le préfixe

2.1K 113 44
                                    


Apa arti dongeng untukmu?

Sesuatu yang indah untuk di dengar sebelum tidur?

Atau, kau malah ingin berada di dalam dunia dongeng dan menjadi seorang putri agar bisa menikah dengan pangeran tampan?

Atau mungkin, ingin menjadi pangeran agar bisa mempersunting seorang putri cantik?

Mungkin menurutmu dongeng itu memiliki kisah yang menarik, dan indah. Berharap seandainya hidupmu seperti berada di dalam dongeng.

Menjadi orang yang miskin yang baik hati lalu menikah dengan pangeran yang tampan dan kaya raya.

Atau tidak sengaja menolong ular yang ternyata adalah seorang pangeran yang di kutuk oleh penyihir.

Intinya, di setiap kisah dongeng berakhir dengan indah. Akhirnya selalu saja berbahagia.

Terkesan menyenangkan, bukankah begitu?

Tapi, ini bukanlah kisah cinta antara pangeran dan putri yang berakhir bahagia. Disini bukan tempatnya.

Ya, kalian mungkin mengenal dongeng karena kisahnya yang indah dan terkesan sangat menyenangkan.

Namun, tidak ada dongeng yang indah di kamus kehidupan Park Jimin. Pangeran yang satu ini tidak percaya dan sangat tidak menyukai kisah dongeng.

Pikirnya semua itu terlalu mengada-ada. Hidup pangeran tidak selalu menyenangkan seperti yang ada di dongeng.

Menjadi pangeran bukan hanya tentang mencari wanita cantik lalu di nikahi. Ah, tidak begitu.

Jimin itu pangeran satu-satunya dari kerajaan Haneul seluruh anggota kerajaan, dan para masyarakat pasti sangat berharap padanya. Sebagai Putra mahkota Jimin tidak boleh mengecewakan rakyatnya.

Di usianya yang ke dua puluh lima tahun, beban sebagai putra mahkota semakin terasa beratnya. Ia di tuntut untuk menjadi penerus yang hebat, dan mengerti rakyatnya. Untuk itu pula ia di haruskan di dampingi oleh pendamping yang cerdas yang dapat membantu jimin memimpin negeri ini.

"Karena kau adalah satu-satunya penerus di kerajaan ini, sebab itulah kau harus mendapatkan pasangan yang bisa membantumu nanti." Ujar ibunya—Permaisuri—, Park Minji, dengan lembut.

Jimin hanya mendengarkan nasehat dari ibunya.

"Nak, kau itu adalah calon raja, calon penggantiku nanti. Orang yang mendapingimu nanti haruslah orang yang berpengaruh baik untukmu." Sang raja—Park Jin Young— turut bersuara.

Jimin dan kedua orangtuanya sedang berbicara secara kekeluargaan saat ini, di ruang makan. Tujuannya hanya satu, menjodohkan Jimin dengan puteri dari kerajaan Kaeul.

"Kami  menjodohkanmu dengan puteri dari kerajaan seberang itu bukan tanpa alasan,"

Jimin tau alasannya, tentu saja alasan politik. Kaeul adalah kerajaan dengan militer yang kuat, di penuhi orang-orang cerdas, dan merupakan kerajaan yang memiliki hubungan baik dengan kerajaan Haneul.

"Jimin, ini untuk dirimu."
Ujar Minji dengan tenang mencoba membujuk Jimin.

Jimin sebenarnya memiliki banyak alasan untuk menolak. Kenapa ia harus di nikahkan dengan puteri kerajaan seberang, sedangkan ada banyak gadis cerdas di kerajaan ini. Dan juga, Puteri itu masih sangat muda, usianya enam belas tahun, sembilan tahun lebih muda dibandingkan Jimin.

Walau alasan terbesar ia ingin menolak adalah, hatinya telah berlabuh pada seorang gadis di kerajaan ini.

"Kita akan berkunjung ke Kaeul untuk membicarakan ini,"

Entah kenapa detak jantung Jimin menjadi kencang. Nafasnya sedikit tercekat. Entahlah, ia hanya merasa belum siap. Kenapa pula ia merasakan hal itu?

Diam-diam Jimin membayangkan seperti apa rupa Puteri itu?
Jimin tidak terlalu banyak berharap, memangnya apa yang ia harapkan dari gadis berusia enam belas tahun?

"Besok kita akan berangkat kesana."

Jimin terdiam dengan jantung yang berdetak kencang.










Sementara itu, di tempat yang berbeda,




Seorang gadis cantik tengah di dandani oleh beberapa maid, dipasangkan gaun  sutra di tubuh ramping gadis itu.

Gaun bergaya Halterneck itu berhasil memamerkan bahu putih gadis itu. Wajahnya cantik, tubuhnya ramping, rambutnya panjang berwarna Caramel brown, tatapan matanya lembut.

Para maid itu merias wajah sang puteri. Terlihat bahwa wajahnya benar-benar cantik. Matanya indah dengan alis yang datar, hidungnya mancung dan bibirnya merah muda.

Visual gadis ini cukup untuk membuat orang menjadi iri. Dia terlihat sempurna, di tambah bibir merah muda yang selalu tersenyum itu benar-benar mempesona.
Balutan kain mewah itu menambah pesonanya berkali-kali lipat.

Benar-benar sempurna!

Oh, itu wajar dia seorang puteri.

Sekarang tinggal satu tahapan terakhir. Menyisir rambutnya dan menambahkan beberapa aksesoris.

Namun, sang putri mengangkat sebelah tangannya, mengisyaratkan agar para maidnya berhenti.

"Biarkan Hyemin yang melakukannya," Ucap sang puteri dengan lembut.

"Kalian boleh pergi." Lanjutnya, para maidnya mengangguk lantas melangkah mundur untuk keluar dari kamar puteri itu.

Tinggalah mereka berdua, Sang puteri dan pelayan pribadinya yang bernama Choi Hye Min.

Hyemin mulai menyisir ramput panjang sang puteri.

"Nona, mengenai perjodohan itu," ujar Hyemin hati-hati.

"Ada apa?"

Hyemin menarik nafasnya.
"Jieun, apa kau akan menerima perjodohan itu?" Tanya Hyemin pada akhirnya.

Puteri itu—Jieun—menarik sebelah sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum asimetris.
"Semua itu hanya tergantung padanya."

Hyemin memasangkan aksesoris di ramput Jieun. Kini ia berpindah posisi menjadi di depan Jieun.

"Rombongannya akan datang kemari besok. Bersiaplah, Nona."

Jieun terkekeh, senyum asimetris itu masih setia menghiasi wajah cantik Jieun.

Matanya menatap Hyemin dengan tajam.

"Aku selalu siap untuk itu."

À SUIVRE...

Hi!
Gimana? Lanjut apa tidak?
Ini work baru aghu~

Komen kalo lanjut yaaa~

Vote and coment

Zemblanity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang