benturan dua sinar yang berbeda, serta menimbulkan suara ledakan yang amat dahsyat. Pada saat yang sama, Sanggamayit tidak ketinggalan dengan 'Pukulan Petir’ nya. Lalu disusul oleh Setan Jerangkong yang menghantam dengan ilmu 'Cakra Buana' ke arah yang sama.
Kemilau kilat dan bulatan bagai bola api meluncur hampir bersamaan ke arah yang dituju Iblis Mata Satu. Suara ledakan dahsyat kembali
terdengar saat dua pukulan sakti jarak jauh menghantam sebuah batu besar di antara tiga pohon jati.
Bersamaan dengan itu, berkelebat
sebuah bayangan merah keluar dari batu yang hancur terkena hantaman dua pukulan jarak jauh tadi. Bayangan merah tadi berjumpalitan di udara, kemudian meluruk deras ke arah Sanggamayit. Belum lagi sampai di tanah, bayangan itu kembali mengeluarkan sinar-sinar keperakan ke arah Sanggamayit.
"Bedegul, keparat!" geram Sanggamayit sambil berlompatan menghindari sinar-sinar yang mengancam dirinya.
Belum sempat Sanggamayit menjejakkan kakinya ke tanah, bayangan merah telah menyerang dengan ganas. Untunglah, pada saat yang tepat Setan Jerangkong melemparkan ranting kering ke arah kaki Sanggamayit Ketika ranting kering itu menyentuh ujung jari kakinya, segera tidak disia-siakan kesempatan ini. Sanggamayit melesat dengan meminjam ranting tadi sebagai pijakan.
Serangan bayangan merah yang
cepat bagai kilat itu gagal total. Sanggamayit bersalto dua kali di udara, kemudian dengan manis mendarat di tanah. Sementara wujud bayangan merah telah nampak jelas. Terlihat
Dewi Selaksa Mawar berdiri angkuh dengan wajah tegang menahan geram. Matanya tajam memandang Setan Jerangkong yang telah menolong Sanggamayit.
"Curang!" dengus Dewi Selaksa
Mawar.
Tiga Setan Neraka tidak mempedulikan dengusan itu. Mereka segera menggeser dan berdiri berjajar. Sanggamayit berada di tengah-tengah.
"Sanggamayit, kembalikan kitab Tapak Geni padaku. Kau tidak berhak memilikinya!" ujar Dewi Selaksa Mawar. "Kau salah sangka, Dewi Selaksa Mawar. Aku tidak mencuri kitab itu, apalagi memilikinya!" sahut Sanggamayit.
"Dusta! Kau curi kitab Tapak Geni dari serambi bilik semadi guruku. Kau gagal mendustainya, lalu mencuri kitab itu!" sentak Dewi Selaksa Mawar. "Aku sudah bersumpah untuk mencari kitab itu dan membunuhmu, Sanggamayit. Kaulah penyebab kematian guruku, setelah kau curi kitab Tapak Geni!"
Iblis Mata Satu dan Setan Jerangkong saling pandang. Mereka tidak tahu sama sekali kalau urusannya menyangkut sebuah kitab pusaka yang menyimpan berbagai macam ilmu-ilmu kesaktian Tapak Geni. Ternyata urusan antara Sanggamayit dengan Dewi Selaksa Mawar bukan sekedar urusan asmara belaka, tapi lebih. rumit dari yang mereka sangka.
'Tidak ada yang memiliki benda ini selain kau, Sanggamayit!" bentak Dewi Selaksa Mawar sambil melemparkan sebuah ruyung kecil dari perak. "Guruku tewas karena benda keparat itu!"
Tiga Setan Neraka terkejut melihat senjata rahasia itu. Jelas sekali kalau senjata itu memang milik Sanggamayit. Ini dapat dikenali dari tangkainya yang terukir gambar kepala tengkorak manusia terbelah. Tak ada yang mempunyai ruyung perak semacam itu selain Sanggamayit.
"Hm..., aku kena fitnah," gumam
Sanggamayit.
"Masih ingin mengelak dari tanggung jawab, Sanggamayit?" sinis suara Dewi Selaksa Mawar.
"Aku tahu siapa yang berbuat curang seperti ini," lagi Sanggamayit bergumam.
"Siapa?" tanya Setan Jerangkong mendengar gumaman itu.
"Setan Arak," jawab Sanggamayit pasti.
"Kalau begitu, kau harus buktikan kalau kau tidak mencuri kitab itu," kata Iblis Mata Satu.
"Sulit," Sanggamayit menggeleng- gelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu di mana Setan Arak tinggal. Dia tidak pernah menetap pada satu tempat"
Benar juga kata-kata Sanggamayit itu. Mencari Setan Arak sama juga mencari sebatang jarum di padang luas. Mereka semua tahu siapa sebenarnya Setan Arak. Dia adalah seorang tokoh rimba persilatan yang kejam, serta selalu menggunakan berbagai cara demi mencapai apa yang diinginkan.
Sebenamya, Setan Arak masih ada hubungan kerabat dengan Sanggamayit. Dua puluh tahun yang lalu, Setan Arak pernah berkunjung ke kediaman Sanggamayit selama satu minggu. Tapi, sepeninggal Setan Arak tiba-tiba saja guru Dewi Selaksa Mawar tewas. Saat itu bersamaan waktunya dengan aksi Tiga Setan Neraka merebut istana Kerajaan Parakan.
Rupanya, peristiwa yang telah terpendam dua puluh tahun itu baru terungkap sekarang. Namun sampai saat ini belum jelas penyelesaiannya. Setan Jerangkong dan Iblis Mata Satu belum bisa memutuskan siapa sebenarnya yang bersalah. Salah atau benar, yang jelas mereka berada di jalan yang salah.
"Memang sulit, karena Dewi Selaksa Mawar telah menjatuhkan tuduhan," gumam Iblis Mata Satu.
"Serang dia dari beberapa jurusan, lalu cepat pergi," kata Sanggamayit pelan.
Setan Jerangkong dan Iblis Mata
Satu mengangguk berbarengan. Mereka cepat mengerti maksud Sanggamayit. Seketika itu juga mereka melompat menjauhi Sanggamayit.
Melihat dua orang yang melompat
itu telah mengambil posisi, Dewi Selaksa Mawar langsung memasang kuda-kuda. Matanya menjadi sibuk memperhatikan tiga jurusan yang saling berjauhan letaknya. Dia sadar kalau lawan-lawan yang dihadapinya sekarang tidak bisa dianggap enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
4. Pendekar Rajawali Sakti : Kitab Tapak Geni
AcciónSerial ke 4. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.